Hotel Irian Surabaya, yang dahulu dikenal sebagai Hotel Insulinde, adalah salah satu hotel tua peninggalan Hindia Belanda yang masih bertahan di tengah pesatnya modernitas Kota Surabaya.
Berlokasi strategis di Jalan Samudera 16, hotel ini hanya berjarak sekitar 50 meter dari Pasar Atom, pusat perbelanjaan legendaris di Surabaya.
Chrisyandi Tri Kartika, pustakawan Universitas Ciputra Surabaya sekaligus koordinator komunitas pecinta sejarah PSL, menjadikan Hotel Irian sebagai salah satu destinasi blusukan sejarah. Hotel Irian, dengan desain interior bergaya kolonial yang khas, menyajikan nuansa nostalgia.
Mulai dari lantai ubin, cermin, lemari kayu antik, hingga ranjang tua, semuanya memiliki daya tarik unik bagi pengunjung yang ingin merasakan pengalaman masa lalu.
Selain keunikan arsitektur Hotel Irian, kawasan Jalan Samudera sendiri juga menyimpan nilai historis yang menarik. Dahulu, kawasan ini dikenal sebagai Jalan Bakmi. Ada Gereja Tionghoa pertama yang melayani jemaat dalam tiga dialek bahasa Tionghoa. Ini menambah kekayaan sejarah yang jarang ditemui di tengah kota metropolitan.
Hotel Irian menawarkan berbagai jenis kamar dengan tarif terjangkau. Cocok bagi pedagang maupun wisatawan yang mencari pengalaman menginap bernuansa kolonial.
Salah satu pelanggan setia hotel ini, Wibawa Teja, mengisahkan pengalamannya menginap bersama keluarga.
"Hotel paling nyaman di Surabaya adalah Hotel Irian. Ubin, cermin, lemari, ranjangnya semua antik. Terakhir nginap di sana waktu belanja barang antaran untuk melamar istri," ungkapnya.
Hotel Irian bukan sekadar penginapan, melainkan potongan sejarah yang masih hidup di Surabaya. Bagi pengunjung yang ingin merasakan suasana kota masa lalu, Hotel Irian Surabaya adalah pilihan yang tak tergantikan.
Di tengah modernitas, hotel ini tetap mempertahankan pesona klasiknya, mengajak pengunjung menikmati atmosfer Surabaya tempo dulu.
(NB: Naskah ini ditulis dengan bantuan AI).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar