Jumat, 15 Maret 2024

Meatless Friday, Pantang Makan Daging Saban Jumat Sama Aja Bohong

Sekarang lagi masa puasa dan pantang bagi umat Katolik. Dimulai Rabu Abu dan berakhir pada Jumat Agung.

 Lalu perayaan Paskah yang meriah. Potong babi, potong sapi, potong kambing, makan bersama - kalau di NTT. Khususnya di Flores dan Lembata yang warga Katoliknya mayoritas.

Saban Jumat ada saja narasi Meatless Friday yang muncul di laman media sosial. Biasanya dari umat Katolik di USA. Meski dikenal sebagai negara sekuler, banyak juga orang Amerika yang taat beragama. Bahkan agak fanatik. Malah ingin tata perayaan ekaristi atau misa dikembalikan ke bahasa Latin. Misa Tridentina alias Tridentine Mass.

Jumat pagi ini, 15 Maret 2024, muncul lagi video, gambar, dan narasi tentang Meatless Friday. Pantang makan daging pada hari Jumat saat Prapaskah.

Ayas akhirnya jadi ingat pelajaran katekismus di sekolah dasar di pelosok Pulau Lembata. Semua anak harus hafal Lima Perintah Gereja sebagai syarat sambut baru alias komuni pertama. Sepuluh Perintah Allah juga wajib hafal.

Perintah gereja butir ketiga:

 "Jangan makan daging pada hari pantang dan berpuasalah pada hari puasa!"

Oh, pantas ada istilah Meatless Friday. Tidak makan daging pada hari Jumat saat Prapaskah. Jelas tertulis di buku-buku katekismus lama. Ayas masih hafal sampai sekarang.

Apakah Meatless Friday relevan di Indonesia?

Pater Ranto Lumban Tobing SVD pekan lalu membuat video khusus soal ini. Judulnya, "Relevankah Pantang Makan Daging Di Masa Prapaskah Untuk Orang Katolik Di Indonesia?"

Intinya, pantang makan daging tidak relevan di Indonesia. Sebab orang Indonesia sangat jarang makan daging. Jangankan daging, beras saja sangat mahal. Orang NTT dulu sangat jarang makan nasi. Lebih banyak makan jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan ubi-ubian lain.

Kalaupun ada beras biasanya dicampur jagung. Ikan laut banyak di Lembata dan Flores Timur. Orang kampung biasa makan ikan laut saban hari. Kalau rajin bisa cari sendiri kerang, siput, kepiting, bekut dsb.

Daging benar-benar makanan langka di Lembata meski hampir setiap rumah memelihara kambing, babi, ayam, bebek. Sapi ada tapi tidak banyak. Tapi hewan-hewan itu tidak pernah disembelih kalau tidak ada pesta.

Warga baru menyembelih babi, kambing, sapi kalau ada pesta pernikahan, kematian, sambut baru. Ditambah Natal, Tahun Baru, Paskah. Karena itu, boleh dikata orang Lembata sangat meatless sepanjang tahun. Makan daging 10 kali (hari) setahun saja sudah bagus.

Karena itu, sejak 80-an para katekis dan guru agama di kampung biasanya memodifikasi aturan pantang dan puasa ini. Lupakan si daging. Biasanya pantang garam, pantang rokok, pantang minum tuak (dan arak) - ini yang berat.

Setiap orang punya pantangan sendiri-sendiri. Orang yang doyan rokok pantang  merokok. Doyan kopi pantang kopi. Doyan arak atau bir pantang miras.

Di era digital ini yang paling sulit itu pantang media sosial (medsos), game, ponsel. Jauh lebih mudah pantang daging alias meatless ala Amerika atau Eropa.

Boroknya Surabaya tahun 1940-an, Kampung-Kampung Kotor, Kali Bacin, Banyak Pemadat, Perempuan Jalang Berkeliaran

Boroknja Soerabaja

Laporan Sin Po - Maart 1940

Oleh banjak penoelis sering diloekisken kamenterangan dan karameannja kota Soerabaja; boeat pendoedoek dari kota-kota ketjil dan sepi atawa dari laen tempat jang djaoe, Soerabaja ada berharga boeat dikagoemin; kota dagang dan pelaboean jang terbesar di Oost-Java, tourist tida perna liwatken begitoe sadja di ini Badjoel.

Itoe tram-listriek jang liwat di tengah-tengahnja karepotan dari rerotan auto's itoe toko-toko dengen gedongnja jang modern; itoe Gouverneurkantoor jang keren; itoe kantoor Gemeente jang sering ditjomelin; itoe pelaboean jang selaloe riboet; itoe noni-noni tjantik jang djalan di sepandjang Toendjoengan ― semoeanja didjadiken oleh-olehnja orang loear kota.

Tetapi bila orang maoe boeang temponja boeat mengoendjoengin di sampingnja itoe semoea kabagoesan, orang aken dapetken avontuur heibat dan black point jang menggidiken boeloe badan, jang, biarpoen pendoedoek kota sendiri soengkan dan tida brani mendeketin.......

Marilah sekarang kita oendjoeken dimana sarang-sarangnja kadjahatan dan kamesoeman jang Soerabaja boeat sakean taon tida perbaekin.

Dimana kembang-latar megar?

Kaloe tempo soeda sore, prampoean-prampoean djalang jang pakein dirinja japon-japon berwarna dan poles moekanja begitoe roepa, meroepaken kembang-kembang latar jang megar di moeka kampoeng kaloejoeran di sepandjang roemah-roemahnja pendoedoek Tionghoa.

Orang bisa salah tebak, bahoea pendoedoek Tionghoa ada getol sama ini djiwa-lebihan; tetapi sabenernja ini prampoean-prampoean djalang speciaal reserveer dirinja boeat anak-anak kapal jang saban sore dilepasken di tengah-tengahnja kota jang padet pendoedoek koelit berwarna.

Kadjadian-kadjadian tjilaka sering dialamken oleh pendoedoek baek-baek. Matroos jang anggep kampoeng Tionghoa ada sarangnja djiwa lebihan, maka kaloe soeda terlepas dari tempo kerdja, dateng gedor-gedor roemah orang boeat mentjari.......... djiwa-manis.

Malahan perna kadjadian satoe matroos nerobos masoek di gedongnja Hsing Chung Hui dan tjoba ganggoe damesleden jang berkoempoel di sitoe. Ini kadjadian ada logisch, sebab djoestroe di sabelah gedongnja Hsing Chung Hui ada kampoeng jang terkenal djadi sarangnja prampoean latjoer, jaitoe kampoeng Kebon Kalianjar.

Kampoeng Kebon ada ditjap sanget mesoem, sahingga pendoedoek baek tida brani kaloear masoek di sitoe, boekan sadja di dalemnja itoe kampoeng ada sanget kotor dan poeloehan prampoean latjoer jang brutaal ada mengerem, tetapi ratoesan pendoedoek jang sopan ada tinggal mengiterin di loearnja itoe sarang, hingga membikin „gelap" boeat orang tida toermaksoed djahat, katjoeali matroos-matroos sadja jang bisa lenggang-sikakpoa masoek kaloear di sitoe.

Kampoeng Kebon jang djadi sarangnja prampoean latjoer, orang bisa kasomplok matanja bila djalan di straat Djagalan, satoe straat dengen banjak tinggal pendoedoek Tionghoa dan toko-toko Indonesier; malahan ini straat meroepaken lijn jang penting boeat pamoeda-pamoeda: kerna Djagalan sampe Pasarbesar Wetan ada djadi pangkalannja Hsing Chung Hui, H. C. T. N. H. dan Sportvg. "Tiong Hoa".

Prampoean-prampoean djalang dari Kampoeng Kebon kliwat brutaal, kaloe katemoeken pamoeda-pamoeda jang liwat di Djagalan sering dikaokin setjara katerlaloean. Perkatahan-perkatahan mesoem saban sore kadengeran menjogok dikoepingnja roemah tangga di deket sitoe.

Selaennja Kampoeng Kebon, prampoean latjoer djoega bersarang di Kampoeng Bibis jang saban malem moebal kaloear ka djalanan Slomprettan, hingga itoe djalanan jang tida begitoe penting seperti Djagalan, mendjadi soenji saking soengkannja orang-orang jang djalan di sitoe.

Kramat Gantoeng atawa Kapatihan dimana doeloe banjak, tinggal pendoedoek sopan dan saban sore atawa malem banjak orang liwat di sitoe, sekarang djadi sepi, kendatipoen verkeerspolitie soeda gebah penaek sepeda atawa kandaran ketjil moesti liwatin ini djalanan. Kerna sekarang, di sini teroetama di seblah barat ada banjak roemah jang penoe dengen moentji-moentji, hingga di kanan kirinja jang ada tinggal roemahtangga baek-baek saking tida betahnja pelahan dengen pelahan singkirken diri. Begitoe di straat Peneleh djoega tida koerang banjaknja roemah-roemah prampoean latjoer.

Orang-orang Tionghoa jang pergi ka koeboeran djarang terloepoet dari ganggoeannja prampoean-prampoean latjoer jang bersarang di straat-straat deket koeboeran Kembang Koening: jaitoe Tamarindelaan, Pasar Kembang dan Banjoeoerip......

Sarang jang djaoe dari kampoeng Tionghoa jaitoe sarang berdansanja koepoe-koepoe malem di Tandjong Perak jang saban malem poeloean ekor lagi bergoeletan dengen klasi-klasi. Tetapi marika tida tinggal di sana, tempat tinggalnja ada di Kampoeng Kebon atawa Tamarindelaan.

Hotel-hotel ampir 85% ada terdiri dari hotel dengen boengah-raja, hingga boeat tetamoe dari loear kota jang dateng di Soerabaja kaloe tida djaoe-djaoe hari preksa doeloe hotel jang sopan bisa kasasar masoek di hotel jang penoe prampoean latjoer dan bisa bikin tjilaka seantero malem!

Begitoe banjak sarang pelatjoeran, jang djoestroe mengerem di tengah-tengahnja Kampoeng Tionghoa, bikin koran-koran di Soerabaja dan pendoedoeknja tida abis mengarti: bagimanatah tjaranja politie dan bestuur bekerdja boeat bersiken ini sarang-sarang meroesak katentremannja pendoedoek di sakiternja?

Lebih-lebih tida mengarti kita denger itoe oetjapan "Membasmi prampoean latjoer di Indonesia", jang boeat oepama kota Soerabaja sadja tambah boelan djoemblahnja tambah naek keras.

Sarangnja pantjalongok.

Djalanan-djalanan jang sempit kotor, berbaoe dan roewet antara kampoeng-kampoeng dari Panggoeng-Kalimati Koelon-Kembang Djepoen sampe di Gili meroepaken sarang jang paling enak boeat kaoem penjebrot. Satoe kali sebrot dan linjapken diri di sala-satoe kampoeng jang terdapet di sitoe biarpoen dikepoeng ratoesan politie tentoe soesa ditjekel batang lehernja.

Di ini djalanan-djalanan paling sering terdjadi pentjopetan-menjolok-mata.

Tida perdoeli sama ratoesan orang jang menjaksiken; tida perdoeli di waktoe tengahari bolong jang rame; tida perdoeli di sitoe ada orang politie, kaloe toekang sebrot maoe bekerdja, bisa bekerdja kliwat enak dan tentrem.

Satoe 'ntjek dari Sidoardjo jang maoe belandja di toko Panggoeng, dengen setjara jang amat menjolok mata, topi jang dipake di atas kapala dengen enak-enakan di..... sebrot oleh pantjalongok, hingga bikin itoe 'ntjek djadi bengong saking kagetnja seperti disamber gledek di tengahari bolong. Dan ..... banjak orang jang meliat ini "drama", tida satoe ada jang brani tangkep atawa tjega itoe toekang sebrot!

Politie agent satoe waktoe moesti singkirken diri kaloe nampak banjak toekang tjopet maoe djalanken rolnja, sebab perna kadjadian, satoe politie agent ditikem mati waktoe tjoba tangkep satoe penjopet saboek-koelit.

Penjopetan jang koerang adjar dari Panggoeng-Kembang Djepoen - Songojoedan - Kalimati-Gili ada terdiri dari toekang-toekang tjopet jang oeloeng dan teratoer hingga biarpoen saban hari koran-koran gembar-gembor toch sia-sia.

Penggawe-penggawe toko di itoe djalanan jang ampir saban hari menampak penjopetan atawa penjebrotan jang katerlaloean, tida brani rapport sama politie apalagi boeat menangkep sendiri, sebab bahajanja ada besar.

Pantjalongok ini kabanjakan terdiri dari bangsa Madoera, jaitoe kaoem koeli-koeli jang bajarannja amat sedikit.

Djikaloe di ini complex-complex ada bersarang toekang sebrot jang brutaal, begitoepoen di pasar Pasar Toeri, adalah di Slomprettan, dimana autobussen ada dipake sebagi halte, ada banjak koeli-koeli type badjingan jang mengganggoe kasenangannja penoempang bus.

Kampoeng - kampoeng jang kotor.

Kampoeng-kampoeng di Soerabaja ada penting, sebab dengen kaloear-masoek kampoeng, pendoedoek kota jang moesti kadjaoean kaloe djalan di straat-straat djadi dapetken djalanan jang lebih deketan.

Tetapi kaloe pendoedoek jang mempoenjain idoeng atawa wadoek tempat makan, lebih senang pilih djalanan jang djaoe dan rame.

Malahan kaloe di waktoenja moesim oedjan, nadjis manoesia naek ka daratan dan tinggal sampe kering di atas djalanan. Got dimana ada mengalir aer dari Sidonipa via Kampoeng Seng (doeloe djoega djadi sarangnja pelatjoeran, tapi sekarang soeda moelain dioebrak-abrik) teroes katemoeken got besar di Kapasan, djoestroe ini pertemoean ada di betoelan moekanja Boen Bio, hingga bebaoean blenek ampir saban pagi dan sore moesti disedot boeat leden Boen Bio atawapoen leden dari Khong Kauw Hwee jang sering dateng di sitoe.

Di kampoeng-kampoeng teroetama jang banjak tinggal pendoedoek bangsa Madoera, seperti dari wates Sidonipa, Sidodadi, Srengganan, Girikan, Tenggoemoeng dan kampoeng-kampoeng dari ini bagian boeat orang jang poenja idoeng, tentoe aken tekep teroes idoengnja sampe tida bisa bernapas saking baoenja jang kliwat....... sedap dari nadjis!

Dimana aliran-aliran aer dan dimana tempat-tempat jang terboeka, kaloe di sitoe ada banjak tinggal orang-orang Madoera, tentoe itoe tempat-tempat didjadiken kakoesnja, hingga kotoran manoesia terdapet katjetjeran di sana sini.

Boekan sadja berbaoe boesoek dari lantaran nadjis jang berhamboeran, tetapi djoega pemandangan jang mesoem dan kotor dari tempat tinggalnja orang-orang Madoera. Malahan saban-saban djoega menimboelken kariboetan dan hoeroe-hara jang bikin laen pendoedoek djadi koerang aman.

 Kabiasahan orang Madoera sering "mengendon" ka empernja orang-orang laen tjoema boeat...... berak, hingga biarpoen toekang-sapoe-kotoran dari Gemeente bisa djadi tobat.

Kampoeng-kampoeng jang tida dioeroes kabersihannja, djoega terdapet di kampoeng-kampoeng dimana kaoem pantjalongok ada tinggal jaitoe poeloehan kampoeng jang menghoeboengken Pasar Bong-Kembang Djepoeng-Sambongan-Kalimati Koelon dan Pabean-Songojoedan.

Di Kampoeng-kampoeng Gembong-Kapasan Boenbio-Bokland sampe di Gembong Sawah tida bisa tida boeat ditjelah kakotorannja, malahan saban-saban di kampoeng-kampoeng Gembong Sawah pendoedoeknja sering diganggoe maling.

Malahan masi banjak bagian-bagian jang koerang menarik hati boeat dikoendjoengin oleh tetamoe-loear-kota Soerabaja, jang saban dateng tida perna diadjak ka ini bagian-bagian mesoem, sebab kaloe moesti boeang temponja ka ini daerah, tentoe djadi katjele.

Di sini kita perloe tambahken jang blakangan ini kali Girian jang terkenal batjin baoenja, saking seringnja di-ojok-ojok,oleh Gemeente soeda diperbaekin. Banjak kampoeng jang bebrapa taon doeloe kaloe oedjan djadi rawa jang berloempoer sekarang soeda banjak mendingan.

Sebagian kita berikoetin gambar-gambar dari sarang-sarang kamesoeman jang pendoedoek Soerabaja sendiri tida perna atawa djarang sekali mengindjek. 

Senin, 11 Maret 2024

Muhammadiyah Mulai Puasa Senin, NU dan Pemerintah Mulai Selasa - Kalender Bulan Sulit Dijadikan Pegangan



Senin 11 Maret 2024 Hari Raya Nyepi. Tahun baru Caka. Hari pertama bulan baru. Orang Bali atau Hindu tidak perlu sidang isbat dan pemantauan hilal untuk menentukan tanggal 1 bulan 1 kalender Hindu.

Selamat Hari Raya Nyepi!

Selamat Tahun Baru Saka!

Mestinya awal puasa Ramadan juga bersamaan dengan Hari Nyepi. Sebab bulan yang jadi rujukan sama. Namun, di Indonesia tahun 2024 ini awal Ramadan tidak sama. 

Muhammadiyah menjalankan puasa pada Senin 11 Maret - bersamaan dengan Nyepi - sedangkan NU dan pemerintah mulai Selasa 12 Maret. Kedua pihak sama-sama punya hujah, dalil, argumentasi astronomis yang kuat.

Tinggi hilal kemarin masih di bawah 1 derajat. Tidak mungkin dilihat. Hilal baru bisa dilihat kalau sudah di atas 3 derajat. Kalau hilal belum tampak maka belum masuk Ramadan. Bulan Syaban digenapkan jadi 30 hari.

Begitu yang saban tahun kita baca dan dengar di televisi, media sosial dan sebagainya. Muhammadiyah punya kriteria sendiri. Tidak perlu memantau hilal di ratusan titik karena data dan perhitungan astronomis sudah sangat jelas dan akurat.

Penanggalan bulan - lunar calendar - ini memang menarik. Tapi juga sulit jadi patokan. Tidak ada kepastian lamanya satu bulan. Ramadan bisa 29 hari, bisa 30 hari.

 Kalau Syaban kemarin digenapkan jadi 30 hari berarti Ramadan tahun 2024 ini lamanya 29 hari. Bisa dipastikan Lebaran nanti bersamaan. Sebab tidak mungkin Syaban dan Ramadan sama-sama 29 hari - bagi Muhammadiyah. Dan tidak mungkin Syaban dan Ramadan sama-sama 30 hari - bagi pemerintah dan NU.

Ayas perhatikan kalender Tionghoa yang juga pakai rujukan bulan alias Imlek. Tanggal 1 atau bulan baru bersamaan dengan Hari Nyepi dan awal puasanya Muhammadiyah di Indonesia.

Mengapa kalender bulannya Tionghoa, Hindu (Bali), dan Islam (Hijriah) sering berbeda awal bulannya? Tentu karena kriterianya berbeda. Hari baru kalender Tionghoa dan Bali tidak diawali saat matahari terbenam tapi mulai pukul 00.00 (Imlek) dan matahari terbit (Bali).

Penanggalan Hijriah, karena itu, lebih cocok untuk urusan peribadatan umat Islam. Sulit menggantikan kalender matahari (Masehi) yang berlaku sekarang. Selain tidak ada kepastian jumlah hari dalam sebulan, saban akhir bulan harus ada pengamatan hilal di ratusan tempat.

Bisa-bisa ada sidang isbat setiap bulan.

Sabtu, 09 Maret 2024

Antara Wanita dan Perempuan - Peyorasi dan Ameliorasi

Sambutan Hari Wanita Antarabangsa.
Wanita Dijulang.

Begitu ucapan PM Malaysia Anwar Ibrahim. Ayas memang pengagum Anwar Ibrahim. Jauh sebelum dia jadi perdana menteri. Saat itu Anwar masih pembangkang. Kemudian dipenjarakan.

Ayas tak sedang membahas perjuangan Anwar Ibrahim hingga jadi PM Malaysia. Ayas tertarik dengan kata "wanita". Di Indonesia lebih populer Hari Perempuan. 

Kawan-kawan aktivis perempuan dari dulu kurang suka kata "wanita". Wanita konotasinya domestik, rumah tangga, pasrah, makhluk yang lemah.

Ada lagunya: Wanita dijajah pria sejak dulu!

Perempuan tidak dijajah? Lebih berdaya dan mandiri, kata teman aktivis wanita, eh perempuan.

Ayas bertanya kepada Bung Sandyawan Sumardi yang sedang bikin riset di Leiden, Belanda. Apakah perempuan = wanita? Kedua kata ini sinonim? Bisa ditukar? atau ada nuansa, rasa, konotasi yang berbeda?

Bung Sandyawan yang mantan pastor ini kemudian menjawab begini:

"Sejauh saya faham kata 'perempuan' memiliki makna konotasi khas. Karena menurut akar bahasanya, 'perempuan' berasal dari kata "empu' yang berarti 'tuan'. Atas arti itulah, perempuan memiliki nilai yang tinggi/dalam. 

Berbeda dengan sebelumnya, kata tersebut seolah mengindikasikan bahwa perempuan bukanlah objek semata yang harus yang harus senantiasa menyenangkan kaum pria.

Sebaliknya, makna kata  'wanita' pun memiliki kata turunan, yakni kewanitaan. Dalam pergeseran maknanya, kewanitaan juga merujuk pada sifat wanita khas keraton.

Wanita cenderung lebih dipandang  dapat memiliki sifat yang lemah gemulai, sabar, halus, tunduk, patuh, serta mendukung pria. Makna tersebut seolah menegaskan bahwa seorang wanita harus senantiasa menyenangkan kaum pria belaka..

Ibu adalah seorang perempuan  yang menikah dan melahirkan anak, dan  menjadi orang yang pertama menjalin ikatan batin dan emosi pada anak dan juga sebagai sentral dalam perkembangan awal anak dengan memiliki sifat-sifat keibuan yaitu memelihara, menjaga dan merawat anak."

Menarik sekali penjelasan bung yang dulu biasa disapa Romo Sandyawan itu. Masuk akal kalau para aktivis perempuan kurang suka kata "wanita".

Ayas buka kamus bahasa Indonesia lama era 1950-an karangan Sutan Moh Zain. Ada penjelasan di lema perempuan.

<< perempuan: asalnya dari empu, bangsa empu², pertuanan, bangsa tuan²... tetapi sekarang perempuan baik² lebih suka dinamai wanita. >>

Begitulah. Bahasa dengan segala nuansa dan konotasinya selalu berubah dari masa ke masa. Tempo doeloe kata "wanita" lebih disukai ketimbang "perempuan", kini di era 2000-an kata "wanita" malah hendak dihapus dari kamus.

Di Malaysia kelihatannya kata "wanita" lebih populer ketimbang "perempuan". PM Anwar Ibrahim mungkin heran mengapa kita masih mempertentangan wanita vs perempuan.

Jumat, 08 Maret 2024

Mau Dibawa ke Mana Hari Musik Nasional? Tak Ada Greget Sama Sekali

Hari Musik Nasional (HMN), 9 Maret 2024, kurang bergaung di Surabaya. Padahal, Makam WR Soepratman dan Museum WR Soepratman ada di Surabaya.

Biasanya ada komunitas atau anak sekolah mengisi HMN dengan berziarah ke Makam WR Soepratman. Ada juga yang mengunjungi Museum Mpu Tantular di Jalan Mangga. Dekat Stadion Tambaksari.

Tapi secara umum saya lihat HMN kurang greget. Bukan hanya di Surabaya. Tidak ada perayaan atau pesta musik yang skalanya kolosal. Di mana masyarakat merayakan musik. 

Saya bayangkan ada festival musik selama seminggu setiap HMN. Segala jenis musik ditampilkan. Anak jalanan, anak sekolah, anak kampus, anak band, siapa saja main musik dan menikmati musik. Musik apa saja.

Saya kirim unek-unek pagi ini ke Musafir Isfanhari, pemusik, dosen musik, dirigen, musisi, arranger kawakan di Surabaya. Satu jam kemudian datang jawaban. Bung Isfanhari sempat menulis artikel pendek.

Kutipannya:

HARI MUSIK NASIONAL, LALU .... ?

Oleh Musafir Isfanhari

Hari Musik Nasional memang selalu dikaitkan dgn WR Soepratman, karena tgl 09 Maret adalah hari kelahiran WR Soepratman.

Tapi Hari Musik Nasional belum terasa dampaknya  secara signifikan di masyarakat, karena tidak ada langkah yang konkrit untuk memeriahkannya.

Teman saya yang pernah ke Perancis disaat Hari Musik Nasional Perancis, maka warga memeriahkan dengan main musik dijalan tempat mereka tinggal. Ada suasana yang khas di Perancis saat Hari Musik.

Hal yang lain, di Olahraga ada KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) yang memikirkan kemajuan olahraga Indonesia.

 Di seni khususnya musik tidak ada lembaga semacam itu.

Berapa kali, PSSI mengirim satu team sepak bola ke Eropa dan negara berprestasi di Amerika Latin ( belajar di sana selama setahun). Berapa beaya mengirim team ke kesana untuk minimal 22 orang pemain selama setahun.

Itu bisa diberangkatkan karena ada KONI) yang menganggarkan Beaya itu semua.

Bandingkan dengan musik. Banyak grup paduan suara Indonesia berprestasi di Eropa (beberapa kali menjadi juara di sana) tapi beayanya ditanggung oleh grup itu sendiri (diambil dari kantong orang tuanya).

Sampai-sampai,  saya pernah dengar sendiri, seorang Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten (maaf, tidak saya sebut nama kabupatennya) melarang grup-grup paduan suara sekolahnya untuk berpartisipasi lomba  paduan suara keluar negeri, karena pak Kepala Dinas diprotes oleh orang tua murid, sebab para orang tua murid "kobol kobol" dompetnya.

Sedih.

Putri Ariani penyanyi tuna netra yang berprestasi di American Got Talent kan juga dompet orang tuanya yang "kobol-kobol". Putri Ariani berhasil mengharumkan nama Indonesia yang selama ini dipandang sebelah mata oleh masyarakat Amerika dengan beaya sendiri.

Di olahraga setiap cabang ilahraga  dipimpin oleh pejabat (menteri, jenderal, dan pejabat yang lain). Contoh : PSSI dipimpin oleh Erick Tohir Menteri BUMN.

Di seni kan gak ada. Apa ada menteri atau dirjen menjadi ketua Persatuan Keroncong Indonesia,  atau ketua Indonesia Dangdut Asociation..... ?

Usulan untuk Hari Musik.Nasional :

Agar Musik Indonesia makin maju, Pemerintah harus memberi perhatian yang lebih besar demi kemajuan musik tanah air.

Contoh : Walikota Alabama (AS) meliburkan satu hari kerja, untuk memberikan kesempatan kepada warganya menyambut Ruben Studard yang memenangkan Kontes American Idol.

Demikian besar perhatian pemerintah terhadap prestasi warganya.

Hidup Hati Musik Nasional,
Kita tunggu langkah Pemerintah mengawal musik kita.

Salam sehat,
Isfanhari.

Lagu Indonesia Raya Aslinya Gaya Waltz, Birama 6/8 - Nyekar di Makam WR Soepratman

Ayas sering mampir di warkop samping Makam WR Soepratman di Jalan Kenjeran, Surabaya. Nunut baca koran Jawa Pos. Sejak dulu warkop pojokan itu melanggan Jawa Pos. Sebelum ponsel pintar dan media sosial marak boleh dikata semua warkop langganan koran.

Setelah baca koran dan nyeruput kopi, Ayas kadang mampir ke makam sang pahlawan. Komponis besar yang juga wartawan kawakan. Pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Di makam WR Soepratman diukir partitur Indonesia Raya. Lagu kebangsaan kita. Irama mars, birama 4/4, nada dasar G, dan seterusnya.

Hari lahir WR Soepratman, 9 Maret 1903, dijadikan Hari Musik Nasional. Belakangan hari lahir sang komponis dikoreksi ahli warisnya - lewat pengadilan - jadi 19 Maret. Tapi hari musik tetap 9 Maret. Sesuai dengan Keputusan Presiden SBY.

Nah, jelang Hari Musik Nasional 2024, Ayas nyekar ke Makam WR Soepratman. Nyekar tapi tidak bawa kembang. Cuma bawa tasbih saja. Sembahyang pendek dalam hati.

Ayas kembali perhatikan notasi lagu Indonesia Raya. Jadi ingat artikel pendek yang ditulis Musafir Isfanhari sekian tahun lalu. Isfanhari dosen musik di Unesa, pelatih paduan suara, arranger, dirigen, pengamat musik. Dulu Bung Isfan selalu jadi juri bintang radio dan televisi jenis seriosa.

Musafir Isfanhari mengatakan, Indonesia Raya aslinya ditulis oleh WR Soepratman  dalam tanda birama 6/8. Keterangan ini dimuat di buku LAGU KEBANGSAAN INDONESIA RAYA, terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1982.

Tahun 1944 dibentuk Panitia Lagu Kebangsaan untuk penyempurnaan lagu Indonesia Raya. Panitya tersebut terdiri atas Ir Soekarno, Ki Hadjar Dewantoro, Achiar, Bintang Soedibyo (Ibu Sud) Darmajaya, Koesbini,  KH Mansyoer, Mr Mohammad Yamin, Mr Sastromoelyono, Sanusi Pane, Cornel Simanjuntak, Mr A Soebardjo, dan Mr Oetojo.

"Panitya inilah yang akhirnya mengubah Indonesia Raya menjadi berbirama 4/4 seperti sekarang yang kita nyanyikan," kata Bung Isfanhari.

Ayas perhatikan notasi asli Indonesia Raya yang asli itu. Menarik. Iramanya seperti orang menari waltz. Bukan mars, tegas, macam orang berbaris. 

Bung Isfanhari menulis:

"Lagu ciptaan WR Soepratman yang saya tahu banyak yang berbirama 6/8.
Contohnya: Di Timur Matahari. Dulu ketika masih kecil (di SR) saya menyanyi Ibu Kita Kartini  juga dalam birama 6/8."

Lagu Indonesia Raya birama 6/8, menurut Isfanhari, kesan gagahnya kurang. "Setelah diubah menjadi 4/4 terasa gagah dan wibawanya," kata pemusik yang baru saja menerbitkan buku kumpulan partitur paduan suara itu.

Lagu Indonesia Raya (versi sekarang) memang gagah. Apalagi orkestrasinya digarap Addie MS dan dimainkan Twillite Orchestra. Artistiknya lebih terasa ketimbang orkestrasi lama pada masa Orde Baru.

 Namun, dulu Ayas pernah kritik bahwa Indonesia Raya ini lagu kebangsaan yang sulit. Nada rendahnya terlalu rendah dan nada tingginya terlalu tinggi. Kalau dinyanyikan dengan nada dasar G, bisa dipastikan rakyat biasa kesulitan menjangkau nada tinggi di refrein. Kalau diturunkan ke F atau E, nada rendahnya gak nyampe.

Selamat Hari Musik Nasional!
Salam Indonesia Raya!

Rabu, 06 Maret 2024

Bersyukur masih bisa merayakan ulang tahun media cetak di Gresik

Sejak pandemi covid, Ayas jarang ke Gresik. Padahal dulu sering gowes ke kota santri itu. Beli legen, pudak, sego krawu.. banyak makanan enak di Gresik.

Tahun lalu Ayas hanya sekali mampir di Gresik. Tahun 2024 ini juga baru sekali. Kebetulan ada resepsi atau tasyakuran hari jadi ke-12 Radar Gresik di Jalan Pahlawan. 

Cukup ramai acara open house Radar Gresik. Pejabat-pejabat pemkab, pimpinan dan anggota dewan datang. Pengurus ormas Islam banyak yang hadir. Begitu juga relasi dari perusahaan.

Radar Gresik satu-satunya koran cetak yang masih terbit di Kabupaten Gresik. Dulu ada Radar Bawean tapi sudah pamit. Radar Bawean pun sebetulnya anaknya Radar Gresik. Menarik tapi pasar di Pulau Bawean tidak mendukung.

Ayas lihat banyak sekali karangan buka di sepanjang Jalan Pahlawan yang ramai itu. Artinya Radar Gresik punya relasi sangat luas. Merekalah yang selama ini memberi sokongan moral, material, doa-doa agar surat kabar lokal ini bisa tetap eksis di era digital.

Sudah lama media cetak baik koran, majalah, tabloid diramalkan mati. Itu ramalan sejak 90-an. Ramalan itu sepertinya mulai mewujud dengan datangnya gelombang media sosial yang dahsyat.

Syukurlah, Radar Gresik, Radar Sidoarjo, Radar Surabaya dan koran-koran cetak lain masih bisa terbit menemui pembaca. Dan masih bisa bikin tasyakuran potong tumpeng ulang tahun. 

Dirgahayu!

Spiritualitas Jawa vs Agama Samawi (Abrahamik)

Sulit tidur pagi ini meski badan dan jiwa lelah. Ayas iseng-iseng nonton siaran langsung sepak bola. Bayern Muenchen vs Lazio. Sudah sangat terlambat.

Skor sudah 3-0. Agregat 3-1. Berarti Bayern Muenchen yang lolos ke 8 besar Liga Juara. Kane borong dua gol. Hebaat!

Tak lama kemudian pelawak Djadi Galajapo alias HM Cheng Hoo membagi artikel pendek. Seperti biasa, tentang spiritualitas Jawa. Rajin sekali Galajapo kampanye melawan kaum fundamentalis, fanatis, ekstremis agama di negeri ini.

"ISLAM PANCASILA menolak konsep Tuhan Anthropomorfis. Rahayu," tulis Djadi yang di dokumennya tertulis kelahiran Kabupaten Surabaya - sekarang jadi Kabupaten Gresik.

Ayas pun membaca tulisan Kamerad Kanjeng yang dibagikan Cak Djadi itu. Ayas renungkan kok mirip ajaran leluhur di bumi Lamaholot NTT sana.

Leluhur Nusantara memang sangat doyan kerukunan dan keserasian sesama makhluk. Semua ajaran bahkan dianggap sama. Menuju ke Dewa Lera Wulan - Penguasa Matahari dan Bulan.

Berikut artikel Spiritualitas Jawa yang ditulis Kamerad Kanjeng: 

Konsep Tuhan dalam spiritualitas Jawa adalah unik..., khas..., dan berbeda dengan konsep tentang Tuhan versi agama Samawi/Abrahamik.

Agama Samawi yang berasal dari  bangsa-bangsa yang ada di Timur Tengah..., memiliki konsep Tuhan yang cenderung anthropomorfis.

Anthropomirfis..., yaitu  bersifat dan berperilaku seperti manusia...;  seperti  senang..., marah..., cemburu..., menyuruh/memerintah..., menghukum dan sebagainya.

Spiritualitas Jawa..., tidak pernah menggambarkan Tuhan dengan konsep sebagai personal atau sosok raksasa di atas langit..., yang bebas melakukan apa saja terhadap manusia...;  seperti menguji..., memerintah..., melarang..., menghukum..., atau memberi hadiah...,  dan bsebagainya layaknya perilaku manusia yang lain.

Dalam spiritualitas Jawa..., Tuhan lebih sering disebut dengan istilah Hurip (Hidup)..., atau Sang Hyang Hurip/Sang Maha Hidup. 

Konsep ini lebih bersifat abstrak dan universal..., daripada konsep tentang Tuhan sebagai sosok yang bersifat anthropomorfis tadi.

Itulah sebabnya..., dalam spiritualitas Jawa tidak ada istilah menyenangkan Tuhan..., memperjuangkan Tuhan..., membela Tuhan..., ataupun berperang atas nama Tuhan...; karena Tuhan dipahami sebagai Sumber, Dasar dan Tujuan dari segala sesuatu..., the power of LIFE itself (Sangkan Paraning Dumadi).

Dengan demikian...,  spiritual Jawa bisa menghargai dan hidup harmonis selaras dengan kepercayaan dan keyakinan lain..., karena menganggap semua itu berasal dari Tuhan..., sehingga tidak perlu ada persaingan untuk menunjukkan atau berebut mengenai Tuhan milik siapa yang lebih benar.

Semuanya adalah berasal dan akan kembali kepada Tuhan juga..., tanpa ada pembedaan dan diskriminasi sedikitpun.

Itu juga sebabnya..., dulu orang Jawa bisa menerima dan mempersilahkan semua agama dari bangsa-bangsa asing  untuk bisa masuk..., hidup..., dan berkembang di negeri ini.

Walaupun pada saat ini...; tidak sedikit dari mereka yang kemudian berkembang menjadi arogan..., ekspansif..., dan bahkan ingin menghilangkan atau  mengusir tradisi/budaya sang tuan rumah.

Spiritualitas Jawa..., juga tidak pernah mengenal misionari...; yaitu upaya ekspansi ataupun perekrutan massa. 

Spiritualitas Jawa...,  juga tidak pernah bicara tentang dominasi untuk menguasai dan mengatur seluruh dunia ke dalam satu sistem dan seragam yang sama.

Spiritualitas Jawa menghargai keragaman dan perbedaan secara sebenarnya..., bukan sekedar basa-basi di mulut saja.

Dan karena sifatnya yang demikian..., maka spiritualitas Jawa juga tidak sibuk mengatur tentang perilaku manusia..., melainkan sekedar berusaha membangkitkan kesadaran manusia.

Spiritual Jawa menyakini..., bahwa  dengan kesadaran itu manusia akan bisa mengatur dirinya sendiri dengan lebih baik.

Spiritualitas Jawa juga tidak menciptakan doktrin yang kaku dan tidak boleh dirubah...,  karena menyadari bahwa pengertian manusia akan terus berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan tingkat kesadarannya seiring dengan waktu. 

Spiritualitas Jawa...,  juga tidak menciptakan sistem dan lembaga yang cenderung akan menciptakan penjara baru bagi umat manusia. 

Spiritualitas Jawa juga tidak menciptakan dokumentasi yang mati dan kaku..., karena menyadari bahwa kitab yang sejati letaknya ada di hati nurani dan sanubari manusia yang terdalam..., karena di situlah manusia akan bisa memahami "Tuhan" yang sejati..., dan bukan Tuhan yang sekedar sebagai "berhala mental" saja.

Spiritualitas Jawa juga tidak menciptakan teror..., ketakutan..., dan ancaman...; serta tidak ingin menciptakan perbudakan terhadap manusia berdasar ancaman dan rasa takut. 

Yang ada dalam Spiritual Jawa hanya  welas asih..., karena welas asih terhadap semua ciptaanNya  itulah sifat dan hakikat dari Tuhan yang sejati.