Judul berita di media daring semalam:
DJOKO TJANDRA BERHASIL DITANGKAP
Saya langsung komentar pendek. Guyon sama redaktur media terkenal itu. Yang berhasil itu Djoko Tjandra atau polisi?
Maksud saya agar si redaktur atau editor mengubah sedikit judul itu. Tapi siang ini judulnya masih sama. Tak ada koreksi sama sekali.
Salah kaprah! Kesalahan tersebut sudah sangat umum di koran, majalah, online sehingga sebagian besar tak merasa janggal. Salah yang sudah kaprah. Sehingga dianggap benar. Yang benar malah dianggap salah.
Sudah jelas Djoko Tjandra berhasil melarikan diri. Pengusaha besar itu berhasil memanfaatkan celah hukum di negara ini. Berkolusi dengan aparat agar bisa lolos.
Setelah cukup lama jadi bahan pergunjingan nasional, Djoko Tjandra akhirnya ditangkap di Malaysia. Kemudian dibawa kembali ke Indonesia untuk menjalani proses hukum. Kali ini Djoko tidak berhasil kabur lagi.
Karena itu, judul berita seharusnya POLISI BERHASIL MENANGKAP DJOKO TJANDRA.
Tapi bukankah sudah jadi tugas polisi menangkap maling? Mulai maling kotak amal, pencuri HP, hingga pembobol bank? Mengapa pakai kata "berhasil"?
"Kita apresiasi kerja keras pihak kepolisian," kata redaktur koran.
Apalagi polisi selama ini jadi narasumber utama berita-berita kriminalitas. Apa salahnya kalau sekali-sekali kita apresiasi keberhasilannya?
Masalahnya, prinsip utama berita adalah person makes news. Ketokohan paling penting. Dalam kasus ini Djoko Tjandra. Maka Djoko Tjandra harus diletakkan di depan. Bukan polisi yang berhasil itu.
Maka, judul berita itu seharusnya DJOKO TJANDRA DITANGKAP. Coret kata "berhasil" yang bikin penat. Lebih bagus lagi ditambah keterangan tempatnya. Judulnya menjadi:
DJOKO TJANDRA DITANGKAP DI MALAYSIA.
Pelajaran tentang polisi berhasil vs pencuri berhasil ini sebetulnya sering diulang para editor bahasa. Juga para redaktur senior setelah ditatar oleh editor bahasa. Tapi tetap saja tercetak di surat kabar dan media elektronik.
DJOKO TJANDRA BERHASIL DITANGKAP
Saya langsung komentar pendek. Guyon sama redaktur media terkenal itu. Yang berhasil itu Djoko Tjandra atau polisi?
Maksud saya agar si redaktur atau editor mengubah sedikit judul itu. Tapi siang ini judulnya masih sama. Tak ada koreksi sama sekali.
Salah kaprah! Kesalahan tersebut sudah sangat umum di koran, majalah, online sehingga sebagian besar tak merasa janggal. Salah yang sudah kaprah. Sehingga dianggap benar. Yang benar malah dianggap salah.
Sudah jelas Djoko Tjandra berhasil melarikan diri. Pengusaha besar itu berhasil memanfaatkan celah hukum di negara ini. Berkolusi dengan aparat agar bisa lolos.
Setelah cukup lama jadi bahan pergunjingan nasional, Djoko Tjandra akhirnya ditangkap di Malaysia. Kemudian dibawa kembali ke Indonesia untuk menjalani proses hukum. Kali ini Djoko tidak berhasil kabur lagi.
Karena itu, judul berita seharusnya POLISI BERHASIL MENANGKAP DJOKO TJANDRA.
Tapi bukankah sudah jadi tugas polisi menangkap maling? Mulai maling kotak amal, pencuri HP, hingga pembobol bank? Mengapa pakai kata "berhasil"?
"Kita apresiasi kerja keras pihak kepolisian," kata redaktur koran.
Apalagi polisi selama ini jadi narasumber utama berita-berita kriminalitas. Apa salahnya kalau sekali-sekali kita apresiasi keberhasilannya?
Masalahnya, prinsip utama berita adalah person makes news. Ketokohan paling penting. Dalam kasus ini Djoko Tjandra. Maka Djoko Tjandra harus diletakkan di depan. Bukan polisi yang berhasil itu.
Maka, judul berita itu seharusnya DJOKO TJANDRA DITANGKAP. Coret kata "berhasil" yang bikin penat. Lebih bagus lagi ditambah keterangan tempatnya. Judulnya menjadi:
DJOKO TJANDRA DITANGKAP DI MALAYSIA.
Pelajaran tentang polisi berhasil vs pencuri berhasil ini sebetulnya sering diulang para editor bahasa. Juga para redaktur senior setelah ditatar oleh editor bahasa. Tapi tetap saja tercetak di surat kabar dan media elektronik.