Lagu Abang Tukang Bakso dan Semut-Semut Kecil masih populer di pelosok NTT. Itu yang saya amati saat mudik ke Lembata Island beberapa waktu lalu.
Di Jawa Timur lagu anak lawas itu sudah lama hilang. Cuma sesekali saja disenandungkan ART atau babysitter untuk menghibur anak majikan.
Saya jadi ingat Melisa Trisnadi. Dialah yang populerkan dua lagu tersebut. Melisa putri bos Gajah Mada Record. Kebetulan lagu anak-anak lagi disukai pada era 90-an. Melisa diminta nyanyi apa adanya. Polos-polos saja khas anak. Tidak perlu teknik vokal yang ribet.
Lagu itu meledak. Kaset Melisa laku keras. "Gak nyangka kalau booming. Seneng banget denger lagu Semut-Semut Kecil dan Abang Tukang Bakso dinyanyikan di mana-mana," katanya.
Setelah remaja, kemudian dewasa, Melisa tidak melanjutkan karir sebagai penyanyi meski punya label rekaman ayahnya. Dia memilih usaha dagang alias bisnis. Menyanyi hanya hobi di kala senggang.
"Boleh dibilang sudah 30 tahunan saya tidak menyanyi (di depan khalayak)," katanya belum lama ini.
Melisa juga tidak aktif di media sosial. Tidak muncul di YouTube atau podcast. Malah ada gosip bahwa Melisa sudah meninggal karena kesetrum. "Aku sih biasa aja," katanya.
Di era digital industri musik sudah berubah total. Label-label macam Gajah Mada tidak bisa lagi mencetak kaset jutaan kopi seperti dulu. Lagu anak macam Semut-Semut Kecil atau Abang Tukang Bakso pun tak ada lagi.
Anak-anak sekarang malah lebih senang menyanyi lagu-lagu dewasa. Pejabat-pejabat malah senang dan menikmati. Farel dari Banyuwangi bahkan diundang Presiden Jokowi ke Istana Negara untuk membawakan lagu dangdut koplo berbahasa Jawa: Ojo Dibanding-bandingke.
Melisa prihatin dengan hilangnya lagu anak-anak di tanah air. Dia lagi cari konsep untuk mempopulerkan lagu anak yang syair dan musiknya benar-benar sesuai dengan usia anak.
"Tidak mudah karena eranya sudah berbeda," kata Melisa.
Ojo dibanding-bandingke karo jaman biyen Melisa sek cilik!