Bulan lalu HS keluar dari grup. Tanpa pamit. Tapi semua anggota grup sudah paham. HS mundur. Resign.
HS masih muda dan cerdas. Lulusan PTN ternama. Peluang dapat kerja di tempat baru terbuka lebar. Atau, lebih tepat, dia sudah dapat tawaran di tempat lain sehingga berani resign.
Mundur tanpa ada backup di lahan baru jelas berisiko. Apalagi di era akhir kekuasaan Jkw yang makin ugal-ugalan itu. Semua serba tak pasti.
Pagi ini JL pamit baik-baik di grup. Karyawati paling cakep ini bulan lalu mengakhiri masa lajang. Mungkin sudah ada diskusi dengan sang suami terkait pekerjaan yang high pressure, deadline ketat, target-target tinggi dsb.
"Saya dapat pelajaran bekerja yang luar biasa selama enam tahun," begitu kira-kira kata perpisahan JL di grup karyawan.
JL boleh dikata paling bening dan modis. Mirip artis Korea - kalau dilihat agak jauh. JL juga kerap digojlok teman-teman karena pembawaannya yang periang. Murah senyum.
Melihat tren beberapa tahun terakhir tampaknya karakter generasi baru di dunia kerja sangat berbeda dengan angkatan lawas. Mereka sangat berani keluar jika dirasa kurang nyaman atau kurang tantangan. Kurang duit juga.
Mereka berani resign meski belum ada pekerjaan baru. Mereka suka mencari tantangan di tempat lain. Mereka ogah bekerja di sebuah perusahaan atau instansi sampai pensiun.
Bekerja dua atau tiga tahun, lima enam tahun di satu perusahaan dianggap cukup. Pindah ke tempat lain. Satu dua tahun pindah lagi. Begitu seterusnya sampai bosan.
Lebih bagus lagi jika bisa buka bisnis sendiri. Kerja lebih fleksibel di mana saja karena dunianya memang sangat digital. Bukan lagi karyawan kantoran yang harus mengisi daftar hadir digital saban hari.
Terlambat satu menit saja hangus uang makan dsb. Kemudian dipanggil HRD, dapat surat peringatan, dan sanksi lain. Adik-adik generasi Z memang sebaiknya tidak kerja ikut orang.