Oleh Jihan Navira/Wafi Syihab
Mahasiswa FBS Universitas Negeri Surabaya
Meski keturunan Tionghoa, Tee Boen Liong tidak bisa lepas dari kesenian tradisional Jawa. Apalagi Boen Liong yang juga dikenal sebagai Ki Sabdo Sutedjo sudah lama bergelut di dunia pedalangan. Sudah 11 kali Boen Liong menjadi dalang wayang kulit dalam acara sedekah bumi di Kampung Pecinan, Kapasan Dalam, Surabaya.
"Kalau di Kapasan Dalam itu memang sudah langganan. Setiap tahun saya ditanggap untuk mendalang di sana. Puji Tuhan, selalu ramai, meriah, masyarakatnya sangat antusias," kata Tee Boen Liong.
Tee Boen Liong memang sangat total mengembangkan kesenian wayang kulit, campursari, wayang orang, dan tarian tradisional Jawa. Dia berguru langsung pada mendiang Ki Narto Sabdo, dalang kondang dan maestro kesenian Jawa.
"Saya malah gak ngerti bahasa Tionghoa blass. Kalau bahasa dan budaya Jawa memang saya pelajari secara khusus," ucap alumnus Universitas Wijaya Kusuma (UWK) Surabaya ini.
Setelah mendalang di Kapasan Dalam, belakang Kelenteng Boen Bio, Ki Dalang Boen Liong ikut tampil bersama Wayang Orang Suryo Budoyo di Balai Pemuda, Surabaya. Lakonnya Ontorejo Ngracut. Sebagai dalang yang punya jam terbang cukup tinggi, Boen Liong tidak kesulitan tampil bersama seniman-seniman Surabaya lainnya.
Masih di bulan Oktober 2023, Boeng Liong dipercaya menampilkan tarian untuk menyambut kapal perang Rusia yang berlabuh di Surabaya. Kali ini Boen Liong meminta anak-anak asuhnya menampilkan Tarian Nusantara.
"Intinya, tari mulai Sabang sampai Merauke. Kita ingin tunjukkan kemajemukan Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika," kepada para tamu dari luar negeri.
Sudah sejak 2014, Boen Liong dan grup tarinya dipercaya untuk mengisi acara kesenian setiap kedatangan kapal perang dari berbagai negara di Kota Surabaya. Biasanya dia lebih dahulu mempelajari karakter dan minat tamu asing itu. Pihak Rusia rupanya meminta tarian bernuansa Nusantara.
Bagaimana dengan tamu-tamu dari kapal perang Tiongkok?
"Oh, ya, kalau tentara-tentara dari Kapal Perang China kemarin dikasih Tari Lenggang Surabaya. Kalau kapal perang berlabuh di Banyuwangi bisa joget-joget di atas kapal. Kalau di Surabaya tariannya di dermaga dekat kapal perang," kata Boen Liong.