Sebanyak 265 pengungsi asal Sampang dipulangkan ke kampung halaman mereka. Selama 10 tahun warga Sampang itu tinggal di Rusun Puspa Agro, Jemundo, Sidoarjo.
Kasus ini dulu sempat ramai hingga ke luar negeri. Isunya sangat peka: soal agama. Ratusan orang Sampang itu penganut Syiah. Mazhab yang tidak dikehendaki eksis di Indonesia. Khususnya Madura.
Rumah-rumah pengikut Syiah itu dibakar. Ladang dan sebagainya pun habis. Tajul Muluk pemimpinnya ditangkap, diadili, dipenjara. Sekarang sudah bebas dan bertobat. Kembali ke jalan yang benar.
Cukup lama orang-orang Sampang itu jadi pengungsi di Sidoarjo karena akidah atawa doktrin Syiah mereka sangat kuat. Mereka berani tanggung risiko meski rumah dan harta benda mereka ludes.
Presiden SBY bersama Pemprov Jawa Timur berusaha mencari jalan keluar. Termasuk membentuk tim khusus yang dipimpin rektor UINSA Surabaya. Tetap saja sulit.
Ayas cukup sering menemui dan meliput warga Sampang di Puspa Agro itu. Sering melihat mereka bekerja sebagai kuli pengupas buah kelapa. Ada juragan dari Malang yang mempekerjakan ratusan pengungsi.
Ada juga yang jualan kopi, gorengan, bakso dsb. Awalnya sulit karena orang-orang Sampang ini asalnya petani di desa. Tidak terbiasa dengan kehidupan kota industri ala Sidoarjo. Tapi lama-lama terbiasa. Suasana di Puspa Agro jadi meriah saban hari.
Ayas juga disuruh meliput sekolahnya anak-anak Syiah Sampang. Pemkab Sidoarjo membuka kelas khusus di rumah susun. Ada juga yang dititipkan di SDN dekat rusunawa macam SDN Jemundo.
Lama-lama mereka terbiasa hidup sebagai penduduk musiman di Sidoarjo. KTP mereka tetap Sampang tapi tinggalnya di Sidoarjo. Kalau ada pemilu legislatif, pilpres, pilkada coblosnya ya di rusunawa itu.
Saking lamanya tinggal di Puspa Agro Sidoarjo, isu pengungsi Sampang tidak lagi menarik. Ayas masih sering ke Puspa Agro tapi tidak tertarik lagi membahas kasus Sampang.
Ayas justru lebih sering ngobrol dengan pengungsi-pengungsi Pakistan, Afganistan, Somalia, Myanmar, dsb. Kebetulan para pengungsi asing itu juga tinggal di rusunawa yang sama. Cuma beda tower. Pengungsi asing dibiayai UNHCR.
Ayas lalu digeser ke Surabaya. Sudah pasti makin jarang mampir ngopi di warkopnya Jeng Sri di Puspa Agro. Dekat banget dengan lokasi pengungsi asal Sampang itu. Ayas bahkan sudah tak punya nomor Ustad Tajul Muluk dan beberapa pimpinan warga Sampang di Puspa Agro.
Sampai akhirnya muncul berita kemarin di laman internet. Ratusan pengungsi Sampang akhirnya dipulangkan ke kampung halamannya. Dijemput pejabat Pemkab Sampang. Dulu Bupati Fadhilah yang pimpin pengusiran warga Syiah ke luar Pulau Madura.
Alhamdulillah!
Ayas baca ternyata masalah akidah atau doktrin sudah selesai. Ratusan warga Sampang itu sudah tobat massal. Kembali ke jalan yang benar. Tidak lagi ikut "ajaran Tajul Muluk" yang dianggap sesat.
Tajul sendiri pun sudah taubat, katanya.