Saya masih simpan bangkai BB. Lusuh dan berdebu. Mustahil bisa dipakai di masa sekarang. BB itu ibarat barang antik. Dibuang sayang, dipakai tidak bisa.
BlackBerry (BB) mengumumkan secara resmi menghentikan operasional perangkat kerasnya per 4 Januari 2022. Resminya saja. Secara de facto sudah tidak ada BB selama bertahun-tahun.
Grup BBM kami ditutup di Sidoarjo sekitar 2015 atau 2014 atau 2013. Diganti WAG atawa grup WhatsApp (WA) sampai sekarang. Untuk urusan pekerjaan rutin. Ada juga WAG nostalgia mengenang masa lalu kayak grup alumni Smansa Malang itu.
Selama 8 tahunan itu saya tidak lagi melihat HP pintar bernama BB. Ada satu dua tapi akhirnya jadi bangkai. Macam bangkai BB-ku yang hitam itu.
Saya masih ingat betapa susahnya mendapatkan ponsel BB di awal 2000. Stok terbatas di pasar. Harus antre lamaaaa. Saya pun terpaksa antre di konter seluler di Gang Lebar. Kawasan yang sangat terkenal di perempatan Gang Dolly dan Jarak.
Gang Dolly dan Jarak alias Kupang Gunung pernah sangat terkenal di Surabaya. Banyak omah-omah abang dengan sajian yang tidak lazim. Setiap hari selalu macet, padat, kayak pasar malam.
Di sisi lain, konter-konter HP di kawasan Dolly itu (dulu) biasa jualan Blackberry bagus dengan harga miring. Lebih murah ketimbang di WTC, ITC, atau konter-konter di tengah kota.
Berkat kesabaran antre panjang akhirnya dapat juga BB itu. Telepon genggam (istilah lawas HP) untuk urusan pekerjaan dan komunikasi umumnya. Grup BBM selalu ramai.
Awalnya kaku, kagok, tapi lama-lama ketagihan enaknya mengetik pakai jempol di BB. Lama-lama laptop jarang dipakai. Tidak perlu lagi ke mana-mana bawa tas punggung berisi laptop. Cukup bawa HP kecil bernama Blackberry yang praktis.
Papan ketik atau keyboard BB yang manual memang sangat enak untuk mengetik. Khususnya naskah-naskah panjang. Menulis berita minimal 400 kata lebih enak pakai BB yang ada trackball itu.
Karena itu, sering bablas sampai 600 kata atau lebih. Ketika diminta menulis minimal 1.000 kata pun enak saja pakai BB. Naskah-naskah di blog lama yang panjang pun pakai BB.
Ketika BBM pensiun pada 2013/2014 mulailah AKB: adaptasi kebiasaan baru. Harus mengetik di android yang pakai papan ketik virtual. Tak ada lagi tombol-tombol aksara yang terasa.
Sebetulnya sama saja dengan BB. Tapi rasa dan sensasinya lain. Kecepatan mengetik jadi berbeda dengan BB yang masih berasa laptop atau desktop. Meski HP android ada teks prediktif sehingga tidak perlu ketik huruf satu per satu.
Saya masih saja belum bisa mencapai kecepatan mengetik seperti era BB dulu. Akurasi kata-kata pun turun. Ada saja typo. Maksudnya mengetik p tapi yang muncul tetangganya o. Maksudnya k jadi j atau l tetangganya.
Bagaimanapun juga BB dengan BBM-nya pernah sangat berjasa di masa lalu. Tapi pada akhirnya menyerah kalah dan tutup. Gang Dolly lebih dulu ditutup Wali Kota Bu Risma pada tahun angka sial 2013.