Tahun 2021 baru berlalu. Saya tak sempat merayakannya. Badan terlalu capek karena Jumat sore sampai malam, 31 Januari 2021, tetap kerja meskipun deadline dimajukan.
Kalau biasanya pracetak selesai di atas pukul 21.00, jelang pergantian tahun harus di bawah 19.00. Itu pesannya orang percetakan di Gresik. Semua sepakat dan senang. Paling tidak ada sedikit ruang untuk tasyakuran malam tahun baru di kampung. Atau menikmati malam Old & New di tempat lain.
Tapi... pandemi Covid-19 masih panjang. PPKM diperketat pada malam tahun baru. Pemerintah justru melarang semua acara yang melibatkan orang banyak. Termasuk tasyakuran itu.
Maka malam tahun baru ini hanya disyukuri sederhana. Di dalam gedung tua anno 1880 di Kembang Jepun, Surabaya. Diikuti anggota grup WA yang 20 orang. Tapi ada beberapa peserta berhalangan dan tidak ngantor.
Tumpengan sederhana khas makanan tasyakuran. Tapi kelihatannya enak banget karena lapar. Perut memang sengaja dikosongkan. Ada doa bersama dipimpin Mas Tri lalu basa-basi penyerahan tumpeng.
Mbak Pemred menyerahkan tumpeng ke saya karena dianggap paling senior. Juga dianggap gurunya wartawan-wartawan yang lebih muda dan reporter magang. Tepuk tangan, foto bareng, lalu makan-makan.
Tahun 2021 boleh dikata Annus Horribilis. Horrible year. Tahun mengerikan. Covid merajalela dengan varian Delta yang dahsyat bulan Juni sampai Agustus.
Begitu banyak orang yang terpapar akibat serangan virus corona. Sempat lockdown dua tiga bulan. Sebagian karyawan terpapar corona. Banyak yang kena tapi tidak tes PCR, isolasi mandiri di rumah, sehingga dianggap sehat walafiat.
Sementara itu, ada sejumlah kawan lama, pensiunan, relasi, keluarga dekat yang meninggal dunia karena corona. Itu yang jadi refleksiku di malam tahun baru.
Akankah Annus horribilis segera berlalu? Diganti Annus Mirabilis, wonderful year? Mudah-mudahan begitu. Sebab nestapa pandemi yang kita alami sudah terlalu lama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar