Menjelang Natal 2020 ini saya mampir ke gereja. Ingin cari informasi tentang persiapan liturgi Natal hingga renungan. Kalau ada renungan rama yang saya anggap menarik, dan universal, biasanya saya minta untuk dimuat di surat kabar.
Sebetulnya renungan atau refleksi rama-rama atau pendeta di Jawa cukup bagus. Tapi banyak yang penuh dengan kutipan ayat suci. Mirip pelajaran eksegese atau pendalaman Alkitab. Karena itu, tidak cocok dimuat di koran atau majalah yang pembacanya 95 persen beragama Islam.
Sebaliknya ada rama atau pater yang renungannya sangat bagus untuk media massa umum. Contohnya renungan-renungan RD Antonius Benny Susetyo. Ini karena sejak ditahbiskan pada 1996 lalu Rama Benny senang menulis artikel untuk media umum hampir tiap hari. Karena itu, renungan-renungan Rama Benny sangat khas artikel opini di koran-koran.
Saking universalnya, pastor asal Malang itu sering lupa mengutip ayat-ayat Alkitab. Terlalu banyak ayat suci juga tidak menarik. "Yang penting itu pesannya sampai," katanya.
Nah, Rabu pagi ini, saya mampir ke Gereja Salib Suci, Wisma Tropodo, Waru, Sidoarjo. Paroki di dekat perbatasan Surabaya-Sidoarjo yang tiga pastornya berasal dari Flores. Semuanya SVD. Siapa tahu Pater Frans, Pater Gabriel, atau Pater Yosef punya renungan jelang Natal.
Eh, saya lupa sekarang masih pandemi Covid-19. Protokol kesehatan di lingkungan gereja ternyata sangat ketat. Jauh lebih ketat ketimbang di bandara, hotel, pusat belanja, atau kantor-kantor di Surabaya.
Pagar gereja di Wisma Tropodo itu ditutup rapat. Satpam sudah siap menembak tubuh kita dengan senjata khusus pengukur suhu tubuh. Ia juga terkesan mencurigai siapa saja yang hendak masuk ke halaman gereja.
"Apa keperluan Anda datang ke sini?" tanya satpam berbadan gemuk.
Waduh... mau jawab apa? Saya tidak punya keperluan penting sebetulnya. Cuma lihat pengumuman jadwal misa Natal dan sebagainya.
"Lihat pengumuman misa aja," kata saya sambil tersenyum kecut di balik masker.
"Sekarang tidak ada misa!" katanya agak keras kayak tentara.
"Saya tahu tidak ada misa sekarang. Mau lihat pengumuman di sebelah itu."
Kelihatannya satpam itu berusaha menolak saya masuk ke halaman Gereja Salib Suci. Tapi akhirnya membiarkan saya masuk sejenak untuk melihat papan pengumuman di dekat pos pengamanan.
Ternyata belum ada wara-wara seputar liturgi Natal. Cuma ada pengumuman loker-loker yang sudah kedaluwarsa. Rupanya sejak MDR, misa dari rumah, Maret 2020 tidak ada update pengumuman di gereja. Cuma pengumuman singkat via daring.
Bagaimana kalau saya ketemu salah satu pater? pikir saya. Sekalian wawancara tentang Natal untuk dijadikan renungan. Jadi, pater tidak perlu capek-capek menulis artikel sendiri.
"Mas, apakah saya bisa bertemu Pater Yosef," tanya saya kepada satpam.
"Apa sampean sudah janjian?"
"Belum."
"Harus janjian dulu karena rama sangat sibuk. Banyak umat lain yang juga ingin ketemu!"
"Oh... gitu ya! Harus janjian dulu!"
"Nanti kalau sudah janjian akan disampaikan ke sekretariat untuk dijadwalkan kapan bisanya. Bisa minggu depan atau kapan waktunya," ujar satpam gereja yang saya lupa namanya.
Wow... ternyata tidak mudah bertemu pastor di era pandemi ini. Bahkan sebelum pandemi pun kelihatannya satpam-satpam gereja sudah punya prosedur macam ini.
Saya pun langsung pulang dengan wajah lesu. Gak nyangka ternyata birokrasi di paroki lebih rumit ketimbang di pemerintahan. Lebih mudah menemui Bupati Sidoarjo atau Wali Kota Surabaya ketimbang rama-rama di gereja.
Maka, saya pun kehilangan selera untuk meminta renungan Natal dari pastor lain. Cukup nelepon atau pesan pendek ke RD Benny Susetyo. Dijamin langsung dikasih refleksi Natal yang panjang (1000 kata), sedang (600 kata), atau pendek (300 kata) sesuai pesanan. Tanpa dijejali banyak kutipan ayat-ayat Alkitab di tubuh artikel.