"Ama, romo di Salib Suci ne Romo Yosep Bala kah. Ra aku lewu?"
Begitu pertanyaan Ama Paul, guru SMA Petra, Kalisari, Surabaya, kepada saya. Bapa guru asal Botung, Adonara Barat, ini sudah bertanya Mbah Google tapi tak ada jawaban. Cuma ada satu dua kalimat pendek tentang sang pastor.
Ini juga menunjukkan bahwa Google tidak bisa diandalkan 100 persen. Kalau tidak ada input dari blogger, media massa, atau media sosial, maka Google tidak bisa apa-apa. Rupanya blogger paroki atau media gereja di Surabaya dan kota-kota lain kurang tertarik menulis sedikit profil pastornya.
Karena itu, hampir tidak ada umat Katolik di Surabaya yang tahu kampung asal Pater Yosef Buku Bala SVD. Tahunya ya dari Flores. "Dari namanya sih beliau asal Flores," kata seorang aktivis di Paroki Gembala Yang Baik, Jemur Handayani, Surabaya.
Flores mana? Flores itu ada 8 kabupaten? Ditambah Lembata jadi 9 kabupaten? Dari Ende, Sikka, Larantuka, Manggarai? Gak nyambung. Pokoknya Flores.. titik.
Syukurlah, saya pernah ngobrol sejenak dengan Pater Yosef Buku Bala SVD di Gereja Gembala Yang Baik (GYB) Surabaya. Beberapa tahun silam. Saat itu pater yang tak suka banyak bicara ini bertugas di GYB. Sehingga saya jadi tahu asal usulnya.
Maka, saya pun bisa menjawab pertanyaan Guru Paul yang juga penulis pantun dolo-dolo Lamaholot itu. "Kita sama-sama Lamaholot, Ama," jawab saya kepada Ama Paul yang tinggal di Pondok Jati Sidoarjo.
Bedanya, Ama Paul orang Adonara Barat, Ama Hurek Lembata Utara, Pater Yosef Buku Bala SVD Flores Timur Daratan. Tidak jauh dari Kota Larantuka. "Kampungnya Lewo Uran, daerah Lewo Tobi," tulis saya di pesan WA.
Lewo artinya kampung. Uran: hujan. Tobi: asam. Mungkin kampung asal Pater Yosef Buku Bala SVD itu banyak hujan dan banyak asam.
Satu lagi yang paling penting. Pater Yosef Buku Bala SVD ini punya adik kandung di Vatikan. Namanya Pater Markus Solo SVD. Salah satu staf kepausan sejak Paus Benediktus XVI. Pater Markus Solo SVD bertugas memajukan kerja sama Vatikan dengan berbagai kalangan lintas agama di dunia.
Ama Paul rupanya senang dengan penjelasan saya. Lalu menemui Pater Yosef Buku Bala SVD di pastoran Paroki Salib Suci, Wisma Tropodo, Waru, Sidoarjo. Beberapa saat kemudian dia mengirim foto pertemuan dengan Pater Yosef Buku Bala SVD.
"Goe kerung Tuan kae. Nae berkat kontas goe tou," tulis Ama Guru Paul yang audiensi bersama istrinya.
Pesan bahasa Lamaholot itu artinya: Saya sudah ketemu Pater (Yosef Buku Bala). Beliau sudah memberkati saya punya kontas (rosario).
Kontas. Istilah ini sangat khas Flores Timur alias Lamaholot. Tidak ada orang yang sebut Rosario. Sembahyang Kontas sudah menjadi kebiasaan bahkan budaya di bumi Lamaholot alias Keuskupan Larantuka.
Dalam keadaan apa pun orang sembahyang kontas. Meskipun kontasnya sering tidak sampai 5 peristiwa. Saat berada di kampung halaman, saya perhatikan kontas biasanya paling banyak 3 peristiwa. Satu peristiwa yang sangat umum.
Beda dengan di Jawa Timur yang sembahyang rosario selalu full 5 peristiwa. Hampir tidak ada lingkungan atau kelompok doa yang mendiskon rosario.
Begitulah. Rupanya tiga paroki SVD yang bertetangga di Surabaya-Sidoarjo punya imam asal Lamaholot. Pater Gregorius Kaha SVD di Paroki Gembala Yang Baik, Jemur Handayani (asli Solor), Pater Dominikus Beda Udjan SVD di Paroki Roh Kudus, Rungkut-Gununganyar (asli Lembata), dan Pater Yosef Buku Bala SVD, Paroki Salib Suci, Tropodo, Waru (asli Lewouran, Lewotobi).