Seniman patung Santoso Setijono, 72, berpulang pekan lalu. Jenazahnya dikremasi di Kembang Kuning, Surabaya, Sabtu 11 Maret 2023. Cukup banyak kenangan dengan Cak San, sapaan akrab perupa lulusan ASRI Jogjakarta, 1978, itu.
Cak San rada nyentrik khas seniman. Asyik diajak ngobrol apa saja. Meledak-ledak gayanya. Selalu semangat dan optimistis. Guyonannya juga asyik.
Sepeninggal Cak San, saya cari-cari tulisan lama tentang pria kelahiran Jogjakarta, 12 Oktober 1950, itu. Tak banyak informasi di internet. Maklum, tak banyak wartawan yang menulis tentang kiprah pematung ini.
Eh, kebetulan nemu arsip koran lawas di Surabaya. Tulisanku sendiri juga. Hasil ngobrol ngalor ngidul saat Santoso sedang menyelesaikan patung Cak Durasim di Taman Budaya Jatim, Jalan Gentengkali 85 Surabaya.
Tidak pakai catatan, tak pakai rekaman, hanya mengandalkan memori otak. Itu salah satu ajaran Suhu Dahlan Iskan. Bahwa semua wartawan Jawa Pos Group tidak boleh mencatat saat wawancara dengan narasumber. Kecuali angka-angka, tanggal lahir, ejaan nama, nomor telepon, dan sejenisnya.
Nah, para seniman senior ini kebanyakan tidak mau anaknya ikut jejak bapaknya jadi seniman. Mulai dari Rudi Isbandi, Liem Keng, Bambang Thelo, hingga Santoso ini.
"Sejak awal saya justru melarang anak-anak saya jadi seniman," kata Santoso seperti dikutip Radar Surabaya, Minggu 25 November 2007.
"Cukup bapaknya saja yang jadi seniman. Saya tidak mau anak-anak melakoni hidup seperti saya."
Tidak heran, dua anak Cak San tidak bergelut di dunia kesenian. Natashia Sekar Akoso dan Christosa Lingga Hasmoro punya dunia sendiri. Jauh dari dunia seni rupa atau visual art.
Saya jadi ingat seniman Liem Keng sang maestro sketsa di Undaan Kulon 125 Surabaya. Anak-anaknya pun jauh (atau dijauhkan) dari dunia serupa. Ada yang dagang di Bali, ada yang di Sulawesi.
Karena itu, rumah sekaligus studio dan toko pracangan Liem Keng di Undaan Kulon dijual tak lama setelah papanya meninggal dunia. Sekarang jadi toko listrik. Padahal, Liem Keng dulu pernah menyatakan keinginannya agar rumah studio itu dijadikan museum.
Nasib Museum Rudi Isbandi di Karang Menjangan pun tidak jelas. Sudah mangkrak sepeninggal seniman senior yang doyan blusukan setiap hari ke berbagai sudut kota itu.
Saya pun mampir ke rumah studio Cak Santoso Setijono di Desa Keboan Anom, Gedangan, Sidoarjo. Hening, sepi, tertutup rapat. Saya langsung teringat nasib rumah Rudi Isbandi dan Liem Keng di Surabaya. Juga rumah dan studio rocker legendaris Ucok AKA Harahap di Lawang.
"Anaknya bilang rumah ini mau dijual," kata tetangga mendian Cak San.
Hidup itu singkat, seni abadi!
Rumah seniman (biasanya) lekas berlalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar