Cap Go Meh itu pesta bulan purnama pertama penanggalan Tionghoa. Jatuhnya pekan lalu. Aku sempat cicipi lontong capgomeh di Kapasan Dalam. Belakang Boen Bio yang terkenal itu.
Tapi Pemkot Surabaya baru gelar Festival Cap Go Meh di Kembang Jepun, Minggu (12/2/2023). Tepat seminggu setelah bulan purnama. Bulannya sudah mati.
Tentu saja tidak cocok dengan konsep Cap Go Meh asli Tionghoa, kata temanku yang sekarang jadi suhu fengshui dan host acara pecinan di televisi lokal.
Mei guan xi lah! Tidak apa-apa.
Hujan deras mengguyur Surabaya sejak sore. Kemudian mereda sedikit malam hari. Di tengah rintikan hujan ratusan orang memadati arena Kya-Kya di Jalan Kembang Jepun. Lengkap dengan busana khas Tionghoa.
Cak Eri, wali kota Surabaya, tak ketinggalan. Ia terus menggelorakan semangat gotong royong, toleransi, saling hormat, di antara masyarakat Surabaya yang berbeda-beda latar belakang.
"Saya bangga, meskipun gerimis, gak ada rasa takut bagi warga Surabaya untuk datang ke Festival Cap Go Meh 2023. Ini yang semakin membuat Surabaya kuat sebagai kota toleransi," kata Cak Eri.
Cak Eri lalu melepas peserta Festival Cap Go Meh. Lalu pawai dari Kembang Jepun, Slompretan, Coklat dekat Kelenteng Sokhaloka, Karet, Kalimalang belakang Radar Surabaya, dan kembali lagi ke Kembang Jepun.
Selamat Tahun Kelinci Air!
Semoga tahun depan lontong cap go meh diperbanyak (dan gratis)!
Semoga semua makhluk bahagia!
Enake cak, ciak Lontong Cap Go Meh. Kene gak onok Cak
BalasHapusLontong cap go meh itu selalu dijual setiap saat. Tidak perlu tunggu Cap Go Meh dulu. Enak rasanya kayak opor ayam.
HapusItulah kekhasan kuliner Tionghoa peranakan di RI. Di Tiongkok malah gak ada lontong macam ini.
Ilatku ilat Jowo cak. Luwih cocok panganan Jowo tinimbang panganan Cino.
HapusOuwww.. seneng ampyang kuwi. Bumbune jowo pancen joss.
HapusAmpyang panganan doyan, ampyang uwong yo demen wkwkwkwk. Opo2 sing hasil persilangan budaya iku luwih joss metune, Cak.
Hapus