Kamis, 14 Juli 2022

Ojek terlalu mahal, hidup sepeda motor!

Ketika motor atau mobil masuk bengkel baru terasa betapa mahalnya ongkos transportasi. Tarif pergi-pulang ke tempat kerja Rp 68 ribu. Pakai ojek motor. Ojek mobil sudah pasti lebih mahal.

Uang 68K ini sudah dapat bensin banyak. Bisa dipakai naik motor keliling kota, keluar kota, dsb. Betapa efisiennya sepeda motor. 

Terlepas dari sisi negatifnya, bikin macet, polusi, ugal-ugalan, sepeda motor adalah berkah bagi wong cilik. Kalau tidak ada motor ya karyawan di Surabaya bisa mati kelaparan. Sebab upah setara UMK 4 jutaan habis untuk bayar ojek online. Apalagi kalau penghasilan di bawah UMK.

Hidup sepeda motor πŸ‘πŸΌπŸ‘πŸΌ✅✅

6 komentar:

  1. Seandainya saya ingin naik ojek dari bandara Juanda ke rumah teman saya di jalan Bakmi Surabaya, apakah masih ada Mas supir ojek yang tahu, dimana letaknya jalan Bakmi ? Teman saya di SMP dulu, anak pemilik hotel jalan bakmi yang tersohor bagi para pembisnis yang berkunjung ke Surabaya, karena letaknya diseberang Stasiun Semut. Apalagi kalau mau ke jalan Swatauw atau jalan Amoy di Surabaya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aha.. itu nama2 jalan tempo doeloe yg pake nama berbau Tionghoa en sudah lama ganti nama. Bakmi jadi Jalan Samudera. Jalan Amoy, Nanking, Peiping, Swatauw dsb itu di Simolawang Baru.

      Kebetulan ada bapa ketua RW di Simolawang Baru yg sering bahas nama2 jalan lama sehingga kita orang dapet tau seedikit.

      Kita haturken terima kasih atas Siansen punya perhatian dengen nama2 jalan lama.di Soerabaia. Jalan Pecinan Kulon dituker jadi Jalan Karet. Jalan Topekong jadi Jalan Cokelat.

      Hapus
  2. Ojek motor dari Juanda ke Bakmi biasanya 45 ribu. Ojek mobil atawa taksi online cukup 104 rebu aja.
    Masalahnya, Bandara Juanda ini punya Bung Alri sehingga dikuasai taksi² milik penguasa segara. Taksi² atawa ojek² luar yg nekat masuk bisa kena urusan panjang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Syukurlah masalah transportasi di bandara Juanda diambil alih oleh para anak buahnya Dewa Baruna, seandainya bukan begitu, pastilah sudah dikuasai oleh saudara kita Madas, bisa tambah runyam.
      Setelah lulus berijasah SMP, isun bilang ke ibu, Ma, gua tidak mau sekolah lagi ! Ibu: Lu tidak mau sekolah, mau jadi apa ? Gua mau daftar ke Bung Alri, jadi KKO untuk ikut ganyang Tengku ! Kala itu antara anak2 muda ada dua pilihan, jadi anak buahnya Sarwo Edhie ataukah pilih KKO nya Hartono.
      Je weet toch, mana ada Arek-Suroboyo pilih Sarwo.
      Bagi Ike, secara jasmaniah, pilih KKO bukan untuk tempeleng Tengku, melainkan ingin punya rambut gondrong, seperti teman2 yang pulang dari Serawak.
      Dilain pihak, secara rohaniah, ike pilih baret-ungu, supaya tidak ada rasa takut lagi kepada teman-ku Madas.
      Ibu-ku menelpon, mengadu kepada engkoh-ku yang di Banyuwangi. Engkoh-ku datang, bukan baret ungu yang ku dapat, melainkan kedua belah pipi-ku jadi ungu ditempeleng oleh engkoh.
      Setelah lulus SMA, adegan ludruk dimulai lagi. Kali ini bukan urusan baret ungu, melainkan isun minta prahoto, untuk jadi supir truck, atau laoban transportasi. Katanya engkoh, Ma, anak lu yang satu ini bukan nakal lagi, tetapi sudah edan, buang saja dia ke Djerman ! Inilah Karma.
      Achirnya toch ike harus wajib jadi tentara. Tidak enak lho jadi tentara, enakan jadi wartawan bisa ngeloyong dengan alasan meliput ke TKP.

      Hapus
    2. Menarik betul siansen punya riwayat. Bandara Juanda punya PT Angkasa Pura tapi tanahnya punya Bung Alri. Dia orang punya ribuan hektare tanah di Juanda dan sekitarnya.

      Bung Auri malah gak punya lapangan terbang di Surabaya - Sidoarjo tapi di Madiun dan Malang.

      Hapus
  3. Madas gak wani sama bung Alri. Bung Akri juga segan banget.

    BalasHapus