Sabtu, 09 Juli 2022

Ibadah haji di era media sosial

Beberapa kawan naik haji tahun ini. Daftarnya sejak lama. Antre 10 tahun lebih. Sekarang antrean bisa puluhan tahun saking antusiasnya orang untuk menunaikan rukun kelima. Plus makin mampu membayar ongkos sekitar 50 ribu, eh juta rupiah.

Nah, teman-teman lama yang berhaji ini pun pamit keluar grup WA sebulan sebelum terbang ke Saudi. Alasannya biar lebih fokus ibadah. Media sosial, khususnya WAG, sering mengganggu konsentrasi untuk mendekatkan diri pada Gusti Allah.

Yah.. sebetulnya banyak orang yang ingin left grup WA tapi sungkan. Tidak enak dengan kanca-kanca lawas. Persiapan naik haji rupanya jadi alasan yang pas. Kanca-kanca di grup bisa memahami.

Sebaliknya, saya perhatikan, banyak juga yang tetap online meskipun sudah berada di tanah suci. Selalu bagi informasi, foto-foto selfie, dan sebagainya dari Makkah dan situs lain di kota suci itu.

Gubernur Jawa Timur Khofifah, saya perhatikan, cukup aktif di media sosial. Justru setelah berada di tanah suci. Ia bagi foto kucing lucu di dalam masjid. Kemudian beli topi khusus penahan radiasi matahari saat ziarah. 

Banyak sekali komentar yang positif. Mendoakan Bu Gub agar menjadi hajah mabrur. Sekaligus berdoa agar umat muslim yang lain pun diberi kemampuan dan peluang bisa naik haji suatu saat.

Selama menjalankan ibadah haji, Khofifah dapat izin cuti khusus dari pemerintah pusat. Wagub Emil ditunjuk sebagai pelaksana tugas atawa Plt. Dengan begitu, Bu Gubernur bisa fokus ibadah, ibadah, ibadah. Toh, sudah ada wagub yang untuk sementara dapat tugas sebagai gubernur.

Tapi, rupanya, era media sosial ini memberi peluang kepada siapa saja untuk bekerja di mana saja. Selama berada di tanah suci pun Bu Gub masih tetap bisa memantau perkembangan di Jawa Timur.

Tadinya saya membayangkan jamaah haji Indonesia yang jumlah 200 ribuan itu (kalau normal) bersikap macam saya punya kanca lawas. Puasa medsos, keluar grup WA, dan hidup offline seperti sebelum ada media sosial. Ternyata tidak mudah bagi manusia modern untuk melepaskan diri dari belitan smartphone dan media sosial.

Selamat Idul Adha!

3 komentar:

  1. Setelah selesai membaca artikel diatas, barulah isun mulai mengerti makna peribahasa " Menyusui Beruk di Hutan - Anak di Pangkuan Kelaparan ". Semoga Mbakyu diberkahi kutang yang gede.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yah.. kita doaken semoga para haji kita pulang selamet dan membawa berkat untuk kita punya negara tercinta.

      Hapus
  2. Siansen punya peribahasa soal beruk menarik sekali. Lama kita orang tidak denger itu beruk yang pinter lompat2 cari makan di alas.

    BalasHapus