Minggu, 23 Februari 2020

Pejalan Kaki Ditabrak di A. Yani

Baru saja kita bahas kucing vs manusia. Pengendara motor dan mobil di Surabaya lebih takut kucing daripada manusia. Takut menabrak kucing. Sebaliknya cuek sama manusia.

Eh.. tiba-tiba ada berita di Radio Suara Surabaya. Pejalan kaki tewas di Jalan Ahmad Yani Surabaya. Ditabrak pengendara motor. Kecepatan tinggi. Penabraknya orang Sidoarjo.

Lalu muncul banyak komentar di Twitter Suara Surabaya. Ada yang menyalahkan korban (pejalan kaki), banyak yang bisa memahami posisi penabrak.

Lampunya kurang terang, kata si A. Pejalan kaki sering seenaknya nyeberang, kata B. Kecepatan di atas 40 km/jam, kata C.

Sudah terlalu sering kecelakaan yang begini ini. Dan pasti bakal ada lagi korban-korban lain berjatuhan di jalan raya. Selama belum ada disiplin dan kesadaran masyarakat. Bahwa pejalan kaki perlu dihormati. Harus ada toleransi di jalan raya.

Saya sering ikut membantu program safety riding yang diadakan kepolisian dan Pemkab Sidoarjo. Dari sekian banyak materi, praktis tidak ada pelajaran untuk menghargai pejalan kaki, pesepeda, atau disabilitas.

Yang paling banyak dibahas adalah helm standar, sabuk keselamatan, dan periksa kondisi kendaraan. Padahal, menurut saya, perhatian terhadap pejalan kaki ini yang paling penting. Apalagi tempat penyeberangan masih sangat sedikit.

Orang bisa nyeberang di mana saja. Mirip kucing. Tapi mengapa kucing lebih aman ketimbang manusia?

1 komentar:

  1. Saya dua kali ujian SIM di Amerika Serikat, satu kali di negara bagian California, dan yang satu lagi di negara bagian dekat Chicago. Setiap kali ada ujian tulis dan ujian praktek mengemudi. Di ujian tulis, yang paling ditekankan ialah 2 hal: jangan mengemudi setelah minum bir / anggur / arak, dan apa pun yang terjadi, pejalan kaki selalu mempunyai hak jalan. Jadi misalnya ada orang yang nyelonong untuk nyeberang, ya tetap aja pengemudi mobil harus berhenti.

    BalasHapus