Yuliati Umrah, Ketua Yayasan Arek Lintang, yang juga dikenal sebagai petani dan perangkai bunga, kini tengah membudayakan tanaman cempaka mulia (Magnolia figo) di Tetirah Gayatri. Bunga dengan aroma wangi khas ini menjadi salah satu tanaman yang ia tanam secara mandiri untuk kebutuhan usaha dan pelestarian tradisi.
Menurut Yuliati, cempaka mulia memiliki sejarah panjang sebagai bunga yang digunakan dalam berbagai ritual penting di Indonesia, khususnya di Ambon, yang merupakan habitat asli bunga ini.
"Sejak era kuno, bunga ini digunakan sebagai persembahan karena aromanya yang sangat wangi," katanya.
Yuliati mulai menanam cempaka mulia pada tahun 2020, saat pembangunan Tetirah Gayatri, dan sejak itu ia merawatnya dengan penuh perhatian.
Ia juga baru mengetahui bahwa bunga ini memiliki peran penting dalam adat istiadat masyarakat Tengger. "Baru dua tahun terakhir saya tahu bahwa bunga ini digunakan oleh pemimpin suku Tengger, Romo Dukun, dalam upacara besar dan ritus wajib mereka," lanjutnya.
Tidak hanya itu. Bunga cempaka mulia juga digunakan dalam tradisi malam Jumat Legi oleh masyarakat di desa-desa di lereng Gunung Arjuno, yang memiliki sejarah sebagai tanah suci sejak era Kerajaan Singasari dan Majapahit.
Yuliati menambahkan bahwa selama ini banyak yang mengenal bunga cempaka kanthil (cempaka kuning atau cempaka gading) yang berasal dari India dan Nepal. Namun cempaka mulia yang memiliki aroma lebih lembut dan jarang ditemukan, justru menjadi pilihan utama dalam ritual-ritual tersebut.
"Saya bersyukur dua pohon cempaka mulia saya tumbuh besar dan berbunga banyak. Bahkan, saya sudah berjanji kepada Romo Dukun Tengger untuk tidak segan memetiknya bila dibutuhkan untuk upacara," ujarnya.
Melihat pentingnya pelestarian bunga ini, Yuliati juga mengajak teman-temannya di Desa Bulukerto, lereng Gunung Arjuno, untuk menanam lebih banyak pohon cempaka mulia. "Keburu punah nanti," ungkapnya.
Ia mengundang siapa pun yang ingin menikmati harum lembut bunga cempaka mulia untuk berkunjung ke Tetirah Gayatri yang terletak di lereng Gunung Bromo.