Oleh Dukut Imam Widodo
Penulis Buku Soerabaia Tempo Doeloe
"Akung, siapa orang kulit putih yang duduk di meja kerjanya Akung?" tanya Santi (4 tahun), cucu dari Diro teman saya.
Hari itu hari Minggu. Seperti biasa Diro ngajak Santi satu-satunya cucunya untuk jalan-jalan, sampai akhirnya Diro mampir ke kantornya karena kuncinya ketinggalan di kantor.
Kantor Diro adalah sebuah bangunan kuno peninggalan Belanda di Jalan Gemblongan, Surabaya. Begitu memasuki ruangan kerja kakeknya, meluncurlah pertanyaan dari bocah itu tadi.
Tentu saja Diro kaget. Ia tidak melihat siapa-siapa di tempat ini. Namun ia segera mafhum. Anak kecil memang lebih peka terhadap hal-hal yang bersifat metafisik.
Diro cepat-cepat meninggalkan ruang kerjanya. Ia melihat Santi tersenyum dan 'dadah' melambaikan tangannya pada makhluk tak kasat mata itu.
Begitulah yang dituturkan oleh Diro kepada saya beberapa waktu yang lalu.
Lain pula yang diceritakan oleh Hilman, pemilik sebuah bangunan kuno-megah yang ada di kawasan Kembang Jepun.
Di dalam ruangan kerjanya itu, ia merasa ada sesuatu yang aneh. Seminggu yang lalu ia dapat kiriman satu paket cookies yang isinya bermacam-macam.
Ada nastar, kastengels, garut keju dll. Satu per satu toples roti kering itu ia buka untuk dicoba rasanya. Semuanya enak, persis seperti cookies yang ia rasakan tatkala masih kuliah di Den Haag.
Ia ingat dengan jelas bahwa semua roti kering dalam toples plastik itu ia ambil tiga-tiga. Dan ia sudah bisa memperkirakan sisanya.
Namun pagi ini, ia terkejut. Masing-masing toples yang berjumlah 10 itu, isinya tinggal separuh!
"Pasti ada yang mengambil! Tapi siapa orangnya?"
Semula yang ia curigai adalah Tarman si penjaga malam. Namun kecurigaan itu segera ia tepiskan. Mana mungkin Tarman yang giginya ompong itu bisa mengunyah roti kering?
Ia sengaja tak mau menceritakan hal ini pada Dina sekretarisnya, atau stafnya yang lain. Memalukan, masak direktur kehilangan makanan, seluruh kantor diberi tahu?
Ketika membuka iklan-iklan di Youtube. Tak sengaja ia pun menemukan solusinya. Tanpa berpikir panjang, iapun menelpon perusahaan pemasang iklan itu.
Ketika seluruh pegawainya sudah pulang, petugas dari perusahaan itu pun datang. Ia tidak menceritakan, mengapa ia membutuhkan benda tersebut.
"Pasanglah di tempat yang tidak mencolok!" perintahnya.
"Baik, Pak," jawab petugas itu.
Sejam kemudian pekerjaan itu sudah selesai. Sebuah kamera khusus kini sudah terpasang di ruang kerjanya.
Kisahnya belum bisa dilanjut karena ada tamu.