Rabu, 17 April 2024

Hari Kartini - Tak Ada Lagi Wanita Bersanggul

Pertemuan kemarin membahas edisi khusus Hari Kartini. Beberapa wanita dinominasikan sebagai Kartini masa kini. Kriterianya subjektif pasti.

Saya jadi ingat Hari Kartini tempo doeloe. Ada kebiasaan wanita-wanita pakai kebaya, bersanggul. Hari Kartini pun identik dengan Hari Kebaya atau Hari Sanggul.

Apakah masih ngetren sanggul dan kebaya di tanah air? Jawa Timur khususnya?

Ki Dalang Tee Boen Liong prihatin. Suasana sekarang sudah beda jauh dengan tahun 90-an. Era modern, digital, dibarengi dengan kebangunan rohani. Revivalisme. Maka sanggul ikut menepi.

Tee Boen Liong, dalang Tionghoa Surabaya, menulis:

"Sanggul² usaha persewaanku sudah menjadi kenangan karena jarang dan hampir ga ada yg sewa sanggul di acara hajatan & karnaval².

Bahkan di Hari Kartini sudah jarang ada karyawan bank yg berkebaya bersanggul. Hanya penari, pesinden dan pelestari budaya aja yang bersanggul.

Saya berharap masih tumbuh generasi penerus kita yang mau berkebaya & bersanggul yg melestarikan budaya tradisional Indonesia."

Saya lalu ngobrol agak panjang dengan Ki Boen Liong. Ruwet juga masalah persanggulan ini. Akidah agama, doktrin, kebangunan rohani ikut membuat sanggul-sanggul makin tidak laku di masyarakat.

Wanita dulu menganggap rambut sebagai mahkota. Makin berwibawa jika mahkota itu dikasih sanggul.

Zaman sekarang rambut wanita kudu ditutupi. Tidak boleh memperlihatkan rambut di tempat umum. Rambut istri hanya boleh dilihat suami, kata komentator di media sosial.

Apa boleh buat, Boen Liong kudu banting setir. Tidak bisa lagi usaha persewaan sanggul. Boen Liong pasti lebih tahu apa yang sedang ngetren di pasar yang berubah.

Nyambangi Senior Mitreka Satata, Dukut Imam Widodo, di Wiguna Surabaya


Ayas pagi ini nggowes ke kawasan Juanda, Tambak Sumur, Wisma Gunung Anyar (Wiguna). 

Mampir ke Wiguna Tengah IX. Nyambangi Sam Dukut Imam Widodo. Silaturahmi Lebaran.

Ayas sudah sering mampir ke rumah Sam Dukut. Beliau ini senior sesama alumnus Mitreka Satata alias SMAN 1 Malang. 

Karena itu, Dukut biasa cerita tentang gedung old school di kawasan Tugu Malang yang eks AMS/HBS pada masa Hindia Belanda. Lengkap dengan misteri-misteri noni Londo nan rupawan.

"Ayas alumnus Mitreka Satata tahun 1973. Wis kewut," kata Sam Dukut.

Mantan manajer di PT Smelting Gresik ini jago Osob Kiwalan Ngalaman - bahasa walikan khas Malang. Dukut bahkan membuat kamus kecil bahasa walikan.

Sambil menikmati jajan sisa riraya, Ayas bertanya tentang manuk bence di Ngalam saat Dukut cilik. Manuk bence sering muncul di Lowokwaru 40, rumahnya Dukut. Manuk bence itu pertanda bahaya.

Suatu ketika burung misterius itu nongol di Lowokwaru. Warga waswas. Ada perasaan tidak enak. Ternyata benar. "Ada pencurian di lingkungan kami," katanya.

Dukut Imam Widodo spesialis menulis buku-buku tempo doeloe. Diawali Soerabaia Tempo Doeloe, lanjut Hikajat Soerabaja Tempo Doeloe, Grisee Tempo Doeloe, Sidoardjo Tempo Doeloe, Malang Tempo Doeloe, Djember Tempo Doeloe.... 

Masih banyaaak lagi buku-buku tempo doeloe lahir dari tangan Kera Ngalam van Lowokwaru ini. Ayas dapat hadiah khusus buku Malang Tempo Doeloe.

Bagi Sam Dukut, frase "tempo doeloe" itu ada batasan waktunya hingga 1942. Ketika Jepang masuk ke Hindia Belanda. "Kalau gedung yang dibikin tahun 1970 ya bukan bangunan tempo doeloe," katanya.

Ngobrol dengan Sam Dukut selalu menarik dan panjang. Kadang kepanjangan. Ayas pun tahu diri. Pamit!

Sam Dukut menulis statusnya pagi ini:

"Lebaran telah usai
Liburan sudah selesai
Kembali kerja, kerja, kerja lagi!
Nggarap buku-buku yang masih tertunda.
Deadline tak bisa ditawar-tawar lagi"

Minggu, 14 April 2024

Villa Iboe di Prigen Dibangun Sentra Kuliner dan SPBU

 Mampir di Prigen, Sabtu 14 April 2024.

Nyambangi Ama Tuan John Lado SVD. Pater senior asal Pulau Lembata, NTT, itu bertugas di Graha Wacana dan Rumah Retret SVD di Ledug, Prigen.

Oh, ya, semua romo atau pastor katolik di Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata, NTT, disapa Ama Tuan. Orang lawas di Lembata juga biasa bilang Tuan Pater.

Dari dulu saya tertarik melihat Villa Iboe di pinggir jalan raya Desa Plembon. Mangkrak bertahun-tahun. Jadi tempat uji nyali dan pembuatan konten horor di media sosial.

Rupanya Villa Iboe era Hindia Belanda sedang direnovasi. Dibuat langgar bagus di sebelahnya. Bakal ada SPBU di sentra kuliner di situ.

Catherine Eva Aza pernah bikin konten medsos tentang Villa Iboe. Maklum, Catherine masih punya pertalian darah dengan pendiri Djamoe Iboe di Soerabaia. Panjang sekali dan rumit ceritanya Christine!

Christine malah tidak tahu kalau Villa Iboe sedang dipercantik. Sebab kepemilikan properti itu sudah di tangan orang lain. Bukan lagi garis leluhurnya.

Paus di Kampung Lamalera Lembata vs Paus di Vatikan


Sudah lama paus tidak muncul di Laut Sawu. Pekan ini kelihatannya nelayan Lamalera di Pulau Lembata, NTT, panen beberapa paus. 

Onchu Namang bagi gambar ikan paus dari pantai Lamalera. Paus ini akan dipotong-potong dan dibagi untuk semua penduduk.

Saya sendiri meski asli Lembata tidak pernah melihat langsung paus di Lamalera. Maklum, kampungku di jauh di utara, pinggir Laut Flores, dan Lamalera di selatan, pinggir Laut Sawu. Kemunculan paus pun sulit diduga.

Saya cuma sekali lihat bangkai paus di Kenjeran, Surabaya.

Paus di Lamalera kerap dicocok-cocokkan dengan Paus di Vatikan. Kok bisa?

Agama Katolik kali pertama masuk Pulau Lembata ya lewat kampung Lamalera ini. Pater Bode SVD misionaris perintis itu. 

Pastor pribumi pertama Pater Alex Beding SVD asli Lamalera. 

Pater Alex Beding juga menerima penghargaan sebagai pendiri surat kabar pertama di NTT saat Hari Pers Nasional di Kupang beberapa tahun lalu.

Penyusun buku liturgi dan nyanyian Katolik pasca Konsili Vatikan II juga orang Lamalera: Marcel Beding (sempat jadi wartawan Kompas). Bukunya Syukur Kepada Bapa yang sangat populer di NTT (Indonesia) sebelum ada buku Madah Bakti (PML Jogja) dan Puji Syukur (KWI).

Penghasil pastor, bruder, suster terbanyak di Lembata, bahkan bisa jadi di NTT atau Indonesia, ya Lamalera ini.

Profesor pertama dari Lembata juga asal Lamalera: Prof Dr Gorys Keraf, pakar linguistik.

Menteri pertama dari Lembata juga asli Lamalera: Dr Sonny Keraf - Kabinet Megawati.

Orang Lamalera sudah terbiasa sembahyang malaikat tiga kali sehari. Bisa sembahyang sendiri atau bersama. Meskipun berada di pantai atau kebun, begitu mendengar lonceng angelus berbunyi, mereka langsung sembahyang "Maria diberi kabar oleh Malaikat Gabriel..."

Beda dengan di Jawa. Lonceng Angelus juga dibunyikan di gereja-gereja setiap pukul 06.00, 09.00, dan 18.00. Tapi saya lihat tidak ada yang sembahyang malaikat meskipun berada di lingkungan gereja.

Nelayan-nelayan Lamalera juga sembahyang misa dulu sebelum pergi jauh memburu koteklema alias ikan paus. Ada gereja bagus di pinggir pantai. 

Boleh jadi daging paus mengandung unsur kimia tertentu yang membuat kecerdasan orang Lamalera di atas rata-rata. Haleluya!

Rabu, 10 April 2024

Blog mangkrak lama, makin sulit dapat pengunjung




Blog ini agak lama telantar. Postingan selama Maret dan April 2024 sangat kurang. 

Akibatnya jelas. Artikel-artikel di blog ini tidak direkomendasikan Google. Kalah SEO, kata anak Surabaya. Saat orang mencari artikel atau informasi tertentu, maka yang muncul blog atau laman lain.

Makin banyak postingan makin bagus, kata Cak Man pakar SEO dan algoritma.

Media online di Surabaya, yang kurang terkenal, rata-rata mengunggah 40 artikel sehari. Kalau libur panjang macam Lebaran kemarin biasanya turun separo. Tapi tetap di atas 20 naskah.

Karena itu, blog-blog pribadi akan sulit bersaing dengan laman-laman media daring yang profesional. Hampir semua isu sudah dihabisi media besar.

Bikinlah artikel atau postingan yang unik. Jangan sama dengan media mainstream, nasihat Cak Man.

Paling bagus bikin postingan yang bisa viral di media sosial. Postingan tidak harus banyak. Sedikit tapi viral. Gak perlu bermutu tinggi. Sekarang era medsos, digital, kata Cak Man.

Tidak mudah memang bermain blog di era virus medsos. Beda dengan main blog dulu sebelum ada medsos Instagram, YouTube, TikTok, Facebook dan sebagainya.

Dulu blog lamaku biasa diklik seribu orang per hari. Kadang bisa lebih. Sekarang dapat 100 klik aja susah. Pagi ini saya lihat ada 165 kunjungan.

 Alhamdulillah! Padahal blog ini sudah lama mangkrak.

Kalau tidak mangkrak bisa tinggi PV-nya?

Belum tentu, kata Cak Man. 

Jumat, 15 Maret 2024

Meatless Friday, Pantang Makan Daging Saban Jumat Sama Aja Bohong

Sekarang lagi masa puasa dan pantang bagi umat Katolik. Dimulai Rabu Abu dan berakhir pada Jumat Agung.

 Lalu perayaan Paskah yang meriah. Potong babi, potong sapi, potong kambing, makan bersama - kalau di NTT. Khususnya di Flores dan Lembata yang warga Katoliknya mayoritas.

Saban Jumat ada saja narasi Meatless Friday yang muncul di laman media sosial. Biasanya dari umat Katolik di USA. Meski dikenal sebagai negara sekuler, banyak juga orang Amerika yang taat beragama. Bahkan agak fanatik. Malah ingin tata perayaan ekaristi atau misa dikembalikan ke bahasa Latin. Misa Tridentina alias Tridentine Mass.

Jumat pagi ini, 15 Maret 2024, muncul lagi video, gambar, dan narasi tentang Meatless Friday. Pantang makan daging pada hari Jumat saat Prapaskah.

Ayas akhirnya jadi ingat pelajaran katekismus di sekolah dasar di pelosok Pulau Lembata. Semua anak harus hafal Lima Perintah Gereja sebagai syarat sambut baru alias komuni pertama. Sepuluh Perintah Allah juga wajib hafal.

Perintah gereja butir ketiga:

 "Jangan makan daging pada hari pantang dan berpuasalah pada hari puasa!"

Oh, pantas ada istilah Meatless Friday. Tidak makan daging pada hari Jumat saat Prapaskah. Jelas tertulis di buku-buku katekismus lama. Ayas masih hafal sampai sekarang.

Apakah Meatless Friday relevan di Indonesia?

Pater Ranto Lumban Tobing SVD pekan lalu membuat video khusus soal ini. Judulnya, "Relevankah Pantang Makan Daging Di Masa Prapaskah Untuk Orang Katolik Di Indonesia?"

Intinya, pantang makan daging tidak relevan di Indonesia. Sebab orang Indonesia sangat jarang makan daging. Jangankan daging, beras saja sangat mahal. Orang NTT dulu sangat jarang makan nasi. Lebih banyak makan jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan ubi-ubian lain.

Kalaupun ada beras biasanya dicampur jagung. Ikan laut banyak di Lembata dan Flores Timur. Orang kampung biasa makan ikan laut saban hari. Kalau rajin bisa cari sendiri kerang, siput, kepiting, bekut dsb.

Daging benar-benar makanan langka di Lembata meski hampir setiap rumah memelihara kambing, babi, ayam, bebek. Sapi ada tapi tidak banyak. Tapi hewan-hewan itu tidak pernah disembelih kalau tidak ada pesta.

Warga baru menyembelih babi, kambing, sapi kalau ada pesta pernikahan, kematian, sambut baru. Ditambah Natal, Tahun Baru, Paskah. Karena itu, boleh dikata orang Lembata sangat meatless sepanjang tahun. Makan daging 10 kali (hari) setahun saja sudah bagus.

Karena itu, sejak 80-an para katekis dan guru agama di kampung biasanya memodifikasi aturan pantang dan puasa ini. Lupakan si daging. Biasanya pantang garam, pantang rokok, pantang minum tuak (dan arak) - ini yang berat.

Setiap orang punya pantangan sendiri-sendiri. Orang yang doyan rokok pantang  merokok. Doyan kopi pantang kopi. Doyan arak atau bir pantang miras.

Di era digital ini yang paling sulit itu pantang media sosial (medsos), game, ponsel. Jauh lebih mudah pantang daging alias meatless ala Amerika atau Eropa.

Boroknya Surabaya tahun 1940-an, Kampung-Kampung Kotor, Kali Bacin, Banyak Pemadat, Perempuan Jalang Berkeliaran

Boroknja Soerabaja

Laporan Sin Po - Maart 1940

Oleh banjak penoelis sering diloekisken kamenterangan dan karameannja kota Soerabaja; boeat pendoedoek dari kota-kota ketjil dan sepi atawa dari laen tempat jang djaoe, Soerabaja ada berharga boeat dikagoemin; kota dagang dan pelaboean jang terbesar di Oost-Java, tourist tida perna liwatken begitoe sadja di ini Badjoel.

Itoe tram-listriek jang liwat di tengah-tengahnja karepotan dari rerotan auto's itoe toko-toko dengen gedongnja jang modern; itoe Gouverneurkantoor jang keren; itoe kantoor Gemeente jang sering ditjomelin; itoe pelaboean jang selaloe riboet; itoe noni-noni tjantik jang djalan di sepandjang Toendjoengan ― semoeanja didjadiken oleh-olehnja orang loear kota.

Tetapi bila orang maoe boeang temponja boeat mengoendjoengin di sampingnja itoe semoea kabagoesan, orang aken dapetken avontuur heibat dan black point jang menggidiken boeloe badan, jang, biarpoen pendoedoek kota sendiri soengkan dan tida brani mendeketin.......

Marilah sekarang kita oendjoeken dimana sarang-sarangnja kadjahatan dan kamesoeman jang Soerabaja boeat sakean taon tida perbaekin.

Dimana kembang-latar megar?

Kaloe tempo soeda sore, prampoean-prampoean djalang jang pakein dirinja japon-japon berwarna dan poles moekanja begitoe roepa, meroepaken kembang-kembang latar jang megar di moeka kampoeng kaloejoeran di sepandjang roemah-roemahnja pendoedoek Tionghoa.

Orang bisa salah tebak, bahoea pendoedoek Tionghoa ada getol sama ini djiwa-lebihan; tetapi sabenernja ini prampoean-prampoean djalang speciaal reserveer dirinja boeat anak-anak kapal jang saban sore dilepasken di tengah-tengahnja kota jang padet pendoedoek koelit berwarna.

Kadjadian-kadjadian tjilaka sering dialamken oleh pendoedoek baek-baek. Matroos jang anggep kampoeng Tionghoa ada sarangnja djiwa lebihan, maka kaloe soeda terlepas dari tempo kerdja, dateng gedor-gedor roemah orang boeat mentjari.......... djiwa-manis.

Malahan perna kadjadian satoe matroos nerobos masoek di gedongnja Hsing Chung Hui dan tjoba ganggoe damesleden jang berkoempoel di sitoe. Ini kadjadian ada logisch, sebab djoestroe di sabelah gedongnja Hsing Chung Hui ada kampoeng jang terkenal djadi sarangnja prampoean latjoer, jaitoe kampoeng Kebon Kalianjar.

Kampoeng Kebon ada ditjap sanget mesoem, sahingga pendoedoek baek tida brani kaloear masoek di sitoe, boekan sadja di dalemnja itoe kampoeng ada sanget kotor dan poeloehan prampoean latjoer jang brutaal ada mengerem, tetapi ratoesan pendoedoek jang sopan ada tinggal mengiterin di loearnja itoe sarang, hingga membikin „gelap" boeat orang tida toermaksoed djahat, katjoeali matroos-matroos sadja jang bisa lenggang-sikakpoa masoek kaloear di sitoe.

Kampoeng Kebon jang djadi sarangnja prampoean latjoer, orang bisa kasomplok matanja bila djalan di straat Djagalan, satoe straat dengen banjak tinggal pendoedoek Tionghoa dan toko-toko Indonesier; malahan ini straat meroepaken lijn jang penting boeat pamoeda-pamoeda: kerna Djagalan sampe Pasarbesar Wetan ada djadi pangkalannja Hsing Chung Hui, H. C. T. N. H. dan Sportvg. "Tiong Hoa".

Prampoean-prampoean djalang dari Kampoeng Kebon kliwat brutaal, kaloe katemoeken pamoeda-pamoeda jang liwat di Djagalan sering dikaokin setjara katerlaloean. Perkatahan-perkatahan mesoem saban sore kadengeran menjogok dikoepingnja roemah tangga di deket sitoe.

Selaennja Kampoeng Kebon, prampoean latjoer djoega bersarang di Kampoeng Bibis jang saban malem moebal kaloear ka djalanan Slomprettan, hingga itoe djalanan jang tida begitoe penting seperti Djagalan, mendjadi soenji saking soengkannja orang-orang jang djalan di sitoe.

Kramat Gantoeng atawa Kapatihan dimana doeloe banjak, tinggal pendoedoek sopan dan saban sore atawa malem banjak orang liwat di sitoe, sekarang djadi sepi, kendatipoen verkeerspolitie soeda gebah penaek sepeda atawa kandaran ketjil moesti liwatin ini djalanan. Kerna sekarang, di sini teroetama di seblah barat ada banjak roemah jang penoe dengen moentji-moentji, hingga di kanan kirinja jang ada tinggal roemahtangga baek-baek saking tida betahnja pelahan dengen pelahan singkirken diri. Begitoe di straat Peneleh djoega tida koerang banjaknja roemah-roemah prampoean latjoer.

Orang-orang Tionghoa jang pergi ka koeboeran djarang terloepoet dari ganggoeannja prampoean-prampoean latjoer jang bersarang di straat-straat deket koeboeran Kembang Koening: jaitoe Tamarindelaan, Pasar Kembang dan Banjoeoerip......

Sarang jang djaoe dari kampoeng Tionghoa jaitoe sarang berdansanja koepoe-koepoe malem di Tandjong Perak jang saban malem poeloean ekor lagi bergoeletan dengen klasi-klasi. Tetapi marika tida tinggal di sana, tempat tinggalnja ada di Kampoeng Kebon atawa Tamarindelaan.

Hotel-hotel ampir 85% ada terdiri dari hotel dengen boengah-raja, hingga boeat tetamoe dari loear kota jang dateng di Soerabaja kaloe tida djaoe-djaoe hari preksa doeloe hotel jang sopan bisa kasasar masoek di hotel jang penoe prampoean latjoer dan bisa bikin tjilaka seantero malem!

Begitoe banjak sarang pelatjoeran, jang djoestroe mengerem di tengah-tengahnja Kampoeng Tionghoa, bikin koran-koran di Soerabaja dan pendoedoeknja tida abis mengarti: bagimanatah tjaranja politie dan bestuur bekerdja boeat bersiken ini sarang-sarang meroesak katentremannja pendoedoek di sakiternja?

Lebih-lebih tida mengarti kita denger itoe oetjapan "Membasmi prampoean latjoer di Indonesia", jang boeat oepama kota Soerabaja sadja tambah boelan djoemblahnja tambah naek keras.

Sarangnja pantjalongok.

Djalanan-djalanan jang sempit kotor, berbaoe dan roewet antara kampoeng-kampoeng dari Panggoeng-Kalimati Koelon-Kembang Djepoen sampe di Gili meroepaken sarang jang paling enak boeat kaoem penjebrot. Satoe kali sebrot dan linjapken diri di sala-satoe kampoeng jang terdapet di sitoe biarpoen dikepoeng ratoesan politie tentoe soesa ditjekel batang lehernja.

Di ini djalanan-djalanan paling sering terdjadi pentjopetan-menjolok-mata.

Tida perdoeli sama ratoesan orang jang menjaksiken; tida perdoeli di waktoe tengahari bolong jang rame; tida perdoeli di sitoe ada orang politie, kaloe toekang sebrot maoe bekerdja, bisa bekerdja kliwat enak dan tentrem.

Satoe 'ntjek dari Sidoardjo jang maoe belandja di toko Panggoeng, dengen setjara jang amat menjolok mata, topi jang dipake di atas kapala dengen enak-enakan di..... sebrot oleh pantjalongok, hingga bikin itoe 'ntjek djadi bengong saking kagetnja seperti disamber gledek di tengahari bolong. Dan ..... banjak orang jang meliat ini "drama", tida satoe ada jang brani tangkep atawa tjega itoe toekang sebrot!

Politie agent satoe waktoe moesti singkirken diri kaloe nampak banjak toekang tjopet maoe djalanken rolnja, sebab perna kadjadian, satoe politie agent ditikem mati waktoe tjoba tangkep satoe penjopet saboek-koelit.

Penjopetan jang koerang adjar dari Panggoeng-Kembang Djepoen - Songojoedan - Kalimati-Gili ada terdiri dari toekang-toekang tjopet jang oeloeng dan teratoer hingga biarpoen saban hari koran-koran gembar-gembor toch sia-sia.

Penggawe-penggawe toko di itoe djalanan jang ampir saban hari menampak penjopetan atawa penjebrotan jang katerlaloean, tida brani rapport sama politie apalagi boeat menangkep sendiri, sebab bahajanja ada besar.

Pantjalongok ini kabanjakan terdiri dari bangsa Madoera, jaitoe kaoem koeli-koeli jang bajarannja amat sedikit.

Djikaloe di ini complex-complex ada bersarang toekang sebrot jang brutaal, begitoepoen di pasar Pasar Toeri, adalah di Slomprettan, dimana autobussen ada dipake sebagi halte, ada banjak koeli-koeli type badjingan jang mengganggoe kasenangannja penoempang bus.

Kampoeng - kampoeng jang kotor.

Kampoeng-kampoeng di Soerabaja ada penting, sebab dengen kaloear-masoek kampoeng, pendoedoek kota jang moesti kadjaoean kaloe djalan di straat-straat djadi dapetken djalanan jang lebih deketan.

Tetapi kaloe pendoedoek jang mempoenjain idoeng atawa wadoek tempat makan, lebih senang pilih djalanan jang djaoe dan rame.

Malahan kaloe di waktoenja moesim oedjan, nadjis manoesia naek ka daratan dan tinggal sampe kering di atas djalanan. Got dimana ada mengalir aer dari Sidonipa via Kampoeng Seng (doeloe djoega djadi sarangnja pelatjoeran, tapi sekarang soeda moelain dioebrak-abrik) teroes katemoeken got besar di Kapasan, djoestroe ini pertemoean ada di betoelan moekanja Boen Bio, hingga bebaoean blenek ampir saban pagi dan sore moesti disedot boeat leden Boen Bio atawapoen leden dari Khong Kauw Hwee jang sering dateng di sitoe.

Di kampoeng-kampoeng teroetama jang banjak tinggal pendoedoek bangsa Madoera, seperti dari wates Sidonipa, Sidodadi, Srengganan, Girikan, Tenggoemoeng dan kampoeng-kampoeng dari ini bagian boeat orang jang poenja idoeng, tentoe aken tekep teroes idoengnja sampe tida bisa bernapas saking baoenja jang kliwat....... sedap dari nadjis!

Dimana aliran-aliran aer dan dimana tempat-tempat jang terboeka, kaloe di sitoe ada banjak tinggal orang-orang Madoera, tentoe itoe tempat-tempat didjadiken kakoesnja, hingga kotoran manoesia terdapet katjetjeran di sana sini.

Boekan sadja berbaoe boesoek dari lantaran nadjis jang berhamboeran, tetapi djoega pemandangan jang mesoem dan kotor dari tempat tinggalnja orang-orang Madoera. Malahan saban-saban djoega menimboelken kariboetan dan hoeroe-hara jang bikin laen pendoedoek djadi koerang aman.

 Kabiasahan orang Madoera sering "mengendon" ka empernja orang-orang laen tjoema boeat...... berak, hingga biarpoen toekang-sapoe-kotoran dari Gemeente bisa djadi tobat.

Kampoeng-kampoeng jang tida dioeroes kabersihannja, djoega terdapet di kampoeng-kampoeng dimana kaoem pantjalongok ada tinggal jaitoe poeloehan kampoeng jang menghoeboengken Pasar Bong-Kembang Djepoeng-Sambongan-Kalimati Koelon dan Pabean-Songojoedan.

Di Kampoeng-kampoeng Gembong-Kapasan Boenbio-Bokland sampe di Gembong Sawah tida bisa tida boeat ditjelah kakotorannja, malahan saban-saban di kampoeng-kampoeng Gembong Sawah pendoedoeknja sering diganggoe maling.

Malahan masi banjak bagian-bagian jang koerang menarik hati boeat dikoendjoengin oleh tetamoe-loear-kota Soerabaja, jang saban dateng tida perna diadjak ka ini bagian-bagian mesoem, sebab kaloe moesti boeang temponja ka ini daerah, tentoe djadi katjele.

Di sini kita perloe tambahken jang blakangan ini kali Girian jang terkenal batjin baoenja, saking seringnja di-ojok-ojok,oleh Gemeente soeda diperbaekin. Banjak kampoeng jang bebrapa taon doeloe kaloe oedjan djadi rawa jang berloempoer sekarang soeda banjak mendingan.

Sebagian kita berikoetin gambar-gambar dari sarang-sarang kamesoeman jang pendoedoek Soerabaja sendiri tida perna atawa djarang sekali mengindjek.