Entah kapan perang ini berakhir. Sudah hampir sebulan Israel terlibat perang melawan Hamas di Jalur Gaza. Israel mengklaim tidak berperang melawan Palestina tapi Hamas organisasi teroris.
Diawali serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober 2023, Israel akhirnya balas dendam. Habis-habisan. Tumpas kelor Hamas. Israel tak mau gencatan senjata. Maunya perang terus.
Entah sudah berapa ribu bangunan yang hancur di Gaza. Jutaan orang jadi pengungsi. Palestina yang diharapkan segera merdeka kembali ke titik nol. Bahkan minus.
Biasanya perang Israel vs Palestina, Israel vs Liga Arab dan sebagainya tidak panjang. Ada perang 6 hari yang terkenal itu. Lalu gencatan senjata.
Siapa menang, siapa kalah tidak jelas. Sebab perang bukan sepak bola. Perang hanya melahirkan tragedi kemanusiaan.
Hamas-hamas tua mungkin habis (berkurang). Tapi hamas-hamas balita suatu saat akan bergerak lagi saat dewasa. Israel akan selalu terancam. Tidak bisa tidur nyenyak. Selama belum ada solusi tuntas masalah Palestina.
PBB sudah tak mampu mengatasi persoalan di Palestina. USA jelas membantu proksinya Israel. Indonesia sudah bikin pernyataan dan bantu obat-obatan, makanan dan sebagainya.
Vatikan sejak awal menawarkan diri jadi penengah. Khususnya untuk membebaskan para tawanan. Tapi tidak digubris. Pengaruh Vatikan makin pudar seperti PBB.
Jumat pekan lalu Paus Fransiskus mengajak umat Katolik sedunia melakukan doa bersama, puasa, matiraga, agar perang Israel vs Hamas segera dihentikan. Hanya itu yang bisa kita lakukan: sembahyang, puasa, berdoa, ekaristi.
Semoga Tuhan mendengarkan doa-doa umat manusia yang cinta damai. Yang tidak ingin melihat ribuan manusia tewas di medan perang. Tapi rupanya doa-doa (sejak dulu) belum dikabulkan Tuhan.
Mea culpa, mea culpa!
Rusia menyerang Ukraina pada 24 Februari 2022. Perang itu juga belum selesai. Belum ada tanda-tanda gencatan senjata.
Rusia ingin menghabisi Ukraina. Sebaliknya Ukraina pun tak mau menyerah begitu saja meski harus berhadapan dengan negara yang pernah jadi salah satu adikuasa itu.
Paus Fransiskus juga mengajak semua umat Katolik di dunia berdoa agar konflik Rusia vs Ukraina segera berakhir. Doa-doa dengan intensi perdamaian di Ukraina dan Rusia didaraskan saban hari di rumah dan gereja. Tapi belum ada hasilnya.
Lama-lama manusia lelah mengadu pada Tuhan. Putus asa. Vanity of vanities, kata Pengkhotbah.