Sabtu 24 Juni 2023. Ayas mampir di kompleks Gereja Advent Sumberwekas, Prigen, Jawa Timur. Gereja di atas bukit itu disebu-sebut sebagai Gereja Advent tertua di Pulau Jawa. Dibangun sekitar tahun 1912.
Namun, bangunan gereja sekarang masih tergolong baru. Gereja yang dibangun pada zaman Hindia Belanda sudah ambruk. Lalu dibangun gereja baru. Tidak terlalu besar tapi cantik. Sedap dipandang saat kita melintas di jalan raya Prigen-Trawas.
Di sebelah atas ada bumi perkemahan Advent yang sangat luas. Mahanaim namanya. Ada juga aula besar. Diresmikan Menpora Hayono Isman pada Agustus 1997. Saat itu diadakan perkemahan anak muda Advent se-Asia Pasifik. Pesertanya sekitar 1.500 orang.
Sudah ada 20-an jemaat datang ke gereja untuk Sekolah Sabat. Kebaktian Advent memang selalu diadakan pada hari ketujuh alias Sabat alias Sabtu. Bukan hari Minggu. Karena itu, Gereja Advent di Indonesia resminya bernama Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK).
Ayas tertarik dengan seorang kakek yang tampak masih semangat ikut ibadah Sabat. Orangnya ramah, grapyak, ngomong bahasa Jawa halus. Jemaat Advent tertua di Sumberwekas, Prigen, ini bernama Mbah Karmanu. Lahir di Lumbangrejo, Prigen, tahun 1932.
Luar biasa, Mbah Karmanu, 91 tahun. ,,Saya diantar sama menantu saya yang muslim,'' kata Mbah Karmanu. ,,Kita berbeda agama tapi saling menghormati."
Mbah Karmanu mengikuti sekolah Sabat bersama istri dan beberapa kerabatnya. Boleh dikata dialah pinisepuh Advent di Prigen, bahkan Jawa Timur, yang masih sugeng (hidup). ,,Teman-temanku sudah gak ada semua. Doakan ya semoga saya dikasih umur sama Tuhan."
Mbah Karmanu kemudian bercerita tentang awal mula dia menjadi jemaat Advent sebelum kemerdekaan. Tempo doeloe Karmanu mengaku tidak punya agama yang jelas. Dibilang Islam tidak pernah sembahyang, Buddha bukan, Kristen bukan. ,,Saya tidak punya cekelan (pegangan)," kenangnya.
Karmanu kecil biasa menggembala kambing di kampungnya yang sejuk dan subur itu. Dia biasa lewat di dekat Gereja Advent Sumberwekas. Tapi tidak tertarik sama sekali. ,,Dulu orang-orang kampung bilang Kristen itu agamane Londo. Kalau mati diobong (dibakar). Anak-anak semua takut dan ngeri."
Suatu ketika ada anggota Advent yang mendatangi Karmanu di rumahnya. Ngobrol soal kambing, sapi, sawah, hingga cekelan untuk bekal ketika meninggal nanti. Orang harus punya pegangan atau agama. ,,Tapi saya takut sama agamane Londo. Kalau saya ke gereja nanti dirasani orang sekampung. Wong Jowo kok melok agamane Londo,'' tutur mbah sambil tersenyum.
Orang Advent tidak putus asa. Mereka dengan sabar menjelaskan bahwa jenazah orang Kristen tidak dibakar. Ada yang memang dikremasi tapi lebih banyak yang dikuburkan seperti jenazah umumnya.
Agamane Londo? Yang mengajak Karmanu, Imanuel, bukan orang Belanda tapi Jawa Barat. ,,Pak Imanuel sudah lama gak ada."
Karmanu awalnya kagok ikut kebaktian alias Sekolah Sabat setiap Sabtu. Lama-lama dia makin paham dogmatika dan ajaran Gereja Advent. Termasuk ajaran yang berbeda dengan gereja-gereja Kristen lainnya. ,,Gak terasa saya sudah puluhan tahun ikut Advent," katanya.
Ayas sebetulnya masih ingin ngobrol lebih banyak dengan Mbah Karmanu. Seorang Adventis senior yang sudah banyak makan asam garam sejak zaman Belanda, Jepang, kemerdekaan, orde lama, orde baru, hingga saat ini. Sayang, waktu untuk kebaktian Sabat sudah dekat.
Ayas pun pamit.
Matur nuwun, Mbah Karmanu!
Selamat Hari Sabat!