Di Jalan Bongkaran 63 Surabaya ada gedung tua yang masih terawat. Gedung Karya Surya Harapan Kesejahteraan (KSHK). Nama aslinya dalam bahasa Tionghoa: Kong Siauw Hwee Kwan (KSHK).
Rezim Orde Baru (1966-1998) memang melarang orang Tionghoa pakai bahasa Tionghoa di ruang publik. Nama-nama orang Tionghoa pun perlu dinusantarakan. Maka orang Tionghoa ganti nama atau istilah bahasa Tionghoa tapi sedapat mungkin singkatannya tetap sama.
Tiong Hwa Hwee Koan (THHK) diganti jadi Taman Harapan Hari Kemudian. Sekolah THHK atawa Taman Harapan ini cukup terkenal di Malang. Dekat balai kota.
Kembali ke KSHK di Bongkaran 63. Dulu saya sering diajak Liem Ou Yen (almarhum) untuk melihat latihan wushu dan barongsai. Lalu ciak bareng bersama para pengurus barongsai di ITC.
Ciak enak banget.. ada menu halal dan ada yang tidak. Lebih banyak yang doyan B2. Cerita panjang lebar tentang apa saja. "Makan pelan-pelan.. dan kenyang," kata Liem Ou Yen, juru bicara pengusaha Tionghoa di Surabaya.
KSHK ini punya sasana barongsai, wushu, liang liong, dan bela diri berbau Tiongkok lainnya. Dikenal dengan nama Lima Naga. Atlet-atlet barongsai dan wushu terbaik di Surabaya (dan Jatim) kebanyakan dari Lima Naga.
Bosnya Candra Wurianto Woo, pengusaha bermarkas di Jalan Karet. Sekaligus jadi markas organisasi barongsai Indonesia alias Persobarin.
Sudah lama saya tidak ciak dengan para pentolan KSHK. Bapak Liem Ou Yen alias Djono Antowijono pun meninggal dunia gara-gara covid varian delta. Saya kehilangan seorang tokoh yang paling informatif dan bersemangat soal seluk beluk Tionghoa di Surabaya.
Rabu 8 September 2022, saya melintas di depan gedung KSHK di Jalan Bongkaran. Gedungnya sudah dicat bagus lagi setelah sempat suram gara-gara pandemi. Jalanan pun macet lagi. Pertanda roda ekonomi di Bongkaran, Slompretan, Sambongan, dan sekitarnya berputar normal lagi.. meski harga BBM naik.