Jumat, 22 Juli 2022

Bapa Niko naika tun telo kae

Jumat 22 Juli 2022. 

Amak nimun naika Bapa Langun kae. Go kai rae Paroki Roh Kudus, Gununganyar, Surabaya,  pesan misa arwah 3 tahun.

Petugas paroki (naranen koi hala) sorong amplop. Tulis intensi misa. Pate stipendium ake lupang. 

Onek peten Bapa, peten Mama! Matay peken kame ana pat.

Go balik lewo koi mo hala muri. Inak take, amak take.. go ata kiden. Heku mayang go muri rae lewo!

 Lewotanah, tanah ekan, lango di data laga kae. Ile rae lewo bete paera.

Bapa Niko, peten kame ana moen.
Mama Yuli, peten kame ana moen.

Requiem aeternam..

Rabu, 20 Juli 2022

Bisa terlelap di mana saja

Betapa nikmat jika bisa tidur di mana saja. Dan bisa pulas meski tak lama. Apa gunanya tidur lama tapi tak nyenyak?

Mantan menteri, pengusaha, bos media ini membagikan foto saat sedang tidur di kursi bandara. Tak ada gengsi atau sungkan sebagai orang penting. VIP.

Yu Xiansheng menulis:

"Kursi bandara bak tempat tidur.
Ternyata banyak juga yang seperti saya, terlelap di mana saja."

Tidur di mana saja, kapan saja, memang sudah lama dilakoni Mr Yu. Kadang di lantai, kursi, dsb. Rupanya kebiasaan lama ini masih berlaku meski siansen ini sudah lama jadi orang terkenal dan kaya raya. 

Guru sekolah favorit di Jatim tidak paham Pulau Flores

NTT atau Nusa Tenggara Timur alias Nasib Tidak Tentu bukan provinsi yang luas. Tapi pulau-pulaunya banyaaak. Ada yang bilang 100 hingga 200.. yang pasti di atas 100 biji.

Ada tiga pulau besar (tepatnya dianggap besar) di NTT: Flores, Sumba, Timor. Pulau terbesar di NTT tentu Pulau Timor. Tapi pulau yang tempo doeloe jadi sarang cendana wangi itu terbagi dua negara: Timor Leste dan Indonesia. 

Pulau Timor bagian barat masuk Indonesia. Ibu kota Provinsi NTT (Nanti Tuhan Tolong) di Kupang. Kota Kupang itu berada di Pulau Timor. 

Karena Pulau Timor dibagi dua, maka Flores dianggap sebagai pulau terbesar di NTT. Karena itu, Pulau Flores sangat terkenal di NTT. Tapi di luar NTT tetap tidak dikenal.

 Selalu ada pertanyaan di Pulau Jawa: Flores itu dekat Ambon ya? Flores dekat Papua? Bahkan bulan lalu ada orang di Surabaya yang menyebut Flores itu dekat Batak. Orangnya sangat ngotot meski saya koreksi dan jelaskan bahwa Flores itu salah satu pulau di Provinsi NTT.

"Oh, keliru. Flores dekat Batak," katanya. 

Yo wis.. sing waras ngalah! Saya pun ngalah dan tidak lagi meladeni omongan orang itu. Sia-sia!

Kemarin saya ngobrol dengan seorang guru senior SMAN 3 Malang di ponsel. Cerita tentang gedung sekolah tua peninggalan Belanda dekat Alun-Alun Bunder dan Balai Kota Malang. Topik yang asyik karena saya paham betul kompleks sekolah itu. SMAN 1, SMAN 3, SMAN 4.

Anehnya, di Malang ini SMAN 2 malah berada di Kotalama. Menempati eks sekolah Tionghoa yang dirampas pada awal Orde Baru. SMAN 5 Malang juga menempati eks gedung sekolah Tionghoa Machung hasil rampasan juga. Rampas merampas aset-aset asing memang sempat jadi budaya di negeri ini.

Nah, Pak Guru itu mengaku sempat ngopi bareng dengan Bupati Flores dan anggota DPRD Flores. Bupati Flores? Dari kabupaten apa?

"Bupati Flores, NTT," katanya.

Oh, rupanya guru sekolah negeri paling favorit di Malang itu tidak tahu banyak tentang Pulau Flores. Dia kira Flores hanya ada satu kabupaten. Bupatinya ya satu, Bupati Flores itu.

Lalu, saya jelaskan sedikit tentang kabupaten-kabupaten di Pulau Flores. Di masa Orde Baru ada 5 kabupaten: Manggarai, Ngada, Ende, Sikka, Flores Timur. Setelah reformasi jadi 8 kabupaten. Manggarai tambah 2 dan Ngada tambah 1 kabupaten.

Pulau Lembata yang sebelumnya ikut Flores Timur pun jadi kabupaten sendiri. Karena Lembata dianggap bagian dari Flores, maka total jenderal ada 9 kabupaten di Flores. Pemekaran kabupaten ini sebetulnya ada skenario untuk membentuk provinsi baru: Provinsi Flores. Entah kapan bisa terwujud.

"Oh, ternyata Flores wilayahnya luas ya. Pikirku hanya 1 kabupaten," kata guru di SMA negeri paling top di Malang itu.

Saya pun merenung. Kalau orang berpendidikan tinggi, wawasan luas, pengajar sekolah favorit saja tidak paham Pulau Flores, bagaimana dengan yang lain? Padahal Flores itu pulau terbesar di NTT. Apalagi Pulau Lembata, Adonara, Solor, Alor, Pantar, Sabu, Rote, dsb.

Senin, 18 Juli 2022

Waduh, harga pisang goreng naik 100%

Kopi, koran, pisang goreng.

Itu kebiasaan lama yang sulit hilang. Meski saat ini berita-berita, ulasan, artikel tersedia berjibun di internet, media sosial dsb. 

Baca koran tanpa ngopi bak sayur tanpa garam. Kurang terasa kenikmatan kopi rada pahit itu.

Pisang goreng pun nikmat sekali. Apalagi pisak kepok. Di Surabaya Raya pisang kepok mahal sehingga jarang digoreng untuk jajanan di warkop. Biasanya tersedia di hotel atau kafe kelas atas.

Pisang goreng di Jawa sebetulnya tidak seenak di Pulau Flores, Pulau Lembata, Pulau Solor, Pulau Adonara, Pulau Alor dan pulau-pulau kecil lain di NTT. Sebab di Jawa ini minyak goreng buatan pabrik olahan sawit. Dus, lebih tepat disebut minyak sawit.

Di NTT, khususnya Flores Timur dan Lembata, minyak goreng itu disebut HELAN TAPO alias minyak kelapa.  Helan = minyak, tapo = kelapa. Sawit bukan tapo (kelapa) sehingga tidak bisa disebut helan tapo.

Di Jawa Timur hampir tidak ada helan tapo alias minyak kelapa. Bahkan istilah "minyak kelapa" atau "lengo kelopo" pun tak pernah saya dengar. Yang ada cuma minyak goreng. Maksudnya ya minyak sawit.

Berita-berita di koran pagi ini biasa saja. Tidak ada yang menarik. Cuma kelanjutan atawa running news kasus polisi tembak polisi. Ada dua kapal terbakar di Kalimas Surabaya.

 Unair ternyata masih serius produksi vaksin Merah Putih untuk membasmi covid. "Beter telaat dan nooit toch," kata wong lawas yang seneng Hollands Spreiken. 

Pisang goreng telu + kopi piro? "Songo, Cak," kata pelayan warkop di kawasan Medokan Ayu dekat tambak-tambak dan hutan bakau.

Oh, ternyata harga pisang goreng naik 100%. Biasanya 2.000 karena bukan pisang kepok. Pisangnya juga tidak besar.

Bisa jadi harga gorengan naik gara-gara minyak goreng alias minyak sawit langka. Meski Presiden Jokowi pernah melarang ekspor sawit dan bahan mentah minyak sawit agar persediaan di dalam negeri melimpah. Asumsinya harga turun kalau stok banyaaaak.

Harga naik itu biasa. Tapi kenaikan yang sampai 100% mungkin cuma ada di Indonesia.

Itu juga karena sistem mata uang rupiah sudah lama bermasalah. Pisang goreng yang tadinya 1000 mestinya naik 1100, 1200, 1300. Harga baru 1500 pun kelewat mahal karena naik 50%. Yang normal itu kenaikan sekitar 10% lah.

Syukurlah, ongkos naik haji dan pigi wisata ziarah di Vatikan atawa Lourdes tidak ikut naik 100%. 

Jumat, 15 Juli 2022

Naik haji harus menunggu 100 tahun

Pagi ini lupa membawa HP saat nggowes di kawasan Juanda. Syukurlah, ada koran lawas di warkop. Judul berita utama: Antrean Haji Indonesia Hampir Seabad.

Wow.. hampir 100 tahun menunggu giliran naik haji. Artinya, daftar tahun 2022 baru dapat kesempatan naik haji tahun 2122. Kalau sekarang umur 50 tahun, ya baru bisa naik haji pada usia 150 tahun.

Semoga Tuhan kasih umur panjang. Yang pasti, tahun ini Arab Saudi membatasi usia jamaah paling tua 65 tahun. Maka anak atau cucu yang bakal menikmati ibadah haji 100 tahun lagi.

Berbahagialah saudara-saudari yang sudah naik haji. Khususnya beberapa temanku yang tahun ini naik haji. Mereka rata-rata mendaftar 10 tahun lalu. Dus, tidak perlu menunggu hingga 69 tahun untuk Jawa Timur.

Bagaimana solusi agar antrean haji tidak sampai 100 tahun? Tapi cukup 50 tahun? 

Kerajaan Arab Saudi tentu sudah punya hitung-hitungan kapasitas, akomodasi, dsb. Toh, ini bukan ilmu bikin roket atau kapal terbang. Pemerintah Indonesia juga tentu sudah lama punya antisipasi.

Di sisi lain, antusiasme orang Indonesia naik haji ini sangat positif. Artinya, kemakmuran rakyat sudah bagus sekali. Ongkos haji sekitar Rp 50 juta bukan lagi angka yang besar. Beda sekali dengan tahun 80-an atau 70-an. Waktu itu hanya orang-orang kaya saja yang mampu bayar ONH.

Dulu jamaah haji Indonesia tidak sampai 200 ribu orang. Bahkan belum tembus 100 ribu. Saat ini umat Islam sudah sangat maju, makmur, dan religius. Seandainya Saudi memberi kuota 10 juta orang untuk Indonesia bisa dipastikan langsung terisi dalam seminggu.

Selamat datang para haji dan hajah di tanah air!

Kamis, 14 Juli 2022

Ojek terlalu mahal, hidup sepeda motor!

Ketika motor atau mobil masuk bengkel baru terasa betapa mahalnya ongkos transportasi. Tarif pergi-pulang ke tempat kerja Rp 68 ribu. Pakai ojek motor. Ojek mobil sudah pasti lebih mahal.

Uang 68K ini sudah dapat bensin banyak. Bisa dipakai naik motor keliling kota, keluar kota, dsb. Betapa efisiennya sepeda motor. 

Terlepas dari sisi negatifnya, bikin macet, polusi, ugal-ugalan, sepeda motor adalah berkah bagi wong cilik. Kalau tidak ada motor ya karyawan di Surabaya bisa mati kelaparan. Sebab upah setara UMK 4 jutaan habis untuk bayar ojek online. Apalagi kalau penghasilan di bawah UMK.

Hidup sepeda motor πŸ‘πŸΌπŸ‘πŸΌ✅✅

Budaya minum tuak dan arak di NTT

Orang Jawa tidak punya budaya minum. Faktor agama sudah pasti. Tapi ada saja yang doyan minum arak, bir, dan minuman keras kelas berat. Ada saja lapak atau warung yang jual miras meski resminya dilarang.. dan diharamkan.

Saat Idul Adha lalu ada pesta miras di Bronggalan Sawah, Surabaya. Minum arak jawa alias cukrik. Arak dicampur suplemen dsb. Bukan arak asli hasil penyulingan tuak alias nira siwalan, kelapa.

Pesta miras dilakukan terang-terangan di lapangan kampung. Sambil menikmati daging kambing dan daging sapi yang lezat. 

Hasilnya, empat orang meninggal dunia. Satu orang masih kritis. Dua orang selamat. 

Peristiwa ini sepertinya dianggap biasa saja karena sudah sering terjadi. Tidak heboh di media sosial. Beda dengan kasus promosi minuman (keras)  di Holywings yang sangat heboh karena mengandung SARA.

Semua gerai Holywing sudah ditutup. Jadi pelajaran agar orang lebih sensitif terhadap suku, agama, ras, golongan (SARA). Khususnya agama Islam yang mayoritas. 

"Di NTT tidak ada unjuk rasa karena nama Maria," ujar sejumlah orang di beberapa grup khusus NTT. Bung Emanuel Dapa bahkan bikin kajian dengan artikel panjang soal itu.

Minum tuak memang sudah jadi budaya di NTT. Pagi iris tuak, nira semalam diturunkan. Petang panjat lagi pohon siwalan (bahasa Lamaholot: tuak), iris tangkai bunganya, tampung niranya. 

Tuak di NTT, khususnya Flores Timur dan Lembata, ada yang manis sekali seperti legen di Jawa Timur. Ada juga yang agak pahit karena dicampur kulit pohon tertentu. Mirip jamu atawa obat tradisional. 

Minum tuak manis tak akan mabuk. Minum tuak yang dicampur RAHA agak keras tapi alkoholnya rendah. Wong fermentasinya hanya sekitar 10-12 jam. Kalau dibiarkan dua tiga hari jadi cuka.

Lain lagi dengan arak kampung. Tuak-tuak sisa itu ditampung lalu disuling. Proses destilasi cukup rumit. Perlu kayu bakar khusus yang keras. Jadilah arak. Kadar alkoholnya tinggi pasti.

Tuak boleh dikata tak ada harganya. Semua orang boleh minum gratis. Kecuali ada keluarga yang butuh banyak legen untuk masak dijadikan gula.

 Kalau arak harganya mahal karena prosesnya yang panjang dan ruwet. Maka tidak banyak orang kampung yang telaten masak arak. Satu desa tidak sampai lima orang pembuat arak. 

Petugas biasanya tutup mata karena budaya minum tuak dan arak ini sudah ada sejak zaman Majapahit. Bahkan, jauh sebelum Majapahit. Ritual-ritual adat di Flores Timur + Lembata sejak dulu selalu pakai sesajen arak. Dewa-dewa yang tak lain nenek moyang kita ternyata senang arak.

Belakangan saja orang sering ganti arak dengan bir atau miras pabrikan. Tapi rupanya Dewa Lera Wulan (Matahari Bulan) kurang berkenan. Akibatnya, permintaan-permintaan orang kampung sering tidak dikabulkan.

Anak-anak muda ternyata masih senang arak bikinan orang kampung ketimbang bir atau miras pabrikan. Mereka sering urunan untuk beli arak. Minum bersama sambil ceramah panjang lebar tak karuan. Arak memang air kata-kata. Ia mampu membuat orang pendiam jadi tukang ceramah yang hebat.

Yang menarik, sejak dulu saya belum pernah dengar ada orang meninggal karena minum arak di wilayah kecamatanku. Bisa jadi karena tubuh  orang Lamaholot punya toleransi alkohol yang tinggi. Selain itu, arak asli kampoeng tidak dioplos kratingdaeng, suplemen, apalagi obat nyamuk.