Donald Trump ternyata tidak jadi dilantik. Yang dilantik justru Joe Biden. Padahal Pak Donald dan jutaan pendukungnya sangat yakin bahwa Trump yang menang pilpres. Kalau Trump sampai kalah berarti pemilu curang.
"Mr Trump pasti kalah," tulis saya menanggapi cuitan AJ, guru bahasa Inggris online yang (dulu) saya kagumi.
"Anda keliru. Dia akan menang besar," balas AJ yang ternyata penganut ormas Qanon dan percaya teori konspirasi.
Trump akhirnya kalah meski tetap merasa menang. Yang dilantik justru Mr Biden, politikus senior yang sangat ia benci. Trump benar-benar merusak tatanan demokrasi di Amerika Serikat. Baru kali ini, kayaknya, ada capres yang tidak merasa kalah. Bahkan hingga 20 Januari 2021 saat presiden baru dilantik.
Saya menyaksikan siaran langsung pelantikan Presiden Joe Biden via Metro TV. Sederhana saja. Sepi, undangan pakai masker, protokol ketat. Ribuan tentara berjaga di sekitar lokasi pelantikan. Tak ada pesta hura-hura ala Amerika yang doyan party itu.
Saya justru tertarik dengan Lady Gaga. Suaranya bagus banget saat menyanyikan lagu kebangsaan USA yang sulit itu. Gak nyangka Lady Gaga ternyata vokalis hebat. Selama ini dia dianggap artis penyembah setan, musiknya mekanis digital ala machine dsb dsb.
Bulan Mei 2012 Lady Gaga membatalkan konser di Jakarta gegara unjuk rasa ribuan aktivis ormas FPI dan sejenisnya. BBC menulis: "The hardline Islamic Defenders Front (FPI) had threatened to try to stop Lady Gaga getting off the plane. More than 50,000 tickets had been sold for the 3 June event. Promoters said they would offer refunds."
Luar biasa si Lady Gaga ini. Dia benar-benar seniman ulung pemain watak ala teaterwan kelas dunia. Kadang dia jadi monster, pemuja setan, kadang jadi vokalis jazz standar, kadang jadi patriot seperti saat pelantikan Presiden Biden.