Erupsi Gunung Lewotolok atau Ile Ape di Pulau Lembata sudah berlangsung selama tujuh hari. Puncak erupsi sepertinya sudah terjadi pekan lalu. Saat itu semburan material vulkanik menjulang hingga 5.000-an meter.
Saya pantau terus kondisi Ile Ape. Maklum, kampung halaman tempat saya dilahirkan. Ribuan warga dari 26 desa juga masih berada di tenda-tenda pengungsian.
Minggu pagi ini, 6 Desember 2020, pukul 07:36 Wita dilaporkan erupsi masih terjadi di Gunung Lewotolok. Tinggi kolom abu teramati ± 900 m di atas puncak (± 2323 meter di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah timur.
Bagaimana dengan kondisi pengungsi? Media-media online tidak lagi melaporkannya. Mungkin dianggap sudah aman. Tidak segawat pekan lalu yang benar-benar mengerikan.
Tapi rupanya ada masalah dalam tanggap darurat. Pemkab Lembata sepertinya kewalahan menangani pengungsi dari dua kecamatan itu: Ile Ape dan Ile Ape Timur. Bisa dimaklumi karena pemkab tidak punya pengalaman menangani ribuan pengungsi.
Kelihatannya Romo Laurensius Yatim Muda berang. Melihat penanganan para pengungsi yang tak lain umat parokinya sengsara di lokasi pengungsian.
Romo Laurens Yatim Muda menulis:
"SAYA... RM LORENS YATIM MUDA PR. PASTOR PAROKI TOKOJAENG MEMINTA UMAT SEPAROKI TOKOJAENG UNTUK KEMBALI KE TEMPAT ASAL KITA MASING2. BIAR KITA MATI TERTIMPA GUNUNG DALAM WAKTU SEKEJAP DARI PADA KITA HARUS MATI PERLAHAN-LAHAN ATAS CARA SEPERTI INI."
Kaget juga membaca kata-kata yang sangat keras ini. Kelihatannya Romo Laurens memandam amarah selama sepekan ini. "Semoga ada solusi yang baik," kata saya menanggapi pernyataan Romo Laurens.
Tidak hanya di Lembata. Di mana-mana selalu begitu. Pemerintah pasti kewalahan menyediakan dapur umum, makanan minuman, dan sebagainya. Di lokasi bencana alam di Jawa pun sama saja.
Dulu pengungsi semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo juga unjuk rasa hampir tiap hari. Ada saja keluhannya. Karena itu, semua pihak perlu membantu Pemkab Lembata dan instansi terkait.
Mengecam keras pemerintah yang dinilai tidak becus menangani ribuan pengungsi tak akan menyelesaikan masalah. Apalagi nekat pulang kampung di saat erupsi masih terjadi.
Sabar... sabar... sabar... dan tunggulah petunjuk pihak vulkanologi kapan waktu yang tepat. Keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi.
Salus populi suprema lex!