Gara-gara coronavirus, urusan liturgi atau ibadah agak terpinggirkan. Liturgi streaming. Misa online. Pekan suci online. Novena online. Rosario online. Semua serba online.
Salat tarawih pun dilakukan di rumah masing-masing. Gubernur Khofifah sejak pekan lalu juga rajin bikin tadarus online dsb dalam jaringan (daring).
Gara-gara corona itu pula saya tidak sadar bahwa Kamis ini tanggal merah. Hari Waisak. Umat Buddha biasa mengadakan puja bakti puncak Waisak persis pada jam menit detik bulan purnama sempurna.
Selain di wihara, biasanya meditasi diadakan di candi-candi. Saya agak hafal karena sering diundang meliput Waisak di candi di kawasan Mojokerto. Pernah puncak Waisak pukul 01.30. Asyik juga.
Biasanya setiap tahun saya diundang Pandita Nugroho (almarhum), pimpinan umat Buddha di Sidoarjo untuk meliput kegiatan Waisak. Mulai memandikan patung Little Buddha, meditasi detik-detik Waisak, hingga makan-makan di kawasan Pondok Jati, dekat Stadion Gelora Sidoarjo.
Tapi tahun ini tidak ada lagi. Kegiatan Waisak diadakan sendiri-sendiri di rumah. "Situasinya tidak memungkinkan," kata Niko, pandita muda yang menggantikan ayahnya sebagai pimpinan Wihara Dharma Bhakti Sidoarjo.
Saya hanya bisa mengucapkan:
Selamat Hari Waisak!
Semoga semua makhluk berbahagia!
Tetap bahagia dan sehat di tengah pandemi Covid-19.