Wabah virus corona membuat segala urusan jadi terganggu. Termasuk peribadatan. Arab Saudi menghentikan sementara ibadah umrah. Vatikan juga menutup sementara basilika dan Lapangan Santo Petrus untuk umum.
Bahkan misa di Vatikan pun sangat dibatasi. Paus Fransiskus mengadakan misa harian di kapel kecil dengan sedikit jemaat. Gara-gara Covid 19 yang sudah pandemik itu.
Minggu pagi ini, 15 Maret 2020, saya berniat ikut misa pagi di Gereja Salib Suci, Waru. Kangen sama pater-pater SVD asal Flores yang tugas di Paroki Salib Suci.
Tapi setelah membaca berbagai imbauan di media sosial agar menghindari kerumunan, saya kecut juga. Apalagi dua minggu ini ada diskusi di kalangan umat Katolik agar tidak perlu mencelupkan tangan ke air suci di pintu masuk gereja. Khawatir ada umat yang kena corona lalu menyebar ramai-ramai.
Jadi gak ke gereja? Saya ragu-ragu. Tidak mantap.
Apa boleh buat. Misa pagi ini cukup di kamar saja. Ekaristi bahasa Inggris alias Sunday Mass yang disiarkan dari Amerika Serikat. Misa mingguan yang biasa dilayani pater-pater pasionis.
Suasananya sih sama saja dengan misa di gereja-gereja di Surabaya atau Sidoarjo. Bahasanya saja yang English. Tapi tata liturgi, bacaan pertama, kedua, Injil dsb sama saja.
Lagu-lagu tidak banyak. Sehingga Sunday Mass ini hanya 30 menitan. Beda dengan misa di gereja di Jawa Timur yang paling cepat 75 menit.
Tentu saja online mass ini ada kekurangan. Tidak ada komuni. Tidak ada salam damai dsb. Tapi mau bagaimana lagi?
Pagebluk virus corona ini benar-benar masif dan luar biasa. Menjaga kesehatan jauh lebih penting ketimbang... pigi misa.
Sejak Lapangan St Petrus Vatikan ditutup, misa online Paus Fransiskus jadi sangat populer. Bisa diakses di mana saja. Tanpa harus jauh-jauh pigi ke Roma.
Salam damai!
Bahkan misa di Vatikan pun sangat dibatasi. Paus Fransiskus mengadakan misa harian di kapel kecil dengan sedikit jemaat. Gara-gara Covid 19 yang sudah pandemik itu.
Minggu pagi ini, 15 Maret 2020, saya berniat ikut misa pagi di Gereja Salib Suci, Waru. Kangen sama pater-pater SVD asal Flores yang tugas di Paroki Salib Suci.
Tapi setelah membaca berbagai imbauan di media sosial agar menghindari kerumunan, saya kecut juga. Apalagi dua minggu ini ada diskusi di kalangan umat Katolik agar tidak perlu mencelupkan tangan ke air suci di pintu masuk gereja. Khawatir ada umat yang kena corona lalu menyebar ramai-ramai.
Jadi gak ke gereja? Saya ragu-ragu. Tidak mantap.
Apa boleh buat. Misa pagi ini cukup di kamar saja. Ekaristi bahasa Inggris alias Sunday Mass yang disiarkan dari Amerika Serikat. Misa mingguan yang biasa dilayani pater-pater pasionis.
Suasananya sih sama saja dengan misa di gereja-gereja di Surabaya atau Sidoarjo. Bahasanya saja yang English. Tapi tata liturgi, bacaan pertama, kedua, Injil dsb sama saja.
Lagu-lagu tidak banyak. Sehingga Sunday Mass ini hanya 30 menitan. Beda dengan misa di gereja di Jawa Timur yang paling cepat 75 menit.
Tentu saja online mass ini ada kekurangan. Tidak ada komuni. Tidak ada salam damai dsb. Tapi mau bagaimana lagi?
Pagebluk virus corona ini benar-benar masif dan luar biasa. Menjaga kesehatan jauh lebih penting ketimbang... pigi misa.
Sejak Lapangan St Petrus Vatikan ditutup, misa online Paus Fransiskus jadi sangat populer. Bisa diakses di mana saja. Tanpa harus jauh-jauh pigi ke Roma.
Salam damai!