Kemarin hujan deras di Surabaya. Tanpa angin kencang yang menyebabkan puluhan pohon tumbang seperti pada 5-6 Januari 2020.
Di Surabaya Utara, khususnya Jembatan Merah, Kembang Jepun, Kalimas dan sekitarnya hujan tidak begitu lebat. Bagus untuk menghalau debu-debu yang beterbangan di kawasan kota lama.
Kamis pagi, 16 Januari 2020, muncul berita di koran. Tentang banjir semalam. Nadanya positif. TERENDAM AIR PUKUL 17.20, SURUT 19.30".
Luar biasa. Cuma dua jam 10 menit saja beres. Air berlimpah itu mengalir lancar lewat salurannya hingga ke muara di kawasan Pelabuhan Kalimas yang terkenal itu.
Mengapa air hujan dibuang ke laut? Tidak diserap masuk ke dalam bumi? Kalau itu sih Gubernur Jakarta Anies Baswedan yang paling paham.
Saya cuma tertarik judul salah satu berita di koran. BEBERAPA JALAN PROTOKOL TERGENANG.
Hem... kata TERGENANG itu pernah saya tanyakan ke editor bahasa. Salah satunya Uu Suhardi dari majalah Tempo. Saat itu Jakarta sedang kebanjiran di awal tahun 2020.
Mana yang benar: jalan tergenang atau jalan terendam? Atau kedua-kedua-duanya benar?
Uu Suhardi kemudian menulis di Twitter:
< Ini keliru: "Sejumlah jalan tergenang." Kata yang tepat setelah "jalan" adalah "terendam". Airlah yang tergenang. >
Oh, mantap!
Saya mendapat afirmasi dan konfirmasi dari Mas Uu, salah satu editor bahasa Indonesia terbaik. Sebab selama ini saya pun punya pemahaman seperti itu. Bahwa yang terendam itu jalan. Airlah yang tergenang di jalan raya. Maka ada istilah genangan air.
Kita juga biasa merendam pakaian kotor dengan air (bukan bensin atau arak). Benda-benda padat direndam di dalam air atau zat cair lainnya.
Karena itu, saya agak geli membaca salah satu judul berita pagi ini. JALAN PROTOKOL TERGENANG.
Jalan kok bisa tergenang? Mestinya JALAN PROTOKOL TERENDAM.
Di Surabaya Utara, khususnya Jembatan Merah, Kembang Jepun, Kalimas dan sekitarnya hujan tidak begitu lebat. Bagus untuk menghalau debu-debu yang beterbangan di kawasan kota lama.
Kamis pagi, 16 Januari 2020, muncul berita di koran. Tentang banjir semalam. Nadanya positif. TERENDAM AIR PUKUL 17.20, SURUT 19.30".
Luar biasa. Cuma dua jam 10 menit saja beres. Air berlimpah itu mengalir lancar lewat salurannya hingga ke muara di kawasan Pelabuhan Kalimas yang terkenal itu.
Mengapa air hujan dibuang ke laut? Tidak diserap masuk ke dalam bumi? Kalau itu sih Gubernur Jakarta Anies Baswedan yang paling paham.
Saya cuma tertarik judul salah satu berita di koran. BEBERAPA JALAN PROTOKOL TERGENANG.
Hem... kata TERGENANG itu pernah saya tanyakan ke editor bahasa. Salah satunya Uu Suhardi dari majalah Tempo. Saat itu Jakarta sedang kebanjiran di awal tahun 2020.
Mana yang benar: jalan tergenang atau jalan terendam? Atau kedua-kedua-duanya benar?
Uu Suhardi kemudian menulis di Twitter:
< Ini keliru: "Sejumlah jalan tergenang." Kata yang tepat setelah "jalan" adalah "terendam". Airlah yang tergenang. >
Oh, mantap!
Saya mendapat afirmasi dan konfirmasi dari Mas Uu, salah satu editor bahasa Indonesia terbaik. Sebab selama ini saya pun punya pemahaman seperti itu. Bahwa yang terendam itu jalan. Airlah yang tergenang di jalan raya. Maka ada istilah genangan air.
Kita juga biasa merendam pakaian kotor dengan air (bukan bensin atau arak). Benda-benda padat direndam di dalam air atau zat cair lainnya.
Karena itu, saya agak geli membaca salah satu judul berita pagi ini. JALAN PROTOKOL TERGENANG.
Jalan kok bisa tergenang? Mestinya JALAN PROTOKOL TERENDAM.