Sabtu, 29 Maret 2025

Mampir Ngombe Koffie di Toko Oen Malang

Toko Oen, Kajoe Tangan nomer 5, jang kesohor itu, adoeh, jang mana orang-orang pesiar di Malang belon lengkap rasanja kalau belon singgah di situ! Toko roti dan kue, tempat orang makan-makan, minoem koffie atawa bier, di tengah-tengah Kota Malang jang ramai.

Di dalem toko, ada tulisan besar pakai bahasa Belanda:

,,Welkom in Malang, Toko Oen die sinds 1930 aan de gasten gezelligheid geeft.''

Adoeh! Artinja? 

Nah, kalau ini djaman doeloe, sebelum ada internet atawa Mbah Google, mesti tanya sama oma opa jang masih cas-cis-cus Hollands spreken. Tapi sekarang? Wah, gampang betoel!

Daholoe Ajas masih anak moeda, kalau lewat toko ini cuma bisa liat dari loewar sadja. Pikiran sudah bilang: "Adoeh, pasti roti dan kue di dalam mahal betoel!"

 Mana berani masoek! Orang Malang sekalian pun banyak jang jangankan beli, masoek sadja tidak! 

Toko Oen van Malang ini memang tempatnja orang-orang tadjir, toeris-toeris dari negeri jauh, apalagi orang-orang Belanda jang doeloe pernah tinggal di sini.

Sore ini, Ajas pesiar keliling kota, dari Petjinan jang ada Kelenteng Eng An Kiong, lalu ke Pasar Besar, ke Agus Salim atawa Djalan Kabupaten jang makin ruwet, makin padet, makin semrawoet. Kemudian nyeberang ke Aloon-Aloon.

 Adoeh! Anak-anak ramai betoel main-main sama burung merpati. Rupanja Pemkot Malang kasi anggaran special bagi piara burung dara jang rakos makan biji djagung itu.

Ajas mulai rasa penat. Moesti cari tempat santai, minoem kopi. Tapi ini bulan puasa, 29 Ramadan 1446 H, kebetulan pas sama 29 Maart 2025. Wah, waroeng-waroeng banyak jang toetoep. 

Adoeh! Lantas Ajas pikir, lebih baik masoek sadja ke Toko Oen. Ini toko jang sejak zaman doeloe tetap buka macam hari biasa. Orang jang poso tetap hormat, orang jang tidak poso bisa santai.

Di dalam, suasana masih tetap tempo doeloe. Pelajan-pelajan pakai seragam putih item. Langit-langit tinggi, mebel dari djati tua, dan bau roti jang baru matang dari dapur. 

Ajas pesen koffie toebroek panas. Wah, harganja 20K! Lebih mahal dari koffie premium di Klodjen sana. Tapi jang Ajas cari bukan itoe wedhang kopinja. Ajas cari suasana nostalgia!

Biasanja di sini banyak toeris Belanda jang doeloe pernah tinggal di Hindia-Belanda, datang minoem koffie atawa bier. Tapi petang ini cuma ada dua bule toea. Lebih banyak orang Tionghoa jang rambutnja disemir pirang, ah, matjam orang bule!

Di podjokan, samar-samar Ajas dengar lagu Don't Sleep Away dari Daniel Sahuleka, penyanyi Maluku jang tinggal di negeri Belanda. Adoeh, makin terasa suasana tempo doeloe! 

Kopi masih panas, sore makin redup, dan Malang tetap njang tjantik seperti doeloe!

1 komentar:

  1. Di sana juga disajikan makan tionghoa tempo doeloe seperti cap cay goreng dll

    BalasHapus