Senin, 20 Januari 2025

Dua keponakan berhasil jadi PNS Kemenkumham! Alhamdulillah

Buat apa kuliah kalau tidak bisa jadi pegawai negeri? 

Buat apa sarjana kalau sulit cari kerja?

Kuliah itu tujuan utamanya jadi PNS! Begitulah faham atau semacam "ajaran" yang berlaku di NTT. Pabrik-pabrik tidak ada. Industri swasta belum jalan.

Maka PNS jadi idaman semua orang NTT. Dapat gaji bulanan, kerja rileks tanpa tekanan, tanpa target omzet, dapat pensiun. Gaji selalu naik karena negara tidak bangkrut.

Rinol si keponakan baru saja lulus tes CPNS. Diterima sebagai pegawai Kemenkumham. Tugasnya nanti jadi penjaga tahanan atau narapidana alias warga binaan di lembaga pemasyarakatan alias penjara.

Rinol anak cerdas. Sebelumnya dia ikut tes masuk kampus kedinasan Kemenhub RI. Masuk 5 peserta terbaik di Provinsi NTT. Tapi NTT hanya dapat jatah 3 taruna alias mahasiswa.

Maka 5 peserta itu dites lagi. Wawancara tatap muka dsb. Kali ini Rinol gagal. Impian jadi mahasiswa yang dibayar negara pun ambyar.

Dasar anak cerdas, Rinol ikut tes masuk PTN. Tidak pakai belajar, bimbingan tes, ia diterima di Universitas Nusa Cendana (Undana Kupang). Fakultas Peternakan. Urusan ternak sapi, kambing, babi, ayam, bebek dsb. Tapi rupanya kurang semangat di kampus negeri itu.

Rinol iseng-iseng ikut tes CPNS Kemenkumham. Cukup pakai ijazah SMA. Ternyata lulus. Alhamdulillah. Impiannya dan orang tuanya akhirnya terkabul. 

Sebelumnya Fidel keponakan satu lagi juga pikiran serupa. Buat apa kuliah lama, jadi sarjana tapi tidak ada jaminan jadi PNS? Fidel punya otak cerdas. Lulusan SMA favorit di Kupang.

Ia pun coba-coba tes CPNS Kemenkumhan. Puji Tuhan, lolos! Padahal formasi yang diterima sangat sedikit. Fidel pun kini sangat menikmati pekerjaannya sebagai pegawai negeri urusan penjara. Saban hari ketemu warga binaan.

Lulus SMA atau SMK langsung kerja, diangkat PNS, adalah impian banyak orang. Khususnya rakyat NTT. 

Berbahagialah mereka yang jadi PNS! Sebab upahmu dibayar negara!

9 komentar:

  1. Mengapa anak2 cerdas tidak kepingin jadi pengusaha?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul bung.. itu sudah pernah saya bahas panjang lebar. Anak cerdas lebih mudah lulus seleksi masuk PTN atau PNS. Makanya bakat dagangnya tidak tumbuh

      Hapus
  2. Ada ambisi segera bekerja ketimbang kuliah lama tanpa jaminan bisa kerja nanti. Ada peluang jadi PNS maka diambil lah. Begitu bung! Sekaligus mereka menyadari kemampuan dompet orang tuanya.

    BalasHapus
  3. Naitu. Waini. Kalau anak Tionghoa (kerennya skrg: Chindo), dari kecil ditanamkan utk kerja sendiri.

    Kalau kerja dgn orang lain (seperti saya) dikatai: lu pintar kok jadi kuli (bhs Hokkian: hweki). Apa daya walaupun otak encer tapi semangat kurang.

    BalasHapus
  4. Dulu ada bupati di Jatim kunjungi temannya guru di sebuah SMA. Dia bilang temannya itu dulu pinter banget. Kalau saya pinter mungkin saya juga jadi guru, katanya.
    Karena gak pinter maka dia dagang. Lama2 jadi pengusaha sukses. Lalu jadin politikus. Punya duit untuk pilkada. Akhirnya terpilih jadi bupati.

    Omongan orang Jatim itu kayak guyon tapi makjleb...

    Kayak Alim Markus sekolah tionghoanya putus. Kerja dagang bantu orang tua hingga punya banyaaaak pabrik. Bisa kasih makan 20 ribu karyawan + ribuan anak isyri mereka.

    Akhirnya Alim Markus dikasih gelar Doktor HC.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Membaca tulisan diatas, pikiran saya melayang-layang ke Denpasar pada tahun 1958. Persis di depan rumah saya ada sebuah rumah kos-kos-an kecil yang menyewakan dua buah kamar. Kamar2 itu ditempati oleh dua orang pemuda asal NTT.
      Satu berasal dari Timor Kupang, orangnya tinggi langsing, kulitnya hitam, rambutnya sangat kriting, giginya rata dan putih, suka senyum dan ramah.
      Tiap hari necis pakai kemeja dan pantalon yang terseterika kenceng. Beliau adalah seorang PNS dari Kementerian P&K, berprofesi sebagai guru sekolah rakyat, namanya Bapak Johannes.
      Yang lainnya orang dari Flores, kulitnya tidak terlalu hitam dan rambutnya tidak terlalu kriting. Orangnya berbadan kecil, jarang senyum, galak, suka uring2-an.
      Dia juga seorang PNS, berseragam dinas warna coklat, pegawai Kementerian Kehakiman, profesinya sebagai sipir. Namanya saya tidak tahu, kami anak2 takut mendekat ke dia.

      Hapus
    2. Hahaha biasanya begitu bung. Sipir2 memang digembleng untuk menjaga dan mengawasi narapidana yang bisa kabur sewaktu-waktu. Kalau ada apa2 para sipir yang kena batunya.

      Hapus
    3. Sipir sudah berubah fungsi menjadi Pembina Panti Kemasyarakatan Kemenkumham. Dulu tugasnya mengawasi menggembala para narapidana, sekarang berubah menjadi tukang entertain para bajingan dan koruptor. Pasti enak nginap di Hotel Prodeo, gratis dan ada entertainment.
      Buktinya : Si Bahar, cucu nabi, dengan bangga koar2, dia sudah 13 kali masuk-keluar penjara, atau bui atau hotel prodeo. Si Rizieq, Imam Besar Agama, Keturunan Rasullah, juga sering masuk-keluar bui.
      Si Ayin, pengusaha nasional, di penjara punya TV, AC, Salon tukang Make-up dan tukang pijat. Si Tambunan yang berstatus Narapidana, bisa nonton pertandingan tenis, lihat si cantik Sabatini berlaga di ajang Wismilak Cup di Bali. Si Ahok, nginap di hotel prodeo, makan tidur gratis, masih bisa mencocok polwan, dasar anak sialan tukang cocok-tanam.
      Hotel prodeo, dulu waktu saya masih sekolah, saya artikan sebagai hotel gratisan. Semenjak kuliah, saya diwajibkan belajar bahasa latin, barulah saya bisa mengerti, hotel prodeo adalah Penginapan untuk para kekasih Tuhan.
      Pro artinya untuk.
      Deo adalah Dativ singular dari kata Deus, Tuhan. Atau bisa juga Ablativ singular dari Deus, sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan.

      Hapus
  5. Omong2 sipir, saya jadi ingat satu penari eksotis di klub utk lelaki yang pernah saya datangi di kala sendiri. Ngobrol2 dengan salah satu penarinya yang berkulit hitam, ternyata dia bekerja siang hari sebagai sipir penjara. Menjadi penari untuk menambah bekal hidup di San Francisco Bay Area yang mahal. Oolala. Walaupun hitam tapi cantik dan tahes / komes.

    BalasHapus