Kamis, 16 Maret 2023

Seniman Santoso Setyono Larang Anak Jadi Seniman


Seniman patung Santoso Setijono, 72,  berpulang pekan lalu. Jenazahnya dikremasi di Kembang Kuning, Surabaya, Sabtu 11 Maret 2023. Cukup banyak kenangan dengan Cak San, sapaan akrab perupa lulusan ASRI Jogjakarta, 1978, itu.

Cak San rada nyentrik khas seniman. Asyik diajak ngobrol apa saja. Meledak-ledak gayanya. Selalu semangat dan optimistis. Guyonannya juga asyik.

Sepeninggal Cak San, saya cari-cari tulisan lama tentang pria kelahiran Jogjakarta, 12 Oktober 1950, itu. Tak banyak informasi di internet. Maklum, tak banyak wartawan yang menulis tentang kiprah pematung ini.

Eh, kebetulan nemu arsip koran lawas di Surabaya. Tulisanku sendiri juga. Hasil ngobrol ngalor ngidul saat Santoso sedang menyelesaikan patung Cak Durasim di Taman Budaya Jatim, Jalan Gentengkali 85 Surabaya.

Tidak pakai catatan, tak pakai rekaman, hanya mengandalkan memori otak. Itu salah satu ajaran Suhu Dahlan Iskan. Bahwa semua wartawan Jawa Pos Group tidak boleh mencatat saat wawancara dengan narasumber. Kecuali angka-angka, tanggal lahir, ejaan nama, nomor telepon, dan sejenisnya.

Nah, para seniman senior ini kebanyakan tidak mau anaknya ikut jejak bapaknya jadi seniman. Mulai dari Rudi Isbandi, Liem Keng, Bambang Thelo, hingga Santoso ini.

"Sejak awal saya justru melarang anak-anak saya jadi seniman," kata Santoso seperti dikutip Radar Surabaya, Minggu 25 November 2007.

"Cukup bapaknya saja yang jadi seniman. Saya tidak mau anak-anak melakoni hidup seperti saya."

Tidak heran, dua anak Cak San tidak bergelut di dunia kesenian. Natashia Sekar Akoso dan Christosa Lingga Hasmoro punya dunia sendiri. Jauh dari dunia seni rupa atau visual art.

Saya jadi ingat seniman Liem Keng sang maestro sketsa di Undaan Kulon 125 Surabaya. Anak-anaknya pun jauh (atau dijauhkan) dari dunia serupa. Ada yang dagang di Bali, ada yang di Sulawesi.

Karena itu, rumah sekaligus studio dan toko pracangan Liem Keng di Undaan Kulon dijual tak lama setelah papanya meninggal dunia. Sekarang jadi toko listrik. Padahal, Liem Keng dulu pernah menyatakan keinginannya agar rumah studio itu dijadikan museum.

Nasib Museum Rudi Isbandi di Karang Menjangan pun tidak jelas. Sudah mangkrak sepeninggal seniman senior yang doyan blusukan setiap hari ke berbagai sudut kota itu.

Saya pun mampir ke rumah studio Cak Santoso Setijono di Desa Keboan Anom, Gedangan, Sidoarjo. Hening, sepi, tertutup rapat. Saya langsung teringat nasib rumah Rudi Isbandi dan Liem Keng di Surabaya. Juga rumah dan studio rocker legendaris Ucok AKA Harahap di Lawang. 

"Anaknya bilang rumah ini mau dijual," kata tetangga mendian Cak San.

Hidup itu singkat, seni abadi!

Rumah seniman (biasanya) lekas berlalu. 

Senin, 13 Maret 2023

Santoso seniman patung yang menolak tua

Kapan jenazah Bapak Santoso Setyono  dimakamkan?

"Bapak dikremasi Sabtu pukul 12.00 di Kembang Kuning," jawab keluarganya.

"Quia pulvis es, et in pulverem reverteris!" kata pater katolik mengutip Kejadian 3. 

Dari debu kembali ke debu! 

Selamat jalan Cak San!
Semoga damai bersama Sang Pencipta! 

Saya sedang di luar kota sehingga tak bisa ikut upacara kremasi di Eka Praya, Kembang Kuning. Apalagi informasi tentang kremasi itu baru saya ketahui hanya 4 jam sebelum pelaksanaan.

Minggu pagi, 12 Maret 2023, saya mampir ke rumah mendiang Cak Santoso di Keboan Anom, Gedangan. Ada beberapa karangan bunga. Rumah besar sekaligus studio seni rupa itu tertutup rapat.

Keluarga Pak San sempat datang tapi pulang lagi, kata tetangga.

Saya hanya bisa mengenang Cak Santoso seniman patung yang unik itu. Orangnya energetik, semangat, selalu merasa muda dan kuat meski otot, tulang, dan onderdil di tubuhnya sudah sepuh.

Langkahnya tegap, omongannya keras, penuh energi. Jamune opo? Gak ada, katanya.

Sebagai seniman patung, Cak Santoso cukup mewarnai Sidoarjo. Kebetulan konco pleknya sesama KAAS, Win Hendrarso, jadi Bupati Sidoarjo dua periode, 2000-2010. Seniman-seniman eks ISI Jogja yang tergabung dalam KAAS sering bikin acara di Pendapa Delta Wibawa.

Suasana pendapa saat itu memang sangat hidup. Bupati Win senang kesenian, pameran lukis, undang Sawung Jabo, Inisisri dsb. Juga menggagas Sidoarjo sebagai kota festival. Seniman-seniman dikirim ke Jogja, Bandung, Australia untuk studi banding.

Cak Santoso dapat job bikin patung udang dan bandeng. Banyak banget patung-patung karya Cak San yang menghiasi Sidoarjo.

Cak Santoso juga dapat job bikin patung Cak Durasim. Dipasang di depan Gedung Cak Durasim, Gentengkali, Surabaya. "Saya harus laku, meditasi, beberapa hari sebelum bikin patung Cak Durasim," kata Santoso.

Begitu banyak kenangan manis dan pahit bersama Cak Santoso. Semoga semangatnya yang berapi-api, tidak pernah merasa tua, tetap berkarya sampai kapan pun diwarisi kawan-kawan seniman di Bumi Jenggala.

Matur suwun, Cak Santoso!

Sabtu, 11 Maret 2023

Tidak ada wifi. Baca koran bahas PSK Tretes

Tidak ada wifi.
Bicaralah dengan orang sekitar Anda.

Begitu tulisan di warkop depan Candra Wilwatikta, Pandaan. Tempat yang dulu sangat terkenal dengan pertunjukan seni budaya tradisional dan modern.

Ayas mampir di warkop itu bukan untuk ngopi tapi ingin nunut wifi. Sebab lupa beli data. Semalam data yang masih banyak hangus.

Warkop di Pandaan ini sejak dulu hanya jualan kopi sasetan. Bukan kopi racikan yang nikmat. Kopi sasetan terlalu banyak gula. Padahal saya suka kopi yang agak pahit. Gula cukup satu sendok kecil.

Kaget juga baca tulisan itu. "Tidak ada wifi! Bicaralah dengan orang sekitar Anda."

Amat menarik pesan singkat itu. Bicaralah dengan orang sekitar Anda! Itu yang hilang di era media sosial yang serba digital ini. 

Begitu banyak orang yang cangkruk di warkop di Surabaya, Sidoarjo, Gresik, dan sebagainya. Tapi semua orang sibuk dengan ponselnya sendiri-sendiri. Tak ada lagi diskusi gayeng ala warkop seperti dulu.

Orang mampir ke warkop lalu main HP. Satu jam, dua jam, bahkan bisa lebih untuk nebeng internet gratis.

Tak ada data dan wife, apa boleh buat, Ayas baca koran Radar Bromo. Koran jaringan Jawa Pos Group itu menulis kasus penangkapan 2 mucikari, 3 penjaga vila, dan 48 PSK di kawasan Tretes. Bisnis esek-esek itu rupanya tidak mati-mati juga di Tretes meski sering digerebek satpol PP.

Wanita-wanita muda yang direkrut, kata Radar Bromo, berasal dari Bandung hingga Kalimantan. Pasti ayu-ayu. Tarif paling murah Rp 600 ribu. Ada 3 wanita malah masih di bawah 17 tahun. Seru!

Kopi sasetan produksi Sidoarjo yang legendaris itu habis. Ayas melanjutkan perjalanan ke rumah retret tidak jauh dari Pandaan dan Tretes. Mau silaturahmi dengan pater senior SVD asal Pulau Lembata yang sudah lama bertugas di situ.

Ada juga satu pater CM asal Lembata alias Lomblen yang jadi gembala di rumah retret milik Kongregasi Misi alias CM di Prigen. Mumpung masa Prapaskah, kita orang sesekali perlu piknik ke kawasan adem ayem sambil minta berkat pater senior.

Haleluyaaaaaah!!! 

Rabu, 08 Maret 2023

Vaksinasi keempat di Puskesmas Gunung Anyar

Pandemi Covid-19 genap berusia 3 tahun di Indonesia pada 2 Maret 2023. Rasanya biasa saja. Tak ada liputan khusus di media, seminar, atau kegiatan khusus di Surabaya. Seakan virus corona sudah lumpuh.

Karena itu, prokes jaga jarak, cuci tangan, pakai masker makin diabaikan. Saya perhatikan 3 dari 10 orang di Surabaya dan Sidoarjo tidak pakai masker meski berada di dalam ruangan. Apalagi cuci tangan dan jaga jarak.

Gubernur Khofifah dan Walkot Eri Cahyadi sering mengimbau warga datang ke puskesmas untuk mendapat vaksin keempat. Namun, warga cenderung abai alias santai-santai aja.

"Aku cuma vaksin dua kali," kata Cak Man di Rungkut. 

Kapan vaksin ketiga, Cak? "Dua kali wis cukup. Memangnya masih ada covid," kata pemilik warung yang gila Rhoma Irama ini.

Bukan saja Cak Man, jemaah warkop pun kebanyakan punya pendapat sama. Mereka rata-rata enggan divaksin ketiga, keempat, kelima dst. Beda dengan vaksin pertama dan kedua dulu. Saat itu wabah corona luar biasa. Angka kematian sangat tinggi. Sekarang sudah terasa normal. Persis sebelum ada covid.

Pagi ini, Rabu 8 Maret 2023, saya mampir ke Puskesmas Gunung Anyar. Mau vaksin keempat. Suasana benar-benar sepi. Tak ada orang yang sedang atau antre disuntik.

Beda dengan vaksin ketiga dulu, puluhan warga antre hingga di luar gedung. Kali ini saya sendirian. "Fotokopi KTP-nya mana?" tanya cewek nakes lumayan ayu.

"Belum  fotokopi. Saya fotokopi dulu ya!" 

"Gak usah. Minta KTP asli."

Tidak sampai lima menit selesai urusan administrasi. Lalu ditensi. Hati-hati, tensi sampean sudah tinggi. 160. Minum obat, jaga makananan dsb, pesan nona itu.

Lalu.. disuntik.. beres!
Selesai vaksin keempat alias booster kedua.

Akankah ada lagi vaksinasi kelima, keenam, ketujuh... dst? 

Gereja berdempetan di ruko! Haleluyaaaa

Pagi ini beta mampir di ruko Pondok Candra, Sidoarjo. Pigi ke anjungan tunai mandiri. Lalu mampir di warkop minta kopi racikan rada pahit, gula satu sendok.

Beta perhatikan ruko-ruko yang dulu ramai. Sekarang sepi. Pandemi panjang bikin banyak usaha lesu. Tapi gereja masih ada di situ. Gereja ruko bahkan cenderung bertambah. Orang biasanya makin dekat Tuhan dalam kesesakan.

 Haleluyaaaa!!!

Beta lihat ada GKKA: Gereja Kebangunan Kalam Allah. Persis di sebelahnya GBI: Gereja Bethel Indonesia. Kedua gereja ini sebetulnya mirip tata ibadat, pujian penyembahan, tata kelola dsb. 

Tidak jauh dari situ ada Gereja YHS: Yakin Hidup Sukses. Tapi YHS rupanya sudah pindah. Ruko bekas YHS ada pengumuman dijual/disewakan. 

Mengapa tidak digabung aja? Dijadikan satu. Toh jemaatnya tidak banyak amat?

Itu pertanyaan awam yang bukan kristiani. Beta dulu juga bertanya macam itu. Ada GKI di depan, sebelahnya ada GKJ. Denominasinya sama. Kenapa tidak gabung saja?

Rumit kalau bicara soal agama, khususnya gereja. Khususnya gereja-gereja yang bukan Katolik. Begitu banyaknya denominasi, subdenominasi, aliran dan anak cucunya di lingkungan kristiani.

Karena itu, meskipun sama-sama Haleluya, tetap perlu gereja sendiri. Sulit bangunan gereja di tanah kosong, biasanya karena masalah izin (uang bisa dicari), paling mudah menyewa ruko. Toh banyak sekali ruko di kota besar yang kosong atau mangkrak.

Bikin gereja di ruko jauh lebih aman. Hampir tak ada protes dari warga mayoritas yang kerap menolak kehadiran bangunan gereja. Kalaupun diprotes ya cukup ganti nama aja. Tidak perlu pakai nama gereja tapi Ministry Center, Kasih Agape, Father's House (kayak di Sidoarjo), Happy Family, dsb.

Beta juga yakin hanya orang Kristen saja yang paham kalau GBI dan GKKA itu gereja. Orang-orang warkop selama ini mengira GBBI, GKKA, atau YHS cuma kantor dagang biasa. 

Selasa, 07 Maret 2023

Rumah Makan Jehovah Jireh di Krian - Jadi Ingat PD Karismatik

Beta lewat di Jalan Raya Krian, malam hari. Kaget juga ada rumah makan baru yang besar untuk ukuran Sidoarjo. Ada tulisan besar JEHOVA JIREH. Lengkap dengan lampu sorotnya.

Beta berhenti sebentar. Ambil gambar sekilas di tengah arus kendaraan yang sangat padat. Haleluya.. pandemi sudah berlalu! Haleluyaaaa.. ekonomi bergerak lagi!

Haleluyaaa.. ada restoran baru. JEHOVAH JIREH namanya. Kurang H kalau bahasa Inggris untuk Jehovah. 

Beta langsung teringat beberapa ibu-ibu dan mbak-mbak di persekutuan doa (PD) karismatik saat kuliah dulu. Mereka sering banget mengucapkan Jehovah Jireh. Seperti mantra saja. Sering diulang-ulang hampir di setiap persekutuan. 

Ada lagunya juga macam nyanyian anak sekolah Minggu. Pakai tepuk tangan, senyam-senyum, sedikit menari. Jehovah Jireh artinya Tuhan menyediakan.

Beta sudah lama tidak ikut acara-acara karismatik. Makin tua beta malah lebih senang sembahyang kontas atau doa rosario. Tidak lagi senang persekutuan pakai tepuk tangan, menari, melompat, dengar bahasa roh yang aneh-aneh dan seterusnya.

Maka, beta sudah lama lupa frase Jehovah Jireh dsb. Baru muncul kembali setelah melihat sebuah rumah makan baru di Krian bernama Jehovah Jireh. Pasti pemiliknya orang karismatik atau haleluya. Bukan orang Saksi Jehovah meskipun ada kata Jehovah di situ.

Sayang, malam itu beta sonde sempat  mampir ngombe atau menjajal menunya karena sudah kenyang. Kapan-kapan beta mampir untuk menimba berkat dari sumur Jehovah Jireh itu. 

Gara-gara melihat tulisan besar Jehovah Jireh di Krian itu, beta buka lagi buku lama karangan Remy Sylado. Budayawan, sastrawan, teolog, musikolog yang belum lama meninggal ini memang sering membahas istilah-istilah Alkitab. Termasuk sebutan atau nama-nama Tuhan dari bahasa Ibrani, Yunani, Latin, hingga terjemahan dalam bahasa Indonesia, Inggris, Belanda, Jerman dsb.

Beta angkat topi dengan Bung Remy ini. Tidak banyak orang Indonesia yang menguasai bahasa asing dan bahasa daerah sebanyak orang Manado kelahiran Makassar, besar di Bandung, lalu tinggal di Jakarta sampai dipanggil Tuhan Allah.

Remy Sylado tidak pakai Jehovah melainkan Yahweh atawa Yehwah. Kata TUHAN (huruf besar semua) dalam Perjanjian Lama merupakan terjemahan dari YHWH atau Yahweh atau Jehovah (English).

Sedangkan TUHAN dalam Perjanjian Baru adalah terjemahan KYRIOS dalam bahasa Yunani. "Dalam kata ini terkandung pengertian yang asasi akan suatu kekuasaan tertinggi. Sosok yang akbar," tulis Remy.

Nah, Jehovah Jireh itu menurut Remy lebih pas ditulis Yehwah Yireh (Kejadian 22:14). Tuhan yang maha penjaga dan penyedia.

Beta kemudian buka Wikipedia. Ada penjelasan panjang lebar tentang Jehovah Jireh itu. Intinya sama dengan tulisan Remy Sylado. 

"In the Book of Genesis, Jehovah-jireh or Yahweh Yireh was the location of the binding of Isaac, where Yahweh told Abraham to offer his son Isaac as a burnt offering. Abraham named the place after God provided a ram to sacrifice in place of Isaac."

Kejadian 22:14 di King James Bible secara jelas menyebut:

"And Abraham called the name of that place Jehovah-jireh: as it is said to this day, In the mount of the LORD it shall be provided."

Alkitab Bahasa Indonesia:

Dan Abraham menamai tempat itu: "TUHAN menyediakan"; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: "Di atas gunung TUHAN, akan disediakan."

Di YouTube ada lagu pujian dari Edward Chen yang sangat populer. Syairnya antara lain:

Jehovah Nissi, Kau yang kuandalkan
Jehovah Rapha, Kau yang menyembuhkan
Jehovah Shalom, Kau keselamatanku
Jehovah Jireh, Kau yang menyediakan
Jehovah Nissi, Kau yang kuandalkan

Jumat, 03 Maret 2023

Konco Lawas Ruth Laiskodat Jadi Kepala Dinas Kesehatan NTT


Nama Viktor Bungtilu Laiskodat, gubernur NTT, sedang viral di media sosial. Dikomentari, dikritik, tapi juga didukung warganet soal gebrakan masuk sekolah pukul 05.00.


Ayas pun kembali membuka rekaman VBL di YouTube. Suaranya khas, keras, tanpa basa-basi, nada tinggi, galak. Tapi, kalau dicermati baik-baik, VBL punya niat untuk memajukan NTT. Terutama memberantas kemiskinan ekstrem.

Bicara tentang Viktor Laiskodat, Ayas jadi ingat Ruth Diana Laiskodat, konco lawas atau teman lama di Malang tempo doeloe. Ruth sekolah di SMAN 4, Ayas di SMAN 1. Satu kompleks sekolah di depan Alun-Alun Bunder. Biasa disebut kompleks SMA Tugu.

Ada 6 siswa asal NTT dulu yang nyambung pelajaran di Ngalam.  Yohanes (Sumba Barat), Ruth Laiskodat (Kupang), Paulina Pandango (Sumba Timur), Yoke (Sumba Timur), Ivon Lussy (Kupang), Ayas (Flores Timur).

Ayas satu kamar dengan Yohanes di Suropati II dempet Lapangan Ajendam. Ruth dan tiga cewek kos di rumah Pak RT, Pak Boenthalib, di Belakang RSSA. Jalan Suropati Gang II dan Belakang RSSA ini dempet. Paulina kos di Kaliurang bersama kakaknya waktu itu mahasiswa FK Brawijaya.

Kami dapat jatah makan dua kali sehari. Siang dan malam. Selalu makan bersama. Diawali doa makan. Kawan-kawan yang Protestan semua itu sembahyangnya lama sekali. Ayas yang Katolik sudah selesai sembahyang, Ruth dkk belum apa-apa. Ayas menunggu mereka buka mata.. tanpa tanda salib.

Begitulah. Selama hampir dua tahun kami berpisah. Terpencar di berbagai kota. Sama sekali tak ada komunikasi. Setelah ada media sosial barulah Ayas bisa memantau beberapa nawak (kawan) lama. Hanya Paulina yang pernah di Sidoarjo bersama ayahnya seorang anggota majelis GPIB.

Dari medsos Ayas jadi tahu Ivon ternyata berada di Australia. Yohanes kelihatannya jadi rohaniwan karena dulu rajin banget baca Alkitab. Ruth Laiskodat jadi birokrat penting di Kupang, NTT.

Setelah Victor Laiskodat terpilih sebagai gubernur NTT pada September 2018, Ayas sangat yakin karir Ruth Laiskodat akan melejit. Selain punya kecerdasan, itu terlihat saat di SMAN 4 Malang, ada marga Laiskodat di belakang namanya. Itu jadi keunggulan komparatif di NTT... dan di mana-mana di republik ini.

Ayas perhatikan Ruth jadi kepala BPOM. Tak lama kemudian jadi kepala inspektorat. Lalu Ruth Diana Laiskodat, S.Si, Apt M dilantik menjadi Kepala Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT. Ayas lihat foto-foto dan video Ruth Laiskodat mendampingi Bapak Gubernur Victor Laiskodat di acara-acara kedinasan.

Gaya bicara, senyum, cara berjalan Ruth masih sama seperti di Malang dulu. Orangnya ramah, pendengar yang baik, tidak lekas interupsi atau menyela kata-kata orang lain. Karena itu, dulu Ayas lebih senang ngobrol dan diskusi dengan Ruth tentang pelajaran serta sistem persekolahan di Malang yang berbeda dengan NTT.

Ruth Laiskodat sudah jadi orang penting di NTT. Jadi kepala dinas kesehatan. Dinas yang benar-benar penting dan strategis karena menyangkut urusan gizi, sanitasi, penyakit-penyakit, rumah sakit, puskesmas, BKIA, hingga pustu. 

Belum lagi masalah kekerdilan alias stunting di NTT yang selalu jadi sorotan hingga tingkat nasional. Dalam sebuah survei BPS tahun lalu, NTT menjadi provinsi nomor 1 di Indonesia yang masyarakatnya tidak mampu mengakses makanan bergizi seimbang.

Ayas yakin Ruth sudah tahu hasil-hasil survei macam itu. Dinkes NTT tentu sudah punya program, strategi, kiat, atau apa pun namanya untuk mengatasi itu semua. Ada baiknya program Operasi Nusa Sehat dari Gubernur Ben Mboi tempo doeloe bisa dilanjutkan dan dikembangkan lagi. 

Ruth, selamat melayani rakyat NTT! Semoga Anda selalu diberkati dan dilindungi Tuhan! 

Kontroversi masuk sekolah pukul 5 pagi ala Gubernur NTT Victor Bungtilo Laiskodat

Bukan Viktor Bungtilu Laiskodat kalau tidak bikin kontroversi. Sejak menjabat Gubernur NTT, bung satu ini selalu melontarkan ucapan yang keras, tajam, kontroversial, aneh, kadang nyeleneh.

Bung meminta para pegawai negeri (dan masyarakat) NTT untuk jalan kaki atau naik sepeda pancal. Tujuannya menurunkan angka inflasi. Memangnya ada hubungan jalan kaki dengan inflasi? Belanja BBM tentu turun. Tapi tidak berarti inflasi ikut turun.

Orang BPS kelihatannya geli dengan program jalan kaki + nggowes sepeda angin ala Gubernur NTT. 

Pentolan Partai Nasdem itu  juga mengusulkan agar gereja-gereja di NTT dijadikan sekolah berkualitas. Para pendeta, pastor, suster.. semua turun jadi pengajar. Sebab ia menilai kualitas guru-guru di NTT sangat merosot ketimbang masa lalu. Para rohaniwan itu dinilai masih punya kualitas, karakter, dan renjana untuk mendidik anak-anak NTT jadi manusia yang berkualitas.

"Mengapa dulu (tahun 1960an) anak-anak kita lulusan SMA atau seminari bisa bicara bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Latin, Prancis dan sebagainya? Sementara sekarang lulusan universitas pun tidak? Makanya gereja-gereja kalau bisa dijadikan sekolah. Pastor-pastor, pendeta-pendeta turun mengajar. Jangan cuma khotbah aja," kata VBL disambut tawa hadirin di Flores.

Ucapan Bungtilu saat perayaan ulang tahun STFT Santo Paulus, Ledalero, Flores, ini nuansanya guyon. Peserta seminar atau sarasehan ketawa dengan ide di luar kotak Bungtilo. Ada juga yang tepuk tangan.

Minggu lalu Bung bikin gebrakan di depan sejumlah guru dan pejabat-pejabat NTT. Masih terkait dengan rendahnya kualitas SDM di NTT. Rendahnya mutu lulusan SMA. Betapa sulitnya anak-anak NTT diterima di perguruan tinggi bermutu macam UGM, ITB, UI, ITS, atau Harvard.

Padahal, kata bung gubernur, alokasi anggaran untuk pendidikan sangat tinggi. Buat apa uang yang banyak kalau tidak mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas? Mampu bersaing dengan provinsi lain, misalnya, di Jawa?

Bungtilu lalu mengusulkan dimajukan jam pelajaran di sekolah. Dimulai pukul 05.00. Anak-anak sudah harus bangun pukul 04.00 agar tidak terlambat. Tahap awal uji coba di dua SMAN di Kupang yang dianggap sekolah unggulan.

Ucapan soal sekolah mulai jam lima pagi ini beda dengan guyonan soal gereja-gereja diubah jadi sekolah. Jadi viral di media sosial. Ramai dibahas di radio dan televisi di Surabaya, Jakarta, dan sebagainya. Serius ternyata.

Warganet seperti biasa langsung komen tanpa membaca atau mendengar pidato Bung Gub. Seakan-akan semua SMA di NTT dipaksa masuk pukul 05.00. Gubernur NTT jadi bahan tertawaan. Tapi ada juga yang mendukung. Khususnya kalangan pondok pesantren. 

"Biasa kalau anak pondok belajar bahkan sebelum jam 5 pagi," kata salah satu warga Surabaya. 

Pondok atau sekolah berasrama tentu beda dengan SMA negeri. Peserta didik atawa siswa tersebar di mana-mana bersama orang tuanya. Pagi-pagi buta harus bangun, mandi, sarapan, bersiap.. perjalanan bisa 30 menit hingga satu jam. Apalagi pakai sepeda pancal atau jalan kaki sesuai anjuran Bungtilo.

Yang pasti, NTT yang biasa dipelesetkan jadi Nusa Tidak Terkenal atau Nusa Tetap Tertinggal tiba-tiba jadi terkenal. Saya pun beberapa kali ditanya orang tentang kebijakan masuk pukul 5 pagi itu. Bahkan, BBC di London pun membuat laporan khusus secara panjang lebar.

Kitorang punya gubernur ini rupanya terlalu menyederhanakan masalah. Simplifikasi berlebihan. Begitu ruwet, kompleks, dan kronis masalah pendidikan di Indonesia. Bukan cuma di NTT. Mulai sistem pendidikan, kurikulum, belum lagi sistem PPDB yang kini berdasar zonasi atau jarak tempat tinggal dengan sekolah negeri.

Dan itu mustahil bisa diatasi dengan memajukan jam pelajaran mulai pukul 5. Kalau mulai sekolah pukul 4 pun tidak akan bisa. Bahkan bila perlu full day school atau sekalian semua murid wajib tinggal di asrama di lingkungan sekolah.

Bung Gub mungkin lupa bahwa SMAN 1 Kupang, misalnya, bukan lagi sekolah unggulan atau elite (akademik) seperti dulu sejak berlaku PPDB sistem zonasi. Dulu hanya anak-anak yang punya NEM tinggi bisa masuk SMAN 1. Sekarang tidak ada lagi NEM atau ujian nasional. Siapa saja bisa masuk SMAN 1 jika rumahnya berada di radius zonasi sekolah itu.

Maka, kalau mau membuat sekolah unggulan, khusus anak-anak dengan potensi akademik sangat tinggi, sistem PPDB harus diubah. Dijadikan semacam Sekolah Taruna Nusantara yang digagas Jenderal LB Moerdani di masa Orde Baru. 

Belum lagi soal kualitas pengajar, sarana prasarana, laboratorium dsb. Kualitasnya harus di atas sekolah-sekolah biasa. Dan, sekolah unggulan itu harus berasrama macam di Tiongkok atau negara-negara maju lainnya.

Gubernur Bungtilu ini rupanya terlalu reaktif, tidak konseptual. Sayang, pakar-pakar pendidikan di NTT, wakil rakyat di parlemen, profesor-profesor tidak memberikan masukan untuk orang nomor 1 di NTT itu. Bisa saja mereka berpikir, masa jabatan Bung sebagai gubernur toh tinggal enam bulan lagi. Sampai awal September 2023.

"Kita harap gubernur baru nanti tidak seperti dia. Dari dulu dia terlalu banyak jual retorika, marah-marah, ancam pukul bupati, dsb," kata seorang kawan asal NTT yang tinggal di Surabaya.

Kawan yang senang makan RW itu lebih senang melihat Bungtilu kembali jadi politikus di Jakarta. Bikin ramai Senayan.

Kamis, 02 Maret 2023

Berbahagialah mereka yang punya renjana!

Kata "passion" selalu ada di media cetak dan digital hampir tiap hari. Padanan katanya dalam bahasa Indonesia seperti belum ada.

Sebagai penyunting, saya pernah mengganti passion dengan gairah atau hasrat. Tapi rasanya kurang pas. Sang penulis keberatan passion diganti gairah. Maka, kata passion tetap dipakai dengan tulisan miring alias kursif alias italic.

Kamis pagi, 2 Maret 2023, saya baca koran Kompas di warkop dekat perbatasan Surabaya-Sidoarjo. Melepas lelah setelah nggowes sepeda lawas. 

Wow, ada kata renjana di berita panjang tentang produktivitas dosen. Wartawan Kompas, eh wartawati Ester Napitupulu menulis:

".. sudah saatnya memberikan dosen ruang untuk berkarya optimal sesuai dengan passion (renjana) dan kapasitasnya."

Akhirnya.. akhirnya... ketemu juga padanan passion = renjana. Bukan hasrat atau gairah seperti terjemahanku dulu.

Kompas rupanya sadar bahwa kata "renjana" tak banyak dimengerti orang Indonesia. Pembaca lebih akrab dan terbiasa dengan "passion". Karena itu, "renjana" justru diletakkan di dalam kurung. Ini terbalik karena aturannya kata bahasa asing atau bahasa daerah yang ditaruh di dalam kurung.

Saya jadi ingat lagu lawas berjudul Renjana. Ciptaan Guruh Soekarnoputra. Dulu temanku, Bambang yang memang pemusik, sering main gitar sambil menyanyikannya. Tidak ada kata "renjana" dalam syair lagu tersebut. Cuma judulnya saja yang ada Renjana.

"Di malam hening
Tertegun kumerenung
Menanti fajar
Tak kunjung datang
Sukmaku bergetar
Digenggam halimun dingin
Terkungkung langit nan kelam

Pagi pun datang
Meremang cahya rawan
Seakan enggan
Menyongsong siang
Hatiku merintih
Ditindih derita beku
Merana berkawan sunyi"

Gara-gara membaca kata "renjana" dan passion di Kompas itu, saya seperti biasa langsung masuk ke Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kamus rujukan para editor itu menulis:

ren.ja.na /rĂȘnjana/

n rasa hati yang kuat (rindu, cinta kasih, berahi, dan sebagainya)

Kemudian buka Wikipedia:

"Renjana atau passion adalah antusiasme, rasa semangat atau kegembiraan yang kuat terhadap sesuatu atau aktivitas tertentu. Renjana atau passion lazim diartikan sebagai suatu pekerjaan yang dilakukan namun tidak berharap imbalan karna mereka melakukannya atas dasar cinta dan suka."

Saking besarnya renjana, orang rela melakukan pekerjaan tanpa pamrih. Tanpa mengharapkan imbalan. Masih adakah orang-orang yang punya renjana di masa modern ini?

 Tanyakan pada pegawai pajak, polisi, tentara, rohaniwan, pendeta, pastor, dan sebagainya. Sekarang ini minta rohaniwan sembahyang untuk keluarga kita yang meninggal pun harus pakai angpao atau istilah katoliknya: stipendium.

Berbahagialah mereka yang punya renjana!