Kenangan 16 Tahun Lumpur Lapindo di Sidoarjo
Jadi ingat almarhum Ucok AKA Harahap. Kebetulan baru saja ada postingan di Perpustakaan Nasional tentang AKA Band. Saat tampil di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 1973.
Ucok Harahap adalah pendiri, pimpinan, pentolan, master mind band legendaris yang dikenal dengan AKA Group itu. AKA: Apotek Kali Asin di Jalan Kaliasin, sekarang pojokan Jalan Basuki Rahmat, Surabaya. Apotek itu milik Ismail Harahap, Ucok punya papa.
Ucok punya mama orang Prancis. Perawat yang jadi relawan penolong korban perang revolusi fisik di Jawa Timur. Ismail Harahap kawin dengan itu wanita Prancis sehingga Ucok pun dilahirkan ke dunia fana ini.
Di masa tuanya Ucok ngelaku spiritual semacam paranormal atawa wong pinter. Sering bertapa dan menyepi di kawasan Gunung Klotok dan beberapa petilasan lain.
Di awal semburan lumpur Lapindo, sekitar Juni - Juli 2006, saya sempat ikut diskusi bersama Ucok and His Gang. Ucok ingin konser di dekat pusat semburan. Sekaligus melakukan aksi spiritual untuk menutup semburan yang bermula pada 29 Mei 2006.
Saya: "Apa mungkin, Bang Ucok? Ahli-ahli dari ITB saja tidak mampu. Sudah ribuan bola beton dimasukkan tapi gak ada efeknya."
Ucok: "Tidak ada yang mustahil bagi Yang Mahakuasa. Kebetulan saya ini kan ada sedikit kemampuan (spiritual). Makanya Anda perlu ikut saya minta izin ke Bupati Sidoarjo."
Saya: "Wah, wah... Angel angel iku. Minggu lalu ada beberapa paranormal sudah lempar kepala kambing di dalam semburan lumpur. Sekarang sudah dilarang sama PPLS."
Singkat cerita, Bupati Win Hendrarso tidak memberikan izin kepada Ucok and His Gang untuk main musik di dekat pusat semburan. Sebab risikonya terlalu tinggi. Selain itu, ada unsur klenik yang irasional.
Ojo lali, Sidoarjo ini kota santri!
Kita orang selalu diceramahi untuk menjauhi klenik, takhayul, perdukunan, paranormal dsb. Berimanlah semata-mata kepada Allah Yang Mahakuasa.
Ucok AKA Harahap tetap tersenyum. Lalu pulang dengan motor trail kesayangannya ke rumah istrinya di Pagesangan, Surabaya. Itu istri nomor ke-9.
Sebulan kemudian Ucok mengirimi saya CD. Lagu khusus bertema lumpur Lapindo. Sayang, CD itu hilang entah ke mana.
Bung Ucok, salam bahagia di alam baka!
Selamat nyanyi dan konser di sana!
Oh Lapindo. Pada akhirnya yang menanggung ialah seluruh rakyat Indonesia lewat pemerintah yg menalangi. Sedangkan keluarga B, tetap kaya raya. Tak perlu mengeluarkan apa pun atas kesalahan yg perusahaan mereka bikin. Makanya bos A dari keluarga B itu mati2an mau menendang Sri Mulyani yg bersikeras tidak mau menalangi dana tsb dari APBN. Dan oleh Presiden saat itu diminta keluar negeri dulu di Bank Dunia.
BalasHapusPd akhirnya Jkw lah yg menalangi dana dan SM kembali menjadi Menkeu. Toh dana terkucur juga. Walaupun si A tidak di pemerintah lagi. Coba kalau keluarga B itu Tionghoa. Lain lagi ceritanya.
Itu karena Lapindo Brantas dan ARB menganggap semburan lumpur itu bukan karena pengeboran sumur gas Banjarpanji 1 melainkan faktor bencana alam, gempa bumi di Jogja dsb. Dan itu kemudian dilegitimasi oleh putusan pengadilan. Pakar2 geologi, pertambangan dsb ternyata lebih diterima majelis hakim yang mulia.
HapusKarena itu, Lapindo Brantas Inc hanya mau bayar ganti rugi di 4 desa terdekat radius semburan itu. Alias PAT (peta area terdampak) jilid 1. Bagaimana dengan desa2 di luar PAT 1? Urusan negara. Pakai APBN. Lapindo tidak merasa bertanggung jawab.
Kewajiban bayar ganti rugi (mereka pakai istilah ganti untung) di PAT 1 itu pun ternyata tidak dijalankan. Alias ingkar janji. Sementara belasan desa lain di luar PAT 1 sudah terima ganti untung, eh ganti rugi dari APBN.
Maka ngamuklah rakyat Siring, Renokenongo, Jatirejo, Kedungbendo itu. Minta bantuan Presiden SBY. Tidak berhasil. SBY turun diganti Jokowi. Akhirnya dibayar pakai talangan APBN dulu.
Apakah alam baka identik dengan Firdaus, Kerajaan Tuhan, Surga ?
BalasHapusLukas dan Mateus pernah tulis : Beati pauperes spiritu quoniam ipsorum est regnum caelorum.
Yang boleh bahagia di Alam Baka hanyalah yang miskin dan bodoh, untuk mereka-mereka itu sudah disediakan tempat di Kerajaan Tuhan. Sebaliknya awas kalian yang kaya dan super kaya, kalian sudah tuwuk menikmati foya-foya di Alam Fana, tunggulah tanggal main nya, apa yang bakal kalian rasakan. Lukas serius ataukah hanya bergurau, kok bikin bulu roma menggidik.
Mateus memilih Burung Merpati sebagai simbol Roh Kudus pada Hari Raya Pantekosta (50 hari), Hari Ulang Tahun Berdiri Nya Gereja, sebab, konon Merpati tidak memiliki kantung empedu. Empedu yang rasanya pahit di Eropa dianggap sebagai simbol kesusahan.
BalasHapusRasa susah, sedih, nelangsa, marah, kecewa, dendam, campur-aduk, dalam bahasa Jerman disebut Bitterkeit (perasaan pahit getir).
Menarik sekali siansen punya penjelasan tentang burung merpati. Pahit getir, nelangsa, marah, kecewa.. itulah yang dialami rakyat korban lumpur di Sidoarjo. Tapi semuanya diterima dengan iman yang kuat seperti kehendak-nya sambil tetap unjuk rasa dan berjuang.
Hapus