Kamis 23 Juni 2022, saya mampir di Balai Pemuda Surabaya. Nyambangi konco-konco lawas yang pameran lukisan. Kali pertama saya menikmati pameran lukisan setelah off total selama dua tahun gegara pandemi corona.
Sebelum pandemi virus setan itu, saya sering banget menyaksikan pameran-pameran lukisan di Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Malang, kadang di Pandaan dan Malang. Semua lukisan saya kagumi. Mulai gambar pemandangan, padi di sawah, gunung, lautan, nelayan, pasar, hingga lukisan abstrak, surealis, kaligrafi (meski buta bahasa Arab).
Saya sering berlama-lama di galeri di kawasan kota lama Soerabaia ketika teman-teman sudah pulang. Ya, nonton lukisan-lukisan perupa senior yang dianggap bagus. Meski sudah lihat ratusan kali.
Dulu di Ngagel Jaya Selatan pun saya tidur di galeri lukisan. Ada beberapa lukisan almarhum Eyang Rijati yang punya aura aneh. Membuat anganku melayang jauh ke angkasa.
Nah, di Balai Pemuda ini Mesgeiyanto yang jaga Galeri 66. Orangnya masih semangat meski agak kurus. Saya kenal dekat Mas Yanto karena pernah sama-sama jaga galeri di Ngagel itu.
"Ini pertama kali galeri dibuka setelah pandemi. Sidoarjo yang merawani," kata Mas Yanto, anggota Komunitas Perupa Delta (Komperta) Sidoarjo yang lukisannya ikut dipamerkan di Balai Pemuda.
Selain Mas Yanto dari Taman, ada Arief Wong (Gedangan), Andiek Eko (Krian), Yoyok Wibowo (BCF Sidoarjo), Djagad Ngadianto (Waru), Heru Jetis, Ganda Dagar (Krian), Widodo Basuki (Sukodono), Vidi Buduran, Zaenal Abidin (Waru), Nuri Diaz (Krian), Mac Gayoon kepala suku Komperta, Ali Taufan (Gedangan), Hesti Setyowati (Tulangan).
Cak Kris Mariyono, pentolan wartawan RRI Surabaya, rupanya serius jadi seniman lukis. Lukisannya berjudul Flower-ku. Luar biasa! Kris ternyata punya keahlian melukis di sela tugasnya sebagai reporter RRI Surabaya.
Tidak keliru kalau pameran bersama ini dikasih tema Urip Urup. Hidup harus menyala. Optimistis dan pantang menyerah. Kita semua, tak hanya seniman, harus urup (menyala) lagi setelah redup atawa mati suri selama dua tahun lebih.
Dulu saya sering banget nonton kawan-kawan Komperta melukis on the spot (OTS) di bangunan cagar budaya, tambak, kampung nelayan Balongdowo, Alun-Alun Sidoarjo.
Saya juga menemani almarhum Eddy Kuas melukis tembok-tembok penjara. Juga menemani almarhum A Juniarto Dn ketua pertama Komperta melukis, pasang relief, bikin Gua Maria dsb. Juga ingat almarhum S. Wahyudi dari Bluru Kidul.
Sejak pandemi boleh dikata tak ada lagi aksi blusukan ke pelosok Kota Delta, Sidoarjo. Cuma ada informasi sekelebat di media sosial.
Selamat pameran kawan-kawan perupa Sidoarjo. Mugi-mugi URIP terus URUP. Semangat berkesenian kembali bernyala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar