Saya jadi ingat Andri Setiawan dan ayahnya, Prof Dr dr Trijono Karmawan Sukana Prija, SpRad (K). Keduanya meninggal hampir bersamaan karena Covid-19.
Pak Tri, sapaan akrab Prof Trijono, meninggal pada 18 Agustus 2021. Sedangkan Mas Andri menyusul papanya pada 26 Agustus 2021. Hanya berselang delapan hari.
Betapa dalamnya kehilangan pihak keluarga. Bu Ani kehilangan suami dan anak sulungnya. Semoga Allah memberikan kekuatan kepada Bu Ani sekeluarga. Mas Bagus dan Mas Aswin sekeluarga semoga diberi ketabahan menghadapi ujian Tuhan ini.
Saya ikut tahlilan dua kali secara daring lewat Zoom. Pembacaan Surah Yaasiin dan Tahlil untuk mengenang Pak Tri dan Mas Andri Setiawan. Semua peserta larut dalam doa meski tidak bisa tatap muka layaknya tahlilan normal.
Saya ingat betul kebersamaan dengan Mas Andri, Pak Tri, sekeluarga. Sekitar tiga pekan sebelum berpulang, Mas Andri mengajak saya bersih-bersih dan semprot disinfektan di rumah kawasan Rungkut, Surabaya. Bantal, guling, kasur, dsb dikeluarkan. Dijemur.
Cairan disinfektan disiapkan. Kita semua harus jaga prokes. "Kita harus hati-hati karena pandemi ini makin berat," katanya.
Rupanya Tuhan punya rencana lain. Pak Tri masuk rumah sakit. Mas Tri belakangan dijemput dengan ambulans. Dirawat di rumah sakit. Perkembangannya naik turun. Kadang stabil, kadang turun.
Hingga akhirnya dipanggil Tuhan.
Begitu cepat Mas Andri pergi. Di usia 41 tahun. Ulang tahunnya 4 September lalu.
Tak banyak yang bisa kita lakukan selain berdoa dan berdoa. Semoga Andri dan ayahnya mendapat kebahagiaan di surga. Amin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar