Sudah satu tahun lebih pandemi Covid-19 melanda tanah air. Berbagai upaya sudah dilakukan pemerintah untuk mengendalikan persebaran virus aneh dari Wuhan ini. PSBB, PPKM, PPKM mikro, lockdown lokal, dan sebagainya.
Vaksinasi pun sedang dimasalkan. Saya ikut gelombang vaksinasi gelombang pertama di kantor gubernur Jawa Timur. Dianggap kalangan berisiko tinggi. Saat ini vaksinasi lansia, ODGJ, dan masyarakat luas.
Hasilnya? Rupanya virus korona sulit dihentikan. Malah muncul lonjakan baru dari Bangkalan, Madura. Pemkot Surabaya geger. Gubernur Khofifah dan Pemprov Jawa Timur kelabakan menangani arus orang dari Pulau Madura itu.
Sejak Sabtu lalu (6/6) ada penyekatan masal di Jembatan Suramadu. Tes antigen masal. Mulai dibangun pula rumah sakit darurat di kaki Suramadu sisi Madura. Kalau ada pengendara yang positif langsung ditangani di situ.
Semua rumah sakit di Surabaya juga siaga. Siap-siap menampung pasien dari pulau seberang itu. Dr Dewa Gede Nalendra, penanggung jawab RS Lapangan Indrapura, khawatir virus korona di Bangkalan ini varian baru. ''Semoga tidak,'' katanya.
Sejak awal pandemi, Maret 2020, saya beberapa kali dolan ke Bangkalan. Memanfaatkan Jembatan Suramadu yang mulus itu. Suasananya biasa saja. Seperti tidak ada korona.
Protokol kesehatan yang disebut 3M (masker, menjaga jarak, mencuci tangan) kurang jalan di Madura. Begitu juga prokes baru yang disebut 5M. Sangat jarang saya lihat orang-orang di sana pakai masker dan jaga jarak.
''Nggak ada korona di sini. Aman, Pak,'' kata penjual es kelapa muda di dekat Jembatan Suramadu.
''Di Madura ini biasa-biasa saja. Kita tidak boleh takut sama korona. Yang penting minta perlindungan ke Allah,'' kata seorang bapak di Bangkalan.
''Korona itu obatnya sholawat (salawat). Sholawat yang banyak. Insya Allah, kita dijauhkan dari segala penyakit,'' kata seorang ibu di tengah Kota Bangkalan.
Bukan hanya di Madura. Banyak orang asal Madura yang tinggal di kawasan Surabaya Utara pun cenderung mengabaikan prokes. Sangat jarang yang pakai masker. Kalau ada razia baru cepat-cepat pasang masker kain.
Itu yang saya lihat di kawasan Rajawali, Jembatan Merah, Kembang Jepun, Kalimas, Pabean, Ampel, Nyamplungan, Semampir, dan sebagainya. Kawasan ini biasa disebut Blok M. Saking banyaknya orang Madura.
''Korona itu komunitas rondo merana,'' begitu guyonan umum di warkop-warkop kawasan Surabaya Utara.
Nah, sikap cuek, mengabaikan prokes, menganggap korona tidak ada di Madura itu akhirnya jadi bumerang. Selepas libur Lebaran muncul ledakan kasus covid di mana-mana. Khususnya di Bangkalan, Madura. Pulau yang selama ini dianggap zona hijau. Dianggap tidak ada pandemi Covid-19.
''Jangan sekali-kali meremehkan Covid-19. Protokol kesehatan 5M harus diterapkan di mana saja. Termasuk di Madura,'' kata seorang pejabat pemprov.
Pejabat itu dari dulu gregetan mendengar ucapan ''tidak ada korona di Madura''.
"Tidak ada Korona di Madura". "Tidak ada Bir di Hawaii". "Tidak ada Onta di China". Ternyata anggapan yang salah kaprah !
BalasHapus