Ketua DPRD Surabaya Adi Sutarwijono terpapar Covid-19. Saat ini sedang isolasi di rumah sakit. Kondisi mantan wartawan Surya dan Tempo ini kian membaik.
''Sekarang saya banyak baca buku dan koran,'' kata politikus PDI Perjuangan itu.
Adi alias Awi tidak sendiri. Sekitar 10 anggota dewan yang lain juga kena covid. Termasuk Dyah Katarina, istri Bambang DH, mantan wali kota Surabaya. ''Saya tidak sakit. Saya cuma terpapar covid,'' kata Dyah.
Mengapa ketua dan anggota dewan terpapar Covid-19? Ada yang mengaitkan dengan ziarah massal di makam Bung Karno awal Juni. Namun, Adi membantah. ''Karena kegiatan kami padat sekali,'' katanya.
Meski sudah menerapkan prokes ketat, virus korona tetap saja punya celah untuk masuk. Apalagi warga senang berkerumun. Tidak jaga jarak. Ada saja yang tidak pakai masker.
Yang bikin saya kaget, Ketua DPRD Surabaya Adi Sutarwijono ini paling pertama yang dapat vaksin. Bersama pejabat-pejabat pemkot, forkopimda, dsb. Divaksin Sonovac yang terkenal itu.
Seminggu kemudian giliran semua anggota dewan disuntik vaksin. Tidak ada yang menolak vaksinasi. Bahkan, para wakil rakyat itu mendesak segera divaksin karena setiap hari bertemu begitu banyak orang.
Mengapa Adi dan para wakil rakyat itu masih terpapar korona? Bukankah sudah divaksin lima bulan lalu? Imunitas tubuhnya ke mana?
Lalu, apa gunanya vaksinasi kalau tetap terserang korona? Masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan masyarakat di media sosial atau warung kopi.
Yang jelas, klaster Covid-19 di DPRD Surabaya ini menunjukkan bahwa vaksinasi bukan jaminan. Vaksin Sinovac dsb tidak serta-merta membuat orang jadi kebal serangan virus korona.
Masa berlaku vaksin di dalam tubuh pun mungkin sangat terbatas. Tidak bisa lama. Apalagi sampai bertahun-tahun.
Karena itu, gelombang vaksinasi massal yang tengah berlangsung di tanah air belum tentu efektif untuk menekan wabah korona ini. Buktinya, lonjakan kasus Covid-19 di Bangkalan, Kudus, dan kota-kota lain setelah Lebaran sangat tinggi justru setelah ada vaksinasi.
Kelihatannya perang melawan pandemi korona masih sangat panjang.
Untunglah Pak Adi sudah divaksin, seandainya beliau belum tervaksin, maka prognosa kayaknya exitus letalis.
BalasHapusVaksin Cungkuok memang efektivitasnya diketahui hanya 50%, tidak seperti vaksin2 Amrik yang 94-95% efektif menangkal penularan. Hanya ... vaksin Cungkuok 98% persen berhasil mencegah kematian. Sedangkan vaksin Pfizer, Moderna, dan J&J mencegah kematian dengan tingkat 99%. Lumayanlah, masih sakit, tetapi tidak mati.
BalasHapus