Silakan buka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Boleh kamus buku (fisik) atau KBBI Daring.
《nasi kucing:
nasi dengan porsi kecil, biasanya dicampur dengan tempe orek, potongan ikan atau ayam, dibungkus daun pisang, dijual di angkringan pada malam hari.》
《nasi anjing:
nasi berkuah (tanpa ikan, daging, dan sebagainya).》
Rupanya orang Indonesia sangat jarang buka kamus. Makanya gampang marah, mispersepsi, curiga dsb. Polisi juga turun tangan untuk mengusut panitia bakti sosial pembagian nasi anjing kepada masyarakat.
Ihwal nasi anjing viral di media sosial. Di bulan puasa begini, komentar pun bermunculan. Seakan-akan nasi anjing itu nasi dengan lauk daging anjing. Bukankah anjing itu haram?
Bisa jadi karena pelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah kita kurang bermutu. Atau lupa bahwa semua bahasa itu ada ungkapan, kata majemuk, istilah.. yang artinya jauh berbeda dengan arti harfiah.
Namanya memang nasi anjing dan nasi kucing. Tapi jangan bayangkan nasi bungkus itu ada daging anjing atau kucing.
Orang itu banyak makan garam. Tidak berarti orang tua itu memasukkan garam ke mulutnya, mengunyah, dan menelan garam alias NaCl. Makan angin tidak berarti menelan angin karena tidak ada nasi lagi.
Apakah istilah atau kata majemuk nasi anjing dan nasi kucing perlu dihapus di KBBI? Agar tidak menimbulkan salah pengertian?
Di tengah pandemi Covid-19 ini sebaiknya semua warga bersatu padu agar virus corona segera berlalu. Bukan malah ribut dengan nasi anjing yang tidak ada anjingnya.
《nasi kucing:
nasi dengan porsi kecil, biasanya dicampur dengan tempe orek, potongan ikan atau ayam, dibungkus daun pisang, dijual di angkringan pada malam hari.》
《nasi anjing:
nasi berkuah (tanpa ikan, daging, dan sebagainya).》
Rupanya orang Indonesia sangat jarang buka kamus. Makanya gampang marah, mispersepsi, curiga dsb. Polisi juga turun tangan untuk mengusut panitia bakti sosial pembagian nasi anjing kepada masyarakat.
Ihwal nasi anjing viral di media sosial. Di bulan puasa begini, komentar pun bermunculan. Seakan-akan nasi anjing itu nasi dengan lauk daging anjing. Bukankah anjing itu haram?
Bisa jadi karena pelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah kita kurang bermutu. Atau lupa bahwa semua bahasa itu ada ungkapan, kata majemuk, istilah.. yang artinya jauh berbeda dengan arti harfiah.
Namanya memang nasi anjing dan nasi kucing. Tapi jangan bayangkan nasi bungkus itu ada daging anjing atau kucing.
Orang itu banyak makan garam. Tidak berarti orang tua itu memasukkan garam ke mulutnya, mengunyah, dan menelan garam alias NaCl. Makan angin tidak berarti menelan angin karena tidak ada nasi lagi.
Apakah istilah atau kata majemuk nasi anjing dan nasi kucing perlu dihapus di KBBI? Agar tidak menimbulkan salah pengertian?
Di tengah pandemi Covid-19 ini sebaiknya semua warga bersatu padu agar virus corona segera berlalu. Bukan malah ribut dengan nasi anjing yang tidak ada anjingnya.
Penjelasan yang menarik ! Memangnya orang Indonesia gampang marah, mudah tersinggung, mispersepsi, curiga, dsb. Mangkanya ngomong sama orang Indonesia kudu hati-hati, jaga mulut dan kata-kata.
BalasHapusTahun 1980, setelah belasan tahun merantau di luar-negeri, pertama kali saya pulang ke Surabaya membawa istri dan dua anak. Engkoh-saya yang tertua extra datang dari Banyuwangi ke Surabaya untuk menemui saya. Sore harinya mama-kita pamitan, dia mau melayat kerumah famili yang meninggal. Kami bilang; lu berangkat dulu, nanti petang hari kami berdua menyusul.
Di rumah-duka, saya dan engkoh masuk melalui pintu samping. Di depan dapur kebetulan ketemu A-kouw (bibi) yang dari desa Gambiran-Banyuwangi. Engkoh dan A-kouw yang sama-sama orang Banyuwangi dan sudah kenal sejak kecil, langsung bercakap pakai bahasa Jawa.
Piye Kouw, sapa engkoh-ku. Waduh soro Lim, aku ditugaskan sebagai juru masak. Lihat yang datang melayat sedemikian banyak, uang belanja sudah habis, tetapi aku tidak berani bilang kepada famili yang sedang berduka, keluh bibi-kami. Engkoh langsung merogoh saku-nya, uang sak gendhel yang diikat dengan karet gelang langsung diserahkan kepada bibi.
Sejak detik itu, saya merasa malu kepada diri sendiri. Teladan dari engkoh ! Kalau mau membantu, bantulah secara rela-hati, tanpa pamrih, tanpa koar-koar. Tanpa kartu-nama, dan TANPA STEMPEL ANJING !
Kamsia. Cerita yg sangat bagus. Anjing memang binatang yg jadi teman setia orang barat tapi tidak di Indonesia. Anjing di Jawa malah dianggap simbol binatang yg sangat buruk seperti babi yg haram. Makanya di tembok2 sering ditulis: Dilarang kencing di sini kecuali anjing.
HapusDi NTT yang mayoritas katolik-protestan anjing juga kurang dihormati meskipun sering diminta bantuan saat berburu di hutan.
Anjing2 di NTT sangat agresif dan sangat takut manusia. Manusia2 juga hobinya memukul dan melempar anjing. Makanya, setelah sering melihat akrabnya orang2 tionghoa di surabaya dan orang eropa amerika yg sangat memanjakan anjing, saya jadi malu. Sering kasihan sama anjing yg dipukul gak karuan itu.
Anehnya, meskipun sering mukul anjing, orang NTT umumnya suka makan RW alias tongseng asu. Kecuali suku Hurek Making dan beberapa suku (marga) yang sangat mengharamkan daging anjing.
Bisa kualat kalau laki2 marga Hurek makan daging anjing. Harus pergi ke rumah adat untuk bikin upacara pemulihan dsb.
Dui dui... sebaiknya memang tanpa pamrih. Tangan kiri tidak perlu tahu apa yang dilakukan tangan kanan. Tidak perlu gembar-gembor dsb.
HapusTapi ya... namanya manusia ya begitulah.
Bagaimana dengan pulang kampung vs mudik, hehehehe?
BalasHapusSinonim tapi ada beda nuansa. Mudik itu misalnya orang Bondowoso yg sudah lama kerja dan tinggal di Jakarta, punya anak istri di sana. Lalu mudik Lebaran satu minggu dan balik lagi ke Jakarta.
HapusKalau 'pulang kampung' di berita itu konteksnya perantau yg belum mapan atau belum punya ikatan kerja dan keluarga di Jakarta. Ia terpaksa pulang kampung karena dipecat atau tidak ada garapan. Kembali jadi orang desa, tidak pigi Jakarta lagi. Nanti lama2 bosan di desa, ia cari kerja lagi di Jakarta atau sekalian ke Malaysia.
Mungkin ada istilah bahasa Inggris yang lebih kena. Bahasa Indonesia memang tidak sekaya English sehingga kata2 atau istilah harus dilihat konteksnya dulu.