Tragedi Kanjuruhan sudah dua tahun berlalu. Sebanyak 135 orang suporter Arema FC meninggal dunia. Banyak orang sudah lupa, move on, tapi tidak bagi keluarga korban.
Salah satunya Daniel Doweng Kumanireng. Belum lama ini Daniel bersama beberapa keluarga korban dan pengacara datang ke Surabaya. Mempertanyakan restitusi atau santunan yang dulu dijanjikan.
"Sudah dua tahun kami tunggu. Belum ada realisasi," kata Daniel yang asli Flores Timur itu.
Daniel Doweng kawan lama zaman persekolahan di Larantuka, Flores. Saya lebih dulu merantau ke Malang. Dia menyusul setelah tamat SMAN 1 Larantuka. Lalu kuliah di Malang.
Belakangan saya tahu Daniel jadi dosen kampus swasta di Malang. "Kawan kita itu benar-benar penggemar sepak bola. Khususnya Arema," kata Gabriel Hokon, juga teman satu sekolah di Larantuka, kini tinggal di Kenjeran Surabaya.
Rupanya hobi nonton bola di Gajayana, kemudian pindah homebase di Kanjuruhan si Daniel menular ke Philip Kumanireng, anaknya. Philip selalu nonton Arema main.
Takdir tak dapat ditolak. Philip jadi korban tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 itu. Philip meninggal bersama pacarnya di dalam Stadion Kanjuruhan.
Daniel kehilangan anak kesayangan + calon menantu. Betapa hancur hati kawan itu. Setelah dua tahun Daniel sudah bisa berdamai dengan takdirnya. Namun janji restitusi itu tetap ditagih Daniel bersama ratusan keluarga korban Kanjuruhan.
Semoga di era Presiden Prabowo ada secercah harapan meski saat ini Kabinet Merah Putih masih sibuk membahas program makan siang gratis.