Bulan Juni ini bulan Bung Karno. Gebyar bulan BK tahun ini agak kurang. Setidaknya di Surabaya. Bisa jadi karena Jokowi sudah minggat dan menggembosi PDI Perjuangan - partai yang identik dengan BK.
Biasanya padat sekali acara-acara untuk mengisi bulan BK di Surabaya. Kajian-kajian tentang BK sejak lahir di Surabaya, sekolah di Mojokerto, masuk HBS di Surabaya, indekos di Peneleh, jadi mahasiswa di Bandung, jadi pemikir pejuang, diasingkan ke Pulau Flores, hingga jadi proklamator dan presiden sangat menarik.
Tak habis-habisnya bicara tentang BK. Ada banyak sudut yang bisa dikupas. Belum lagi daftar nama istrinya yang lumayan banyak.
"Inggris kita linggis, Amerika kita setrika!" teriak BK sang singa podium.
Minggu pagi ini, 9 Juni 2024, ada grup yang membagi foto BK saat dibuang ke Ende Flores, 1934-1938. Foto diambil dari majalah Hoakiao. Gambar ini sangat langka karena tak banyak orang yang langgan dan simpan majalah Hoakiao.
Saya jadi ingat majalah tua masa Hindia Belanda itu. Kantor redaksi majalah Hoakiao di Tepekongstraat Surabaya. Dekat kelenteng di pojokan Slompretan itu. Sekarang jadi Jalan Coklat, Kelurahan Bongkaran.
Ada satu gedung tua di Jalan Coklat. Pojokan Jalan Teh. Kemungkinan bekas kantor majalah Hoakiao, surat kabar Swara Publiek, dan majalah roman bulanan Penghidoepan. Sangat terkenal Tepekongstraat di zaman Hindia Belanda.
Kembali ke BK yang diasingkan ke Flores, pulau terbelakang pada tahun 1930-an. Sekarang pun kayaknya masih dianggap terbelakang juga. Tidak banyak orang Jawa yang tahu Pulau Flores, Lembata, Solor, Adonara, Alor, Pantar, Rinca, Komodo dan pulau-pulau lain di NTT.
Semasa pembuangan di Flores, BK sering mampir ke pastoran katolik. Ngobrol, diskusi dengan pater-pater SVD asal Belanda. Pater juga menyediakan tempat pertunjukan sandiwara yang ditulis BK sendiri.
BK ini bukan saja politikus, pemikir, pejuang, tapi juga seniman. Jago melukis, ngarang lagu, memimpin paduan suara hingga menulis naskah sandiwara. Naskah-naskahnya selalu ada muatan perjuangan mencapai Indonesia merdeka.
BK membentuk Toneel Kelimutu. Mencari pemain sendiri, melatih para pemain, menyediakan properti, kostum dsb untuk pentas di aula paroki. Ada 12 lakon yang pernah dipentaskan selama masa pengasingan di Flores.
Adapun 12 lakon itu:
1. Rendo
2. Dr. Setan
3. Kut-Kut Bi;
4. Pengaruh Cinta
5. Dr. Djula Gubi
6. Sanghai Rimba;
7. Ero Dinamit (Tukar Jantung tahun 1945)
8. Amuk
9. Rahasia Kelimutu
10. Rahasia Kelimutu II
11. Nggero Ende
12. Maha Iblis
BK telah meramalkan 'tukar jantung' dari Belanda ke Indonesia lewat sandiwara Ero Dinamit.
Cerita tentang Kelimutu, danau tiga warna di Flores - merah, putih, hijau - bakal berubah jadi dua warna saja: merah, putih.
Obsesi BK tentang kemerdekaan Indonesia memang luar biasa. Ibarat ahli nujum yang sangat jitu.
Ketua RI sekarang perlu ngopi dan membaca kembali cerita-cerita tempo doeloe tentang BK dan perjuangannya. Tidak perlu lagi cawe-cawe, blusukan, bagi-bagi bansos, otak-atik aturan main konstitusi.
Merdeka!!!