Sabtu, 03 Februari 2024

Manifesto Akademisi, Keluarga Besar dan Alumni Universitas Airlangga beserta Kolega Sejawatnya

Pada saat memerdekakan Indonesia, para pendiri republik bersepakat untuk memilih bentuk republik sebagai sistem kenegaraan negara kita, bukan monarkhi dan bukan pula kerajaan.   Maknanya Republik Indonesia adalah milik semua bukan milik sekelompok kaum bangsawan maupun yang golongan kaya saja. 

Indonesia adalah milik semua warga yang diperlakukan setara. Pilihan terhadap republik artinya Republik Indonesia memiliki tujuan bernegara yang menempatkan kekuasaan di bawah konstitusi yang menegaskan dirinya sebagai negara hukum, rule of law bukan rule by the law. 

Memilih sistem republik artinya dalam Republik Indonesia tidak diperkenankan seorang Presiden maupun segenap penyelenggara negara memanfaatkan akses kekuasaan dan sumber daya negara untuk kepentingan privat, keluarga maupun kepentinganpersonal apapun tujuan dan caranya. 

Sementara itu, kita menyaksikan berbagai pemelencengan-pemelencengan terhadap prinsip-prinsip republik tengah berlangsung dalam beberapa waktu terakhir demi kepentingan personal kekuasaan. Mulai dari upaya untuk memanfaatkan MK untuk mengubah aturan syarat mendaftar capres maupun cawapres sebagai celah hukum yang memberi jalan kepada Gibran Rakabuming Raka maju sebagai cawapres, indikasi penggunaan fasilitas negara maupun aparat negara demi kepentingan politik partisan elektoral, sampai ketidaktegasan kepemimpinan pemerintah untuk menunjukkan netralitas dalam ucapan dan tindakan dalam pilpres 2024, yang memiliki kecenderungan membela paslon tertentu yang memiliki hubungan kekeluargaan. Hal ini menunjukkan ketidakadaan teladan etis republik yang seharusnya dicontohkan oleh pemimpin republik. 

Dalam perjalanan Republik Indonesia, perjuangan menegakkan demokrasi semenjak tahun 1998 dengan jatuhnya Suharto telah membawa korbanan-korbanan luar biasa—darah, nyawa dan airmata. Semenjak itu pelan-pelan seluruh warga Indonesia dan bangunan kelembagaan Republik Indonesia perlahan-lahan melangkah menuju tatanan demokrasi yang diperkuat dan diikat oleh TAP MPR tahun 1999 perihal Penyelenggaran Negara yang bersih dan anti KKN, menegaskan ikrar kita terhadap tegaknya etika republik dalam bernegara. 

Atas dasar itulah kita sebagai bagian dari entitas masyarakat sipil tidak menghendaki Republik Indonesia untuk jatuh kembali pada situasi kegelapan yang mengkhianati jati dirinya sebagai negara Republik, sekaligus negara demokrasi.

 Oleh karena itu kami menyerukan secara tegas kepada Presiden Republik Indonesia untuk tidak meninggalkan prinsip republik yang menjadi nilai-nilai etis Pancasila, amanat reformasi berkaitan dengan demokrasi dan bebas KKN untuk tidak memihak kepada salah satu paslon dalam Pilpres 2024, apalagi paslon yang bersangkutan terindikasi bertabrakan dengan prinsip republik, amanah reformasi dan demokrasi. 

Hal yang perlu diingat kembali oleh Presiden bahwa legitimasi maupun dukungan rakyat kepada pemerintahannya semenjak 9 tahun lalu tidak bisa dilepaskan dari harapan bahwa Presiden akan menjalankan etika republik dan merawat demokrasi maupun pemerintahan yang bebas KKN. Hendaknya demikian pula saat akan mengakhiri pemerintahannya Presiden seharusnya mengambil sikap yang tidak menodai prinsip-prinsip utama tersebut.

Yang bertandatangan di bawah ini: 

1. Prof Dr Ramlan Surbakti (Professor Ilmu Politik Universitas Airlangga). 
2. Haryadi (Warga Negara, keluarga besar Departemen Politik Fisip Universitas Airlangga). 
3. Dr Airlangga Pribadi Kusman (Pengajar Departemen Politik FISIP Universitas Airlangga Surabaya).
4. Dr Dede Oetomo, Pengajar Ilmu Sosial Kritis di beberapa universitas di Surabaya)
5. Muhammad Yunus MA ( Pengajar Departemen Hubungan Internasional FISIP Universitas Airlangga).

6. Febby R Widjayanto MA, Pengajar Departemen Politik FISIP Universitas Airlangga).
7. Dr Kris Nugroho ( Pengajar Departemen Politik FISIP Universitas Airlangga). 
8. Dr Tuti Rahayu (Pengajar Departemen Sosiologi FISIP Universitas Airlangga). 
9. ⁠Joko Susanto MSc (Pengajar Departemen Hubungan Internasional FISIP Universitas Airlangga).                      
10. ⁠Dr.Dwi Windyastuti Budi Hendrarti, Dosen Ilmu Politik Fisip Unair.

11. ⁠Agie Nugroho Soegiono (Pengajar Departemen AP FISIP Universitas Airlangga. 
12. ⁠Irfa Puspitasari, MA, Pengajar HI Universitas Airlangga.
13. ⁠Dr Vinsensio Dugis, Pengajar Hubungan Internasional Universitas Airlangga
14. ⁠Puspa Cibtanya Djatmiko, Dosen Ilmu Politik Fisip Universitas Airlangga.
15. ⁠Prof. Dr Hotman Siahaan, Gurubesar Sosiologi Fisip Unversitas Airlangga.

16. Kalimah Wasis Lestari, Dosen Ilmu Politik, FISIP, Universitas Airlangga.
17. Dr Liestianingsih D, pengajar  Komunikasi di FISIP UNAIR.
18. ⁠Radityo Dharmaputera, Pengakar Hubungan Internasional Fisip Universitas Airlangga.
19. Bambang Rukminto, pengamat kepolisian, alumni Ilmu Politik Unair.
20. ⁠Dr Baiq Wardhani, Pengajar Departemen HI Universitas Airlangga

21. Rachmat Hidayat SIP, Msos, Alumni Ilmu Politik Univ Airlangga
22. Dr. Hananto Widodo, SH, MH, dosen  FH Unesa Surabaya
23. Arif Supriyono, alumnus FISIP Unair, tenaga ahli Dewan Pers
24. Ucu Martanto, Pengajar Departemen Politik Universitas Airlangga.
25. Dr. A. Safril Mubah (Pengajar Departemen Hubungan Internasional, Universitas Airlangga)

26. Dr. Sarah Anabarja (Pengajar Departemen Hubungan Internasional, Universitas Airlangga)
27. Irfa'i Afham (Pengajar Ilmu Politik Universitas Airlangga)
28. Prof Dr Drs.H Henri Subiakto SH MSi. Guru besar ilmu komunikasi FISIP Unair 
29. Dr. Umar Sholahudin, M.Sosio (Dosen Fisip UWK Surabaya)
30. Rizki Daniarto (alumni FISIP Universitas Airlangga). 

31. Dr Faisal Mahrawa (Alumni Departemen Politik Fisip Unair) 
32. Galang Geraldy (Mahasiswa S3 Unair)
33. Bernardus Dody Widhiarto (Alumni Ilmu Politik FISIP Unair)
34. Priyatmoko Dirdjosuseno (Keluarga Besar Dep Politik Fisip Unair). 
35. Nusantara HK Mulkan (alumni Ilmu Politik Unair)
36.Soka Handinah Katjasungkana (Alumnus FISIP UNAIR, Humanitarian Action and Resilience YAPPIKA-ActionAid)
37. Yusuf Ernawan (Pengajar Dept. Antropologi FISIP Unair)
38. Nur Syamsiyah (Pengajar Departemen Sosiologi FISIP Unair)
39. Agastya Wardhana (Pengajar Departemen Hubungan Internasional FISIP Unair)
40. Zaqiah Darojad (Alumnus FH Unair)

41. Rani Sukma Ayu Suteja (dosen departemen komunikasi fisip unair) 
42. Dr Pinky Saptandari Wisjnubroto (Dosen Departemen Anthropologi Fisip Unair).
43. Pietra Widiadi (Alumni Fisip Unair, Petani kopi). 
44. Dandik Katjasungkana (Alumni Sosiologi Fisip Unair) 
45. Wisnu Pramutanto P (Keluarga Besar Departemen Politik Unair). 

46. I Basis Susilo, MA, keluarga besar Departemen Hubungan Internasional FISIP Universitas Airlangga.
47. Dr A Zainul IA, M.IP (Alumni Universitas Airlangga). 
48. Dr Drs Muhammad Adib MA (Dosen Anthropologi Fisip Universitas Airlangga). 
49. Dr.Bintoro Wardiyanto ,(Pengajar Departemen Administrasi Publik, FISIP Universitas Airlangga). 
50. Agustinus Eko Rahardjo M.Ikom -  (alumnus Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Airlangga).

51. Adri Supardi (Keluarga besar Departemen Fisika, FST Unair). 
52. Dr Dina Listiorini M.Si (Alumni Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Airlangga). 
53. Drs Dadang Wahyu Darminto Apt alumnus Fakultas Farmasi Unair.
54. Fadjar Mulya (Pengajar Departemen Teknik FTMM Unair).
55. Lintang Aisha Rachman SE, alumnus FE Unair.

56. Dwi Purnamaningrat Apt, alumnus FF Unair
57. Fadhila Inas Pratiwi (Dosen Departemen Hubungan Internasional, Unair)
58. Dr. Sarkawi B. Husain  M.Hum ( Dept. Ilmu Sejarah, FIB, UA). 
59. Dr. Muhammad Badaruddin (Alumnus Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Airlangga)
60. Pujo Sakti Nur Cahyo (Pengajar Departemen Bahasa dan Sastra Inggris FIB Unair). 

61. Aribowo (Fisip Unair)
62. Dr. Radian Salman, S.H.,LL.M (Dosen Magister Sains Hukum Dan Pembangunan SPS UNAIR). 
63. Idea KW SE AK MM CIRBD (Praktisi Ekis, Alumni FEB UA). 
64. Dr. Siswanto, Dept Fisika, FST UNAIR.
65. Dr Phil. Siti R Susanto (Dosen Hubungan Internasional FISIP Unair). 

66. Tri Joko Sri Haryono (Dosen Anthropologi FISIP Universitas Airlangga). 
67. Samian S.Si, M.Si Dept FISIKA, FST, UA. 
68. Kemas Iskandar Z. SIP MSi (alumni Departemen Politik FISIP Unair). 
69. Mgr. Lalu Ary Kurniawan H., S.IP (Pengajar Departemen Politik Unair, Asisten Riset Instytut StudiĆ³w Politycznych PAN)
70. Bambang Budiono (Staf Pengajar Departemen Anthropologi FISIP Universitas Airlangga). 

71. Citra Hennida, MA (dosen HI FISIP, unair)
72. Rosdiansyah SH MA (Peneliti senior The Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi)
73. Pudjio Santoso (Alumni Sosiologi Fisip Unair angkatan 1980) 
74. Danu Rudiono (Alumni Sosiologi Fisip Unair angkatan 1980). 
75. Prof. Thomas Santoso (Alumni Sosiologi Fisip Unair Angkatan 1980). 

76. Noor Saadah D (Alumni Sosiologi Fisip Unair Angkatan 1980). 
77. Herryanto Prabowo (Alumni Sosiologi Fisip Unair Angkatan 1980). 
78. Agus B Handoko (Alumni Sosiologi Fisip Unair Angkatan 1980). 
79. Azam Tri Wahyudi  alumni sosiologi fisip 80
80. Yuswati Kastulina (alumni sosiologi fisip angkt 1980).

81 Prof Basuki Rekso Wibowo (Alumnus FH Unair)
82. Iwan Suga (Pemimpin Gerakan 98', MUPR-Suara Airlangga, Sosiologi 1994) 

Daftar nama-nama ini bersifat terbuka dan memanggil seluruh civitas academica dan keluarga besar Universitas Airlangga di mana pun untuk menambahkan nama. 

Rabu, 17 Januari 2024

Hamas pantang menyerah! Israel kelihatannya mulai kewalahan




Perang Israel vs Hamas (Palestina) masih berlangsung. Hamas belum menyerah meski digempur terus sejak 7 Oktober 2023 lalu. Tak ada tanda-tanda menyerah dari pasukan Hamas.

Biasanya Israel menyelesaikan perang dalam waktu singkat. Ada "perang 6 hari" yang sangat terkenal. Tak sampai seminggu perang usai. Padahal saat itu Israel dikeroyok beberapa negara Arab.

Melawan Hamas yang bukan angkatan perang resmi Palestina kok susah banget? Mungkinkah kemampuan Israel sudah berkurang? USA dan sekutunya kurang serius membantu sekutu Zionis itu?

Apa pun alasanya perang di tanah Palestina harus segera diakhiri. Sudah terlalu banyak warga Palestina yang terbunuh. Sudah ada 24.100 orang Palestina yang tewas, kata PM Malaysia Anwar Ibrahim.

Malangnya, PBB tak bisa berbuat banyak. Perserikatan itu hanya bisa mengeluarkan pernyataan, resolusi, imbauan. Sekjen PBB seperti kehilangan wibawa.

Jangankan perang Israel vs Hamas, perang di Ukraina pun belum selesai. Rusia masih menggempur Ukraina. Seperti Hamas, Ukraina pun pantang menyerah. Bedanya skala serangan di Ukraina tidak semasif di Gaza. Wilayah Palestina bagian Gaza tampaknya hancur berantakan. Kembali ke titik nol.

Negara-negara Islam, Liga Arab, kali ini kelihatan tak berdaya mengajak Israel dan Hamas ke meja perundingan. Indonesia apalagi. Arab Saudi, Mesir, Yordania, Siria.. juga tak kuasa mencari penyelesaian damai di Palestina. 

PM Malaysia Anwar Ibrahim pagi ini menulis:

"Setakat hari ini sejak 7 Oktober yang lalu, Israel telah membunuh seramai 24,100 rakyat yang tidak berdosa, dan Israel terus dipencilkan warga serta komuniti antarabangsa.

Tindakan berani Afrika Selatan dalam melonjak persoalan ini ke Mahkamah Jenayah Antarabangsa (ICJ) semestinya didukung oleh seluruh dunia dan warga yang waras. 

Negara-negara Barat seolah ingin terus bermuka-muka dan mengambil pendirian selamat ketimbang mengheret Israel ke muka dan neraca pengadilan yang sewajarnya. Mantra 'hak asasi manusia' yang sering dihala ke negara-negara yang tidak sebulu dengan mereka kini tidak lagi kedengaran.

Gelombang penentangan terhadap Israel yang kita saksikan hari ini adalah yang terbesar sejak demonstrasi raksasa menentang Perang Vietnam dan pencerobohan ke atas Iraq dan Afghanistan dahulu.

Malangnya, gelombang penentangan ini belum menjentik nurani pemimpin di negara-negara Barat untuk mengambil pendirian yang menyemangati apa yang mereka paksakan ke atas negara lain selama ini. Israel mesti dibicarakan dan kekejaman mereka mesti didobrak dengan pelbagai cara yang ada. 

Malaysia mengulangi pendiriannya untuk mendukung langkah Afrika Selatan di ICJ bersama negara-negara sahabat yang lain menegak keadilan dan membenam kezaliman.

"We know too well that our freedom is incomplete without the freedom of the Palestinians." (Nelson Mandela)

Senin, 15 Januari 2024

Arek-arek seni Suroboyo tambah remek

Oleh Fathur Rojib
Pelukis dari Buduran, Sidoarjo

Koyok ngene iki lho prejengane raine arek-arek seni Suroboyo, jik isok krembyah-krembyah nggawe kegiatan kesenian kelas teri iku wis untung. Urip mandiri gak ngrewuki negoro, masiyo ta jik tetep ngemper.

Lha, kok sore iki maeng aku krungu kabar, berita sing paling jancukan di awal 2024 iki, jare arek arek, nek kate menggunakan pelataran Balai Pemuda untuk acara seremonial pembukaan pameran bakal ditarik bayar Rp 1.500.000 sekali pakai untuk beberapa jam.

Trus nek menggunakan lantai bawah tanah sing di sebut Alun-Alun Suroboyo untuk kegiatan pameran lukisan, saiki dipasang tarif Rp 4,5 juta per hari  jare peraturan iku wis ditetapkan sebagai "perwali" 

Opo bener ngono ta? 

Arek-arek nggawe kegiatan kesenian nang Balai Pemuda iki kan dasare tulus ihlas. Gak payu yo gak popo, tetep terus nglukis, tetep terus pameran, walopun biayae teko urunan, gak njaluk pemerintah, gak njaluk negoro, murni urunan teko dompete dewe-dewe sing wis remek.

Lha, kok malah ditekan koyok ngene?
Kudune kan pemerintah kota, pemerintah daerah iku melok seneng nek onok wargae nggawe kegiatan positif. Pameran lukisan iku gak murni cumak dodolan gambar, tapi yo onok sisi edukasine.

Misale onok sing payu siji loro, iku lho regane lukisane arek-arek yo gak larang.

Jenenge gedung Balai Pemuda, yo pastine gawe kegiatan positif para pemuda warga kota dan sekitarnya. Pembangunane, perawatane dan operasionale kan wis onok anggarane teko duit pajek sing dibayar warga. Lha kok sik dikomersilno sakmono larange. 

Duit jembut ta katene gawe mbayar??
Arek-arek kesenian iki jik isok nggawe kegiatan, gak matek ngurak ae wis untung.... kok malah mbok bebani dengan segala biaya koyok ngono. 

Nek  Goverment Suroboyo gak ndukung, yo kene gak patheken.... tapi yo ojok pasang nominal sadis ngono cuk!!

Minggu, 14 Januari 2024

Djagat Ngadianto dan kawan-kawan pelukis pameran bersama di Balai Pemuda

Djagad Ngadianto pelukis yang rajin nggowes pagi. Saya sering ketemu dia di kawasan Tambak Oso, Tambak Sumur, atau Gunung Anyar. Dekat perbatasan Surabaya dan Sidoarjo.

Djagat seniman yang tekun. Meski hasil melukis sulit ditebak, lukisan-lukisan sulit laku, apalagi di masa pandemi, pria asal Bojonegoro ini terus berkarya. Lebih produktif selama pandemi corona.

"Tetep dilakoni ae, Cak. Rejeki sudah ada yang ngatur," katanya.

Selain melukis, Djagat bekerja serabutan. Kadang masih ada kaitan dengan seni rupa, pertamanan, tapi kadang kerjaan biasa. Sepulang bekerja, dia melukis dan melukis.

 Karyanya lebih ke refleksi kehidupan. Mengkritik situasi sosial dengan bahasa visual. Kadang dibalut dunia pewayangan.

Masih di awal tahun 2024, Djagat Ngadiyanto bersama beberapa pelukis Surabaya, Sidoarjo, dan sekitarnya gelar pameran bersama di Balai Pemuda, Surabaya. Ada pelukis senior  Setyoko, Ambdo Brada, Benny Dewo, Djagad Ngadianto, Te Kamajaya.

Ada lagi Nunung Harso, Esti S. Ardian, Hence, Anny Djon, Pingki Ayako. Judul pameran bersama: Energy of Future. Dibuka 12 Januari dan ditutup 17 Januari 2024. Pameran lukisan di Surabaya memang rata-rata satu pekan saja.

 "Pameran ini jadi titik awal kegiatan seni rupa di Surabaya tahun 2024. Jadi pemicu untuk pameran-pameran selanjutnya," kata Setyoko pelukis senior Surabaya, sekarang tinggal di kawasan Waru, Sidoarjo.

Selepas pandemi dunia seni rupa di Surabaya kembali menggeliat. Tahun lalu cukup banyak pameran di Balai Pemuda, Alun-Alun Surabaya, beberapa galeri, hingga hotel-hotel. Tapi penjualan lukisan rupanya belum normal. Kawan-kawannya Djagat masih sering sambat di media sosial.



Sabtu, 13 Januari 2024

Semua toko di Kembang Jepun diminta pasang nama beraksara Tionghoa

Selepas tahun baru umum (d/h Masehi), bakal menjelang tahun baru Imlek. Sudah dipastikan pada 10 Februari 2024. Meski menggunakan penanggalan bulan, tidak akan ada perbedaan tanggal.

 Orang Fujian, Guangdong, Beijing, Xinjiang, Yunnan, dan warga Tionghoa di luar Tiongkok pun sepakat tahun barunya 10 Februari. Tahun Naga. Binatang ini disebut-sebut membawa hoki atawa keberuntungan.

Berbahagialah mereka yang punya shio Naga!

Ada yang berubah di kawasan pecinan Kembang Jepun, Surabaya, jelang Imlek. Toko-toko memasang papan nama dalam dua aksara: bahasa Indonesia pakai aksara Latin (biasa) dan bahasa Tionghoa (aksara hanzi).

Nama-nama jalan di pecinan juga dibuat dalam dua bahasa. Tujuannya untuk mempertegas dan memberi warna kawasan pecinan Surabaya. 

Sebelumnya Pemkot Surabaya membuka wisata kuliner Kya-Kya di Jalan Kembang Jepun. Pemkot ingin menggairahkan suasana di Surabaya Utara yang cenderung lengang pada malam hari. 

Kawasan pecinan dijadikan salah satu titik wisata heritage. Suroboyo Kutho Lawas istilah resminya. 

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi yang punya ide untuk revitalisasi kawasan pecinan, Jembatan Merah, Taman Sejarah, hingga Ampel bernuansa Timur Tengah.

Aneh kalau kawasan pecinan tapi tidak ada toko-toko atau kantor yang pakai tulisan Tionghoa! Begitu pemikiran Cak Eri. Sekaligus mengembalikan aksara Tionghoa ke ruang publik setelah diharamkan rezim Orde Baru.

Owe sempat perhatikan suasana rapat bersama pemkot dan pengusaha-pengusaha Kembang Jepun dan sekitarnya di kantor Radar Surabaya. Salah satunya membahas plang toko yang pakai dua bahasa itu. 

Hampir semuanya sepakat meski ada beberapa yang masih pikir-pikir. Dulu aksara Tionghoa dilarang keras, sekarang malah diminta memasang di toko-toko. Wolak-walike jaman!

"Puji Tuhan, kita orang tentu seneng dengen pemkot punya kebijakan. Cuma kita orang perlu waktu untuk cari nama yang hoki," kata seorang pengusaha.

Selain aksara Tionghoa, owe lihat aksara Jawa juga mulai dipasang di kantor-kantor pemkot. Makin warna-warni Surabaya ini. Ke depan anak-anak muda tak hanya belajar bahasa Inggris tapi juga bahasa Jawa dan Mandarin. 

Gubernur Khofifah makan nasi sangat sedikit - biar sehat dan langsing

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa cukup aktif di media sosial. Dia kerap membagi cerita dan foto ringan yang tak akan ada di media massa.

Pekan lalu Khofifah bagi gambar menu sarapan. "Jangan lupa sarapan, agar lebih berenergi mengejar harapan dan angan-angan setinggi awan. Menu sarapan sampean opo rek?" tulisnya.

Cukup banyak komentar dari warganet. Salah satunya porsi nasi yang sangaat sedikit. Lauknya jauh lebih banyak.

"Bu Gub ini sarapannya iwak penyet, lauknya nasi," tulis seorang komentator.

Kelihatannya menu makanan para pejabat seperti itu. Porsi karbo atau nasi sangat sedikit. Dua atau empat sendok saja. Porsi ikan, daging, sayur lebih banyak. Mungkin pola makan inilah yang membuat Gubernur Khofifah langsing sejak dulu.

Saya jadi ingat ceramah Gubernur NTT Victor Laiskodat menjelang lengser tahun lalu. Pentolan Nasdem itu mengkritik keras pola makan rakyat NTT yang sangat dominan karbo (beras, jagung, singkong). Tidak cukup satu piring nasi, kadang tambah satu piring lagi. 

"Itu pola makan orang miskin. Makannya nasi, nasi, nasi.. tidak ada daging, jarang makan ikan. Bagaimana kita mau maju kalau rakyatnya makan macam itu?" ujar Victor.

Gubernur yang kontroversial itu minta agar porsi makanan dibalik. Protein harus lebih banyak daripada karbohidrat. 

"Pak Gub lupa kalau sebagian besar rakyat NTT itu kerja di kebun, petani, nelayan, kuli bangunan, buruh tani. Kalau makan nasi sedikit bagaimana bisa kerja? Beda dengan orang kantoran yang kerja di belakang meja," kata Gaby, teman asal Larantuka.

Kalau di Jawa Timur, porsi makanan Gubernur Khofifah bisa diterapkan di era beras mahal ini. Kalau biasanya makan satu piring nasi bisa dikurangi separo. Kalau cuma beberapa sendok ala Khofifah rasanya kok berat.

Selamat makan nasi (sedikit)!

Jumat, 05 Januari 2024

Gadis Lamaholot memakai "kwatek" di Gereja Kayutangan

Wanita-wanita suku Lamaholot biasa pakai kwatek saat misa atau ibadat sabda di gereja. Kebiasaan lama ini masih bertahan sampai sekarang meski gadis-gadis remaja agak jarang pakai kwatek.

Kwatek itu sarung dari tenun ikat buatan mama-mama di kampung. Ada kwatek kiwanen: kwatek asli yang 100 persen bahannya diambil dari hasil bumi di kampung. Mulai kapas, pewarna hitam, kuning, biru.. memintal benang, menenun hingga jadi kain semuanya manual.

Kwatek kiwanan ini makin langka di era modern. Tahun 90-an mama-mama jalan kaki sambil "tue lelu" - memintal kapas jadi benang. Saat ini pemandangan masa kecilku itu hampir tak ada lagi. Sudah bisa dihitung dengan jari tangan.

Karena itu, dibuatlah kwatek muringen atawa sarung modern. Kain sarung dibuat pakai ATBM - alat tenun bukan mesin. Kainnya halus, bagus, modern. Tapi nilainya jauh berbeda dengan "kwatek kiwanen" yang asli 100 persen buatan sendiri di kampung itu meski teksturnya agak kasar.

Kwatek alias sarung Lamaholot sudah jadi busana wanita untuk acara-acara resmi. Salah satunya misa di gereja. Begitu besarnya nilai misa atau kebaktian, orang Lamaholot tidak boleh memakai pakai sembarangan.

 Kaos oblong tidak boleh. Baju mahal tapi sporty atau kasual setengah dilarang. Saya sering ditegur gara-gara memakai kaos meski ada kerahnya. 

"Kaos atau t-shirt tidak boleh untuk misa. Lembata ini bukan Jawa," kata Christophora adik saya serius.

Saya pun disuruh pulang ganti baju. Disuruh pakai baju batik. Atau kemeja resmi. Barangsiapa yang pakai kaos oblong ke gereja akan jadi gunjingan. Bahkan dilarang terima komuni.

Nostalgia kwatek di bumi Lamaholot muncul lagi di Malang belum lama ini. Saya lihat ada gadis berwajah Lamaholot memakai sarung atau kwatek ke Gereja Kayutangan, Malang. 

Haleluya! Puji Tuhan!

 Ternyata ada wanita muda Lamaholot yang mengenakan kwatek ke gereja. Persis di Adonara, Solor, Lembata, Flores bagian timur, Alor. Anak muda, generasi Z, yang saban hari main media sosial ternyata masih mempertahankan budaya Lamaholot. Kalau masih di NTT mah biasa, tapi ini di Malang. Di Gereja Kayutangan yang berada di pusat Kota Malang.

Betul dugaan saya. Nona ini berasal dari Adonara Barat. Kuliah di Malang. Dia memang biasa pakai kwatek ke gereja. Ada juga beberapa wanita lain yang pakai kwatek tapi motifnya bukan Lamaholot.

Kami pun ngobrol dalam bahasa Lamaholot. Beda dialek, beda lagu, tapi kata-katanya masih sama dan bisa saling mengerti. Luar biasa "kebarek" (gadis) ini. Di Surabaya dan Sidoarjo saya tidak pernah melihat gadis-gadis NTT mengenakan kwatek atau sarung ke gereja.