Rabu, 17 Januari 2024

Hamas pantang menyerah! Israel kelihatannya mulai kewalahan




Perang Israel vs Hamas (Palestina) masih berlangsung. Hamas belum menyerah meski digempur terus sejak 7 Oktober 2023 lalu. Tak ada tanda-tanda menyerah dari pasukan Hamas.

Biasanya Israel menyelesaikan perang dalam waktu singkat. Ada "perang 6 hari" yang sangat terkenal. Tak sampai seminggu perang usai. Padahal saat itu Israel dikeroyok beberapa negara Arab.

Melawan Hamas yang bukan angkatan perang resmi Palestina kok susah banget? Mungkinkah kemampuan Israel sudah berkurang? USA dan sekutunya kurang serius membantu sekutu Zionis itu?

Apa pun alasanya perang di tanah Palestina harus segera diakhiri. Sudah terlalu banyak warga Palestina yang terbunuh. Sudah ada 24.100 orang Palestina yang tewas, kata PM Malaysia Anwar Ibrahim.

Malangnya, PBB tak bisa berbuat banyak. Perserikatan itu hanya bisa mengeluarkan pernyataan, resolusi, imbauan. Sekjen PBB seperti kehilangan wibawa.

Jangankan perang Israel vs Hamas, perang di Ukraina pun belum selesai. Rusia masih menggempur Ukraina. Seperti Hamas, Ukraina pun pantang menyerah. Bedanya skala serangan di Ukraina tidak semasif di Gaza. Wilayah Palestina bagian Gaza tampaknya hancur berantakan. Kembali ke titik nol.

Negara-negara Islam, Liga Arab, kali ini kelihatan tak berdaya mengajak Israel dan Hamas ke meja perundingan. Indonesia apalagi. Arab Saudi, Mesir, Yordania, Siria.. juga tak kuasa mencari penyelesaian damai di Palestina. 

PM Malaysia Anwar Ibrahim pagi ini menulis:

"Setakat hari ini sejak 7 Oktober yang lalu, Israel telah membunuh seramai 24,100 rakyat yang tidak berdosa, dan Israel terus dipencilkan warga serta komuniti antarabangsa.

Tindakan berani Afrika Selatan dalam melonjak persoalan ini ke Mahkamah Jenayah Antarabangsa (ICJ) semestinya didukung oleh seluruh dunia dan warga yang waras. 

Negara-negara Barat seolah ingin terus bermuka-muka dan mengambil pendirian selamat ketimbang mengheret Israel ke muka dan neraca pengadilan yang sewajarnya. Mantra 'hak asasi manusia' yang sering dihala ke negara-negara yang tidak sebulu dengan mereka kini tidak lagi kedengaran.

Gelombang penentangan terhadap Israel yang kita saksikan hari ini adalah yang terbesar sejak demonstrasi raksasa menentang Perang Vietnam dan pencerobohan ke atas Iraq dan Afghanistan dahulu.

Malangnya, gelombang penentangan ini belum menjentik nurani pemimpin di negara-negara Barat untuk mengambil pendirian yang menyemangati apa yang mereka paksakan ke atas negara lain selama ini. Israel mesti dibicarakan dan kekejaman mereka mesti didobrak dengan pelbagai cara yang ada. 

Malaysia mengulangi pendiriannya untuk mendukung langkah Afrika Selatan di ICJ bersama negara-negara sahabat yang lain menegak keadilan dan membenam kezaliman.

"We know too well that our freedom is incomplete without the freedom of the Palestinians." (Nelson Mandela)

3 komentar:

  1. Bahkan di Amerika Serikat pun, terjadi berbagai demonstrasi untuk memrotes serangan Israel terhadap Gaza yang tidak proporsional terhadap serangan awal yang dilakukan Hamas. Baru kali ini selama tinggal di Amerika selama 30 tahun lebih saya mengalami gelombang protes yang luar biasa terhadap Israel.

    BalasHapus
  2. Kuncinya di USA. Kalau Presiden Biden tarik sokongan ke Israel ya selesai. Tapi kalau USA tetap seperti dulu ya amburadul semua.

    Bung Trump bilang kalau dia jadi presiden USA maka tak akan ada perang di Ukraina dan Israel vs Hamas. Kedengarannya mulut besar tapi sepertinya ada benarnya. Selama Biden masih berkuasa ya dunia tetap kacau seperti sekarang, kata Bung Trump.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trump akan membiarkan wilayah timur Ukraina dicaplok Rusia. Itu tidak benar juga. Dengan Israel, entah apa yang bisa dia lakukan. Protes thd Israel datangnya dari kiri. Golongan kanan / Republican justru mendukung serangan Israel yang disproporsional tsb.

      Hapus