Masih ada oleh-oleh cerita dari Gunung Kawi. Ayas sempat motret daftar harga selamatan nazar dan wayang kulit. Angka-angka ini sering jadi rasan-rasan di warkop dan media sosial.
Sudah pasti mahal, bagi karyawan kelas UMK. Tapi, bagi para siansen kelas laopan, pasti murahlah. Apalagi kalau hasilnya nanti bisa berlipat ganda. Ada saja rezeki dari Gunung Kawi, bagi yang percaya.
"Kita orang harus punya keyakinan yang kuat. Kalau gak yakin ya anggap aja kita orang cuman dateng untuk wisata atawa rekreasi," kata Koh Ming, pedagang asal Surabaya yang langganan 'wisata' ke Gunung Kawi.
Ayas sempat minta daftar harga selamatan di Gunung Kawi. Kelihatan melonjak tajam dibandingkan sekian tahun lalu. Menyesuaikan kurs rupiah, inflasi, nilai pasaran dsb.
Paling murah tumpeng sayur Rp 60 (ribu). Kambing Rp 2.500. Sapi Rp 17.000. Nanggap wayang syukuran Rp 5.000. Wayang ruwatan Rp 10.000.
Peziarah silakan pilih mau pakai sesajen yang mana. Mau yang lengkap ya mahaaaal sekali. Tapi bisa hemat kalau ambil sajen biasa. "Ndak selametan juga ndak papa," kata seorang penjaga. "Semua itu tergantung keyakinan masing-masing."
Pesarean Gunung Kawi mulai berdiri sejak 1871. Ia jadi tempat peristirahatan terakhir Eyang Djoego alias Kiai Zakaria II dan Eyang RM Imam Soedjono.
Meski awalnya pesarean kiai, tokoh muslim, Gunung Kawi kemudian berkembang jadi tempat ziarah warga Tionghoa. Karena itu, di dekat pesarean ada Kelenteng Dewi Kwan Im, Tie Kong, Rumah Ciamsi. Ornamen nuansa Tionghoa terasa kental.