Sejak awal 2022 banyak sekali kisah sedih tentang PMI. Pekerja migran Indonesia. Grup-grup media sosial NTT, khususnya Flores Timur dan Lembata dipenuhi foto-foto sedih.
Salah satunya seorang PMI alias TKW asal Ile Ape, Lembata. Kembali ke kampung halaman dalam bentuk mayat. Benedikta yang mengurus para pahlawan devisa itu.
"Lindungi PMI dari ujung rambut sampai ujung kaki," tulis Benedikta.
Saya ikut terharu melihat foto-foto di Pelabuhan Larantuka. Jenazah Agustina Kewa diantar ke desanya di Riangbao, Ile Ape.
Bukan apa-apa. Saya kenal betul desa asal PMI yang meninggal di Malaysia itu. Desa Riangbao, Petuntawa, Kolongtobo, Waipukan. Tak jauh dari Riangbao ada Waowala. Kemudian Lewotolok, Lamawara, Bungamuda, Napasabok, Atawatung.. hingga Tokojaeng alias Lamatokan.
TKI atau bahasa resmi sekarang PMI memang lekat dengan Flores Timur dan Lembata. Atau NTT secara keseluruhan. Tapi Flotim dan Lembata punya riwayat yang lebih panjang. Merantau atau MELARAT (bahasa Lamaholot) sudah jadi budaya.
"Melarat" itu penting agar tidak melarat. Dan hasilnya memang ada. Jauh sebelum listrik PLN masuk desa sudah ada genset di kampung-kampung di Lembata. Hasil melarat atau merantau. Sepeda motor berseliweran di jalan sekarang. Hasil melarat juga.
Rumah-rumah gedhek yang sekarang berubah (hampir) semuanya jadi tembok juga karena melarat. Khususnya di Sabah, Malaysia Timur.
Lantas, mengapa masih banyak PMI asal Lamaholot yang jadi korban? Salahnya di mana?
"Berkas-berkas tidak lengkap. Mereka nekat merantau karena dirayu calo-calo. Tidak ikut jalur resmi. Jadinya seperti ini," kata Benedikta sang pendamping para PMI di Flotim dan Lembata.
Mengapa tidak diurus soal administrasi, paspor, visa dsb? Mengapa negara tidak hadir? Pemkab di mana?
Begitu banyak pertanyaan yang muncul di kalangan warganet di kampung. Tentu saja menyalahkan pemerintah daerah. "Ada sindikat yang mencari nafkah dari PMI ilegal," kata Benedikta.
Rabu 26 Januari, Benedikta kembali siaran:
"Jenasah PMI... PEKERJA MIGRAN INDONESIA mama Agustina Usi Kolin asal Desa KENERE Solor selatan Kabupaten Flotim tiba Larantuka... setelah seharian penuh melintasi cuaca ekstrim dr Ende hingga Larantuka. Trima kasih Tuhan. Besar kasih setiaMu. Lindungi dan sertai kami dalm pelayaran ini menuju Pulau Solor DESA KENERE."
"Kami tidak melarang kamu pergi mencari REJEKI di perantauan...tapi ada baiknya Kamu ngurus semua Dokumen... biar kamu tercatat di SIMCO TKLN.
Kalau ada apa2 kamu terlindungi.terbantu.. jangan asal jalan tanpa dokumen. nah... seperti ini ni JADINYA. Sekarang petugas sudah ketat di mana2... di semua daerah perbatasan... di semua tempat Transit.. jadi URUSLAH DOKUMENnya BRO... Biar kalian kerja tidak lari2... kalian tidak berhadapan dg CALO."
Nasihat Kak Benedikta ini sebetulnya bukan barang baru. Dari dulu pun aturan masuk negara lain memang begitu. Tapi ya itu.. tetap saja orang nekat atau kepala batu masuk Malaysia karena merasa ada beking dari calo dan tauke-tauke di sana.