Pagi ini saya bersepeda lagi setelah libur seminggu karena capek. Nggowes di kawasan Surabaya Timur, masuk wilayah Sidoarjo di Segoro Tambak, terus ke kawasan Bandara Juanda. Cuaca sangat cerah. Suhu makin panas akhir-akhir ini di musim pancaroba.
Mampir sejenak di warkop kawasan Sedati. Meskipun bulan puasa, aktivitas cangkrukan tidak banyak berubah. Akeh sing mokel. ''Badan gak enak. Makanya aku gak puasa,'' kata Cak Munir yang hari ini tidak puasa.
Munir kelihatan asyik banget baca koran. Khususnya halaman olahraga. Khususnya lagi sepak bola. Khususnya lagi Persebaya. Pria 40-an tahun ini memang penggemar berat Persebaya sejak era perserikatan. Bonek sejati.
''Mudah-mudahan musim ini Persebaya juara,'' kata Cak Munir.
''Tapi Liga 1 gak ada degradasi. Gak seru, Cak. 18 tim dijamin aman.''
''Gak papa. Yang penting juara lah. Musim sebelumnya kan sudah juara 2. Yah, sekarang saatnya juara,'' ujar Cak Munir yang doyan kopi pahit (gula sedikit) plus rokok itu.
Asyik banget memang ngobrol dengan jamaah warkop kayak Cak Munir ini. Sebab, wawasannya tentang sepak bola sangat bagus. Khususnya Persebaya. Bukan cuma Persebaya masa lalu, era Syamsul Arifin, Budi Juhanis, Mustaqim dkk, tapi juga Persebaya era milenium. Persebaya sekarang yang presidennya Azrul Ananda, putranya Bapak Dahlan Iskan, yang terkenal itu.
''Makanya, saya selalu baca koran di warkop agar tidak ketinggalan informasi. Khususnya Persebaya,'' kata Munir.
Obrolan dengan Cak Munir bikin senang hati ini. Betapa tidak. Di tengah banjir informasi di media online dan media sosial, ternyata surat kabar masih diminati orang di Surabaya Raya. ''Aku sudah kecanduan koran. Ngopi sambil baca koran itu asyik,'' katanya.
Lanjut, Cak!
Aku nggowes maneh!