Sudah sering saya ingin bertemu Pater Yosep Bukubala Kewuta, SVD di Paroki Salib Suci, Waru, Sidoarjo. Tapi pandemi Covid-19 membuat pater-pater alias romo-romo di Surabaya Raya diproteksi dengan sangat ketat. Mas-mas satpam biasanya menolak dengan alasan yang masuk akal.
''Ketemu romo harus daftar dulu, janjian dulu. Nanti dicarikan waktu yang pas,'' kata seorang satpam gereja di Wisma Tropodo, Sidoarjo, itu.
''Saya dengan Pater Yosep ini kebetulan satu daerah. Flores Timur. Makanya saya mau ketemu paling lama 30 menit,'' kata saya merayu petugas itu.
''Sama aja. Aturannya sudah begitu,'' katanya tegas kayak polisi.
Akhirnya saya pulang dengan rasa kecewa. Apa boleh buat, pandemi covid ini membuat semua tatatan ambruk. Disrupsi total. Liturgi pun harus daring. Silaturahmi atau anjangsana dengan pater pun tak boleh.
Meski tidak bisa tatap muka, Pater Yosep Bukubala bisa ditemui hampir setiap hari di YouTube. Misa daring live streaming dari Gereja Salib Suci pagi hari. Selain Pater Yosep, ada dua pater lain yang konselebrasi. Pater Fransiskus Sidok SVD dan Pastor Gabriel Madja SVD.
Paroki Salib Suci ini memang digembalakan pater-pater SVD. Boleh dikata 95% asal NTT, khususnya Flores, Lembata, Solor, Adonara. Pater yang bukan NTT kayaknya cuma Pater Heribert Balhorn SVD (+) asal Jerman.
Tiba-tiba datang kabar mengejutkan dari Ama Paulus. Orang Adonara Barat di Sidoarjo ini memang dekat dengan Pater Yosep Bukubala SVD.
''Telah berpulang ke Rumah Bapa Pater Yosep Bukubala Kewuta, SVD pukul 21.30 WIB pada Selasa 27 April 2021.
Jenazah saat ini disemayamkan di Gereja Paroki Salib Suci Tropodo, Sidoarjo, sampai dengan Kamis, 29 April 2021. Jenazah akan diantarkan ke Soverdi, Jalan Polisi Istimewa No. 9 Surabaya pukul 19.00 WIB dari Paroki Salib Suci.
Jenazah akan dimakamkan di Kembang Kuning setelah Misa Requiem pagi Jumat 30 April 2021 di Soverdi. Misa tersebut hanya diikuti oleh Komunitas Soverdi.''
Oh, Tuhan, satu lagi pater, sang gembala umat dipanggil ke rumah-Nya. Pater asli suku Lamaholot. Pater Yosep Bukubala yang saya kenal sejak beliau bertugas di Paroki Gembala Yang Baik, Jalan Jemur Handayani, Surabaya. Pater yang ramah dan tutur katanya halus. Halusnya malah melebihi wong Jowo.
Saya pun menyempatkan diri datang ke Gereja Salib Suci. Menemani Pater Yosep yang terbaring di dalam peti jenazah. Wajahnya tenang meski pucat. Tugas pater asal Lewouran, Flores Timur, ini selesai sudah.
''Pater Yosep sempat bilang ingin ketemu adiknya, Pater Markus Solo SVD, tapi tidak kesampaian. Tuhan lebih sayang beliau,'' kata seorang bapak aktivis gereja.
Pater Dr Markus Solo, yang juga musisi dan penyanyi lagu-lagu pop daerah Flores Timur, sudah lama bertugas di Eropa. Sekarang jadi salah satu staf kepausan di Vatikan. Kedua pastor bermarga Kewuta ini jadi kebanggaan warga Lewouran dan orang Lamaholot pada umumnya.
Sekarang Pater Yosef Bukubala sudah tenang di Rumah Bapa. Tak ada lagi homilinya yang sejuk untuk menguatkan iman umat di tengah pandemi.
Selamat jalan, Pater Yosep!
Pana mang sare-sare, Ama Tuan!
Pater-pater alias Romo-romo Gereja Katolik diproteksi dengan sangat ketat oleh Cak-Satpam, memang secara logika sudah menjadi keharusan, sebab mereka adalah Aset-aset yang sangat berharga. Kepada Bung Hurek saya tidak perlu keminter, menceritakan, bagaimana sulit dan susahnya bisa berhasil menjadi seorang Romo-Katolik.
BalasHapusKalau di Seberang Sono sangatlah berbeda, cukup lu punya mulut kotor dan otak mesum, Oke-llah !
Saya yakin setiap Romo Katolik asal NTT akan mengajarkan prinsip Pro Patria et Ecclesia kepada para pengikutnya. " Pokoke Patria first !! "
Kalau Seberang Sono tidak mudheng dengan arti kata Patria.
Saya sekarang paling sebal kalau melihat ada tembok yang dicorat-coret dengan graffiti atau tulisan-tulisan. Padahal dulu sewaktu masih duduk dibangku sekolah rakyat, saya sering latah ikut-ikutan mencoret tembok gudang dan pabrik milik ayah-saya, dengan gambaran yang seronok. Dulu mencoretnya dengan arang-kayu yang berserakan dimana-mana.
Di awal tahun 60'-an, sebelum G-30-S meletus, di tembok-tembok kota Surabaya juga penuh dengan corat-coret tulisan besar; Awas Nekolim, Awas CIA. Hanya saja waktu itu saya tidak ngerti artinya CIA, bahkan membacanya-pun saya salah.
Di sebuah tembok di pinggiran kota Quanzhou-Tiongkok saya pernah membaca corat-coretan sbb.: 利国,利民,利家,优生,优育,优教 . Mungkin itulah isi hati nurani nya orang China-kommunis.
Demi Negara, Demi Rakyat, Demi Rumahtangga, Utamakan Nyawa, Utamakan Pendidikan, Utamakan Ketuhanan.
Urutannya tidak boleh dibolak-balik !
Kalau dibolak-balik, nanti jadinya seperti Pantja Sila menjadi Pancasila.
Pantja Sila yang asli versi pencetusnya, Bung Karno :
Kebangsaan, Perikemanusiaan, Demokrasi, Keadilan Sosial, Ketuhanan.
Sangat menarik prinsip orang Tiongkok yang komunis itu. Utamakan ketuhanan juga ada. Dus, tidak benar kalau Tiongkok itu antiagama dan anti-Tuhan.
BalasHapusDui dui.. pandemi covid ini memang membuat disrupsi di mana2. Banyak banget pater yang berpulang meskipun tidak selalu karena covid.
Pance Pondaag : Disaat Kau Harus Memilih.
HapusWaktu Mu hanya tersisa 3 tahun lagi.
Pilih Negara Kesatuan, ataukah, Pilih Agama Kesatuan Kecap.
Apakah bisa adil membagi kasih.
Mungkinkah polygamie bisa adil.
Relakah Kau jika ibu kandung kau dimadu disia.
Bung Hurek, saya mengucapkan turut berduka cita atas wafatnya Pater Yosep Bukubala Kewuta SVD. Semoga arwahnya hidup kekal bersama Allah di surga.
BalasHapusSetelah saya melihat profil beliau di website Sesawi.net, ternyata beliau pernah berkarya di Keuskupan Agung Medan, tepatnya di Paroki Martubung Medan dan Paroki Doloksanggul.
Masih ada 4 paroki di KAM yang digembalakan oleh pater-pater SVD. Selain 2 di atas, ada Paroki Lintong Nihuta dan Paroki Siborongborong. Tapi kedua paroki ini diurus oleh pastor paroki yang sama, selain jaraknya masih berdekatan (dipisahkan oleh Bandara Silangit), juga karena Lintong Nihuta hanya punya 2 stasi.
Saya sendiri masih tidak mengerti bagaimana ceritanya SVD akhirnya bisa melayani di wilayah ini, khususnya di 3 paroki yang dalam pembagian wilayah adat Batak masuk ke wilayah Humbang, selain 1 paroki di Kota Medan.
Saya masih ingat ketika Bung Hurek membahas tentang Pater Kris Kia Anen SVD, dan baru-baru ini saya melihat beliau pada video profil Paroki Lintong Nihuta dan Paroki Siborongborong di channel Komsos KAM.
Nama mendiang Pater Yosep Bukubala SVD juga tertulis dalam deskripsi video profil Paroki Doloksanggul di channel yang sama. Dan pada video itu diperkenalkan pastor paroki sekarang, salah satunya adalah Pater Mansuetus Demon SVD yang kata sebuah komen di videonya pernah berkarya di Paroki Gembala Yang Baik Surabaya.
Bung Hurek selalu menceritakan SVD sebagai ordo yang rajin mengirim misionaris ke berbagai penjuru bumi. Tapi ternyata 4 paroki di KAM masih membutuhkan SVD. Bukan hanya SVD sebenarnya, tapi juga ordo-ordo lain. Karena Tanah Batak sepertinya masih menjadi tanah misi bagi Gereja Katolik, di mana umat Katolik masih minoritas (kecuali beberapa kawasan seperti Samosir Barat dan Humbang Barat, bahkan ada kampung yang 100% Katolik), dan 1 paroki di sini bisa menaungi 20-30 stasi. Di Tanah Batak yang terdiri dari 4 kabupaten (Tapanuli Utara, Toba, Samosir, Humbang Hasundutan), hanya ada 4 dari 12 paroki yang digembalakan oleh imam diosesan, sisanya kita masih butuh bantuan ordo-ordo. Ada SVD di 3 paroki, dan di 9 paroki sisanya ada Kapusin. Dulu Jesuit juga pernah melayani di Tarutung (salah satu pastornya adalah mendiang pater R Kurris SJ yang pernah menulis buku tentang Katedral Jakarta), dan CMF atau Claretian pernah melayani 2 paroki di Samosir.
Kita harus terus berdoa agar benih-benih panggilan semakin subur, dan semakin banyak anak-anak Tuhan yang terpanggil mewartakan Sabda Tuhan dan melayani sebagai gembala umat.
Terima kasih atas simpati dan belasungkawa yang disampaikan Bung Nababan. Pater Yosef Bukubala SVD memang banyak bertugas di luar NTT karena beliau masuk SVD Provinsi Jawa. Sumatera Kalimantan ikut Jawa.
HapusImam2 kongregasi macam SVD, CM, Karelit dsb bertugas di sebuah keuskupan atas undangan bapa uskup setempat. SVD pegang paroki di Keuskupan Surabaya karena diminta Uskup Surabaya pada awal 1970an. KAM juga begitu.
Ketika dirasa imam2 praja atau RD sudah memadai, maka biasanya paroki2 yang digembalakan imam2 SVD diserahkan ke praja atau imam diosesan.
Makanya Surabaya Raya yang awalnya 6 paroki SVD, sekarang tinggal 3.