Kamis, 13 Mei 2021

Sensasi Nostalgia di Toko Oen Malang

Kamis ini Lebaran. Bersamaan dengan Hari Kenaikan Yesus Kristus. 

Mau misa di Gereja Kayutangan, Malang, tapi tidak bisa karena bukan jemaat setempat. Protokol kesehatan di gereja-gereja memang sangat ketat (dan kaku).

Tak apa-apa. Toh bisa misa daring. Libur Lebaran di Malang tapi ikut misa dari Gereja Katedral Larantuka, Flores Timur. Dipimpin Romo Edy Saban orang Lembata. 

Misa di gereja tua peninggalan Portugia ini ibarat nostalgia mengenang masa kecil di Larantuka. Saat jadi misdinar atau putra altar Pater Paulus Due SVD dan Romo Gorys Kedang Pr -- keduanya sudah rest in peace.

Suasana Kota Malang di hari raya ini lengang. Tak banyak kendaraan lewat. Hampir tidak ada warung atau depot yang buka. Aku pun jalan kaki ke kawasan Kayutangan. Mampir dulu ke gereja yang sepi gara-gara Covid-19.

Oh, Toko Oen persis di depan Gereja Kayutangan ternyata buka. Pesan kopi dan roti tawar. Nongkrong, baca koran Jakarta Post yang disiapkan pengelola Toko Oen, sambil mendengarkan lagu-lagu nostalgia. Beatles, Roberta Flack, dan artis-artis lawas lainnya.

Suasana Toko Oen tidak banyak berubah. Meja dan kursi model tempo doeloe. Bangunannya juga khas tahun 1930-an. Hanya roti, kue, camilan yang disesuaikan dengan lidah wong Jowo. Maka tidak akan ada roti gandum di sini. Keju khas Hindia Belanda pun zonder ada.

Saya sudah tahu sejak dulu bahwa harga kopi dan aneka minuman di sini memang mahal. Karena itu, saya cuma pesan secangkir kopi hitam + sedikit gula. Harganya Rp 20 ribu. Roti tawar Rp 15 ribu.

Bagaimana rasanya kopi hitam ala Toko Oen? 

Sama saja dengan kopi di warkop-warkop pinggir jalan di Surabaya dan Sidoarjo yang Rp 3.000-an itu. Malah lebih gurih yang di warkop kaki lima.

Bedanya, di sini kita bisa melihat beberapa turis londo yang sedang nostalgia di toko tempo doeloe. Kita juga bisa membayangkan sensasi noni-noni dan mevrow tempo doeloe yang cakep-cakep beraroma keju.

Als de orchideen bloeien...

5 komentar:

  1. Bayangan atau fantasi manusia memang tidak ada batasnya. Ada orang padang gurun berfantasi, kalau dia mati, ingin hidup kembali di taman Eden yang sejuk, penuh air jernih, bidadari dan taman bunga.
    Ada pula pemuda Lomblen membayangkan sensasi noni-noni londo tempo doeloe yang cakep-cakep beraroma keju.
    Isun waktu masih bujangan selalu kelonan dengan noni-noni-londo, tetapi aroma-nya koq bukan cheesy, tetapi bau deodorant-spray.
    Aroma deodorant ber-macam2, ada yang fresh menyenangkan, ada yang wangi-nya menggairahkan, ada pula yang harum-nya memabukkan seperti bedak murahan membuat kepala pusing nafsu hilang.
    Isun koq membayangkan sensasi mbakyu-mbakyu madiun yang gemulai beraroma pecel.
    Mungkin kita bangsa Indonesia masih bermental kolonial, semua-nya yang bernuansa import selalu kita anggap lebih baik daripada produkt dalam negeri.
    35 tahun silam di kebun rumah saya ada dua anak gadis bermain dan bersendau-gurau. Yang satu noni-bule, putri engkoh-saya, blasteran cino-jerman. Yang lain nya putri saya ketiga, wong tionghoa.
    Saya berkata kepada engkoh-saya : putri-lu lebih cantik daripada putri-ku. Engkoh menjawab dengan nada suara yang agak jengkel: Kenapa lu berkata seperti itu. Anak perempuan-lu juga cantik, cuma typus-nya berbeda dengan anak-gua. Anak-lu cakep-nya typus orang asia.
    Engkoh-ku benar ! Kita orang Indonesia harus belajar mencintai produkt dalam negeri ! Pesek-nya hidung mbakyu, memang alami, serasi dengan raut wajahnya, sehingga wajahnya jadi ayu-manis memukau.
    Kadang kala hidung panjang, membuat rasa jijik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe.. aroma keju, deodoran, mambu pecel macem2 lah. Tipus2 cakep memang beda2. Perempuan bule putih malah senang lanang jowo sing rodo ireng rodo pesek kayak koncoke asli Sidoarjo yg jadi suaminya wanita swiss dan aussie.

      Hapus
  2. Disatu sisi orang Indonesia suka Nostalgia, tetapi dilain sisi mereka suka pamer betapa modern atau Up To Date nya mereka.
    Nostalgia : Tahun 1960-an wong londo wis podo minggat nyang negoro ne dewe, tetapi sinyo- dan nonik-tionghoa surabaya masih suka nyerocos pakai hollands spreken. Kita yang berasal dari kampoeng-doesoen juga kepingin kelihatan up-to-date, ikut2-an latah pakai kata-kata Ik en Jij. Padahal ora mudheng ike iku kowe opo aku. Bocah2 kampoeng di gang-gang suroboyo, malah sangat up-to-date, podo nyerocos, Buur nash kooppen, seeh ! Le, opo artine ? Tole : Bubur panas kokopen, cuuk !

    Modern and Up To Date : Wong Indonesia zaman sak iki podo sok pingin dadi arab-pesek, arab-empriit. Di Youtube ada orang Indonesia sok ngarab, teriak2 sbb.: Hai gays, Salam walaikum, Alhamdulillah hari ini banjir niih, wah ini sepaha orang dewasa,.....
    Setahu ku kata Alhamdulillah sama artinya dengan Deo gratias. Jadi orang arab-pesek itu, Berterima Kasih kepada Tuhan, karena tetangga nya kelelep kebanjiran.
    Ergo, Nostalgia nyerocos hollands sprekan. Modern nyerocos coro arab.
    Apa arti kata2 yang keluar dari mulut, semuanya Insya Allah. Pokoke kita up to date.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggeh makin modern makin update makin ngarab makin mbarat. Biar kelihatan modern dan pinter.

      Hapus
  3. Kopinya ndak enak tapi larang banget. Itulah harga yang harus kitorang bayar demi menikmati sensasi jadi wong londo sesaat.

    BalasHapus