Bumi NTT sedang porak poranda. Ratusan jenazah bergelimpangan. Ada yang tertimbun tanah. Ada yang hanyut dibawa banjir ke laut. Gara-gara badai seroja sejak Paskah, 4 April 2021, lalu.
Di tengah kedukaan itu, dua putra terbaik NTT berpulang ke hadirat-Nya. Umbu Landu Paranggi, 77, meninggal dunia di Bali. Terpapar virus korona.
Kemudian Dr Daniel Dhakidae meninggal di Jakarta. Bung Daniel intelektual terkemuka, peneliti yang sangat dikenal di bidang sosiologi, politik, hingga media massa.
Kajian-kajian Daniel Dhakidae sangat mendalam. Seorang pembaca buku yang lahap. Pisau analisisnya sangat tajam. Namanya sangat dikenal di kalangan akademisi meski tidak pernah muncul di televisi.
Umbu Landu Paranggi, bangsawan dari Pulau Sumba, dijuluki Presiden Penyair Malioboro. Namanya begitu menjulang di kalangan penyair-penyair di Jogja pada era 70-an hingga 2000.
Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun punya apresiasi yang luar biasa untuk Umbu Landu Paranggi. Cak Nun menceritakan sosok Umbu yang luar biasa di pengajian-pengajiannya yang tersebar di YouTube itu.
Yang menarik, presiden penyair ini sepertinya tidak mau melepas puisi-puisinya ke publik. Beda dengan penyair-penyair lain yang punya buku kumpulan puisi, laman di internet dsb.
Suatu ketika, tutur Emha, ada penerbit yang sudah siap mencetak kumpulan puisi Umbu. Naskah tinggal dicetak. Tiba-tiba Umbu datang ke penerbit. Ambil kembali naskah puisinya. Gagallah penerbitan puisi Umbu.
Masih banyak lagi kebiasaan Umbu yang aneh-aneh, nyentrik, yang diceritakan Emha, salah satu murid Umbu saat di Malioboro, Jogjakarta. Mulai dari kebiasaan makan, tidur, bergadang, melekan, ngobrol dengan anak-anak muda dsb.
Emha bahkan menyebut Umbu sebagai 'orang suhud'. Saking perilakunya yang sangat berbeda dengan manusia normal. Seorang bangsawan yang berkelana jauh dari Pulau Sumba sebagai raja kelana. Sebagai raja pujangga di masanya.
Selamat jalan Umbu!
Selamat jalan Bung Daniel!
Seperti Buddha, raja Lumbini yg berkelana utk menemukan pencerahan
BalasHapus