Tak terasa hampir dua bulan blog ini off. Tidak ada naskah sepanjang bulan Maret. Bulan Februari pun cuma ada segelintir catatan. Terakhir Kamis, 11 Februari 2021, tentang Hari Orang Sakit Sedunia.
Ada beberapa rekan yang bertanya apa gerangan? Sakit? Terlalu sibuk? Tidak ada topik menarik?
Sebetulnya saya masih sering corat-coret. Tapi pakai tulisan tangan di buku tulis. Menulis catatan pendek khas diari tempo doeloe. Sekaligus melatih kembali tangan yang sudah lama tidak dipakai untuk menulis agak panjang.
Awalnya kagok karena tulisan tangan kurang lancar. Dan tidak elok. Agak cakar ayam. Kadang agak miring ke kanan, kurang tegak, kurang rata. Tapi lama-lama terbiasa juga.
Bulan Februari dan Maret 2021 adalah momentum yang miris. Terlalu banyak orang yang saya kenal berpulang gara-gara covid. Mulai kolega seprofesi, pastor... dan kian dekat ke keluarga sendiri.
Aku jadi banyak merenung dan refleksi. Betapa rapuhnya manusia. Sehebat apa pun tak kuat diserang virus tak kasat mata itu. Berita duka, RIP, innalilahi... berhamburan di media sosial.
Laman internet dan media sosial penuh dengan RIP dan obituari. Aku pun menulis catatan dan doa di atas kertas lusuh. Khususnya untuk Mama Vita yang berpulang bulan lalu di Kupang.
Hati ini rasanya teriris karena pemakaman pasien-pasien covid dilakukan dengan protokol yang sangat ketat. Tidak boleh datang ke rumah duka, tak ada upacara adat perkabungan layaknya adat kebiasaan di NTT.
Ya, Tuhan, ampunilah dosa-dosa kami!
Semoga pandemi ini segera berlalu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar