Senin, 02 Mei 2022

Nafsu besar, tenaga kurang

Tubuh makin tua membuat kita orang makin sulit lari jarak jauh. Lari jarak dekat pun ngos-ngosan. Kecuali para senior yang rajin berlatih setiap hari. 

Contohnya: CD seorang redaktur senior di Malang. Bung ini doyan banget lari pagi. Kadang lari sore, lari malam. Sering sekali CD ikut lomba lari 10K, maraton, setengah maraton, dan sejenisnya. Maka badannya tetap padat kurus meski makannya banyak dan tanpa pantangan - kecuali yang haram. 

Kalau ada lomba maraton CD selalu usahakan ikut. Salah satunya di Surabaya. Kencang dan asyik larinya kayak atlet lari dari Kenya atau Zimbabwe. Atlet-atlet beneran yang bukan pelari jarak jauh biasanya kalah.

 Tapi ya itu.. tiba-tiba CD ambruk di Jalan Pemuda. Dibawa ke rumah sakit. Lalu meninggal dunia. 

Kejadian ini jadi pelajaran mahal. Diambil hikmah kebijaksanaan. Bahwa warga senior tak usah ngoyo berlari. Tidak perlu ikut maraton 42 km. Atau maraton mini 20 km. Cukup lari santai saja. Jalan kaki pun boleh.

Nah, saat jalan pagi di Alun-Alun Bundar, depan kantor Wali Kota Malang, Ayas ingat masa lalu. Masa ketika orang kampung asal NTT itu sering berlari mengitari alun-alun itu. Kadang 10 putaran, kadang 15 putaran. Sesekali pernah maksa 20 putaran. Apalagi kalau lari bareng petinju-petinju Sasana Kawanua.

Lari 10 putaran di usia SMA, belum 20 tahun, terasa enteng. Tidak ngos-ngosan kayak anjing kelelahan. Itu karena sedikit banyak si Ayas ini tahu teknik berlari jarak menengah dan jarak jauh. Tidak boleh pakai teknik sprint 100 atawa 200 meter.

Waktu berlalu, tubuh Ayas menua, tak lagi langsing. Kebiasaan lari pagi atau lari sore sudah lama dia tinggalkan. Senam pagi, jalan kaki juga tidak dilakukan. Baru belakangan Ayas terlihat sering nggowes sepeda santai di kawasan pinggiran Surabaya, tambak, hingga Sidoarjo.

Karena itu, Ayas tidak mampu berlari jauh seperti CD almarhum itu. Tapi Ayas sempat tergoda untuk lari keliling Alun-Alun Bundar satu putaran saja. Ternyata gak kuat. Jantungnya berpacu begitu cepatnya seperti orang yang sudah lari 12 putaran.

"Rasanya mau mati saja. Mata jadi redup, kunang-kunang," Ayas omong sendiri sambil melibat beberapa orang yang jalan pagi dan foto-foto.

Apa boleh buat, Ayas menyerah. Ayas bukan Ukraina yang pantang menyerah meski digempur pasukan Rusia sejak 24 Februari lalu.

 Ayas jadi ingat CD yang terkapar saat nekat ikut lomba maraton di Surabaya itu. Mobil tua bobrok janganlah dipaksa mendaki ke Trawas atau Tretes. Nafsu besar tenaga kurang, kata pepatah lama.

2 komentar:

  1. Tetap semangat bergerak, Lambertus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Istilah menarik: bergerak bergerak bergerak.
      Orang2 tempo doeloe bilang gerak badan. Raga diolah. Raga tidak boleh terlalu dimanja. Olah raga, olah jiwa.

      Hapus