Kamis, 02 September 2021

Njamoek Pers, Koeli Tinta, Kuli Kalimas

Tempo doeloe wartawan biasa disebut njamoek pers. Makhluk kecil, terbang ke sana kemari, tidak punya otot tapi bisa bikin orang tidak bisa tidur nyenyak. Si nyamuk bisa ngang-nging-ngung di kuping atau mencokot kaki manusia.

Wartawan juga sering diumpamakan watch dog. Anjing penjaga yang menggonggong keras ketika ada orang tak dikenal atau mencurigakan punya niat jahat. Watch dog ini penting agar orang tidak kebablasan.

Sebelum nyolong, si maling sudah dicokot sama si asoe. Malingnya ketahuan tapi barang-barang tidak sampai hilang dicuri.

Di Surabaya Raya ini sering sekali terjadi pencurian sepeda motor, sepeda pantjal, dan burung kicauan. Malingnya terekam kamera pengawas atau CCTV - bagi yang punya. Tapi kadang maling-maling ini terus berkeliaran. Ditangkap kalau sedang apes saja.

Masalahnya, 99 persen orang Jawa Timur ini tidak punya watch dog. Tidak ada anjing penjaga yang menyalak dan menggigit pencuri atau maling. Andaikan ada watch dog, pelaku-pelaku kejahatan akan lari terbirit-birit. Dan majikannya akan bangun.

Kembali ke pers atau media massa.

Setelah era njamoek pers datanglah era koeli tinta. Lama benar istilah koeli tinta beredar meski para wartawan sudah pakai komputer.

Istilah koeli tinta kemudian diganti kuli disket. Sebab saat itu wartawan ke mana-mana bawa disket untuk simpan data. Maklum, belum ada USB yang bisa menyimpan hingga giga bita.

Lalu datanglah ponsel pintar, smartphone. Data digital bisa disimpan dengan mudah dan banyaaaaak... unlimited.

Istilah kuli tinta, kuli disket, kuli USB, apalagi njamoek pers, otomatis hilang. Tak ada lagi istilah khusus untuk wartawan, reporter, jurnalis, pewarta, pemberita dan sebagainya. Apalagi saat ini semua orang bisa bikin berita di media sosial, blog, dsb.

Tapi saya masih sering pakai istilah "kuli tinta" sekadar guyon. Atau menyamarkan diri biar tidak ketahuan sebagai njamoek pers.

"Sampean kerja di mana?" tanya Ning Sih, pemilik warung di Rungkut Menanggal.

"Di daerah Kalimas sana."

"Tanjung Perak?"

"Yah.. dekat pelabuhan itulah," jawabku enteng.

Kantor saya memang di pinggir Sungai Kalimas. Tidak jauh dari Pelabuhan Kalimas. Dekat Tanjung Perak memang.

"Sampean bagian apa di Kalimas?"

"Bagian kuli tinta aja," kata saya enteng. Kata "tinta" saya rendahkan. Sehingga yang terdengar hanya kuli di Kalimas.

Begitulah. Selama empat atau lima tahun ini Ning Sih mengenal aku sebagai kuli di Kalimas. Tukang angkat barang di pelabuhan tua di muara Sungai Kalimas tersebut.

Karena itu, Ning Sih ini selalu heran melihat saya begitu rajin baca koran di warungnya. Saya baca detail, khususnya berita-berita kota. "Lapo awakmu kok doyan moco koran kayak wong pinter ae," ujar ibu yang senang guyon ini.

"Iku tukang becak yo moco koran ben gak ketinggalan berita. Tukang rombeng iku yo doyan koran," kata saya merujuk beberapa pelanggan warungnya.

Pagi tadi saya mampir lagi di warkopnya Ning Sih sehabis nggowes dari kawasan tambak sekitar Bandara Juanda. Baca koran Jawa Pos, seperti biasa, lalu mulai main HP. Bukan main-main game atau media sosial, tapi unggah konten.

Salah satu tugas saya memang upload berita-berita di laman atau website. Sedikitnya 10-15 naskah sehari. Kelihatannya gampang tapi jelimet. Apalagi upload pakai HP. Beda kalau pakai komputer atau laptop yang lebih cepat dan enak.

Ning Sih melihat saya terlalu sibuk main HP. Tidak ikut nimbrung guyon bersama jemaah warkop lainnya. "Ngapaian sampean itu? Kok senang main medsos kayak arek nom ae," katanya.

"Ini lagi kerja Mbak. Rada ruwet ini."

"Halah... kerja di Kalimas aja kok gayanya serius banget," semprot Ning Sih lagi.

Hehehe... Memang susah jadi kuli pelabuhan, kuli bangunan, kuli tinta, dan kuli apa saja.

Bung Karno tidak mau kita orang jadi bangsa koeli en koeli di antara bangsa-bangsa. o

9 komentar:

  1. Bung Lambertus terlalu merendah. Di Amerika Serikat, pers disebut The Fourth Estate. Lembaga yang ke-4, setelah Trias Politika (presiden, parlemen, dan pengadilan). Perannya ialah sebagai anjing penjaga swasta dari tiga elemen pemerintahan, menjaga agar mereka jujur. Peran yang sangat penting dalam demokrasi.

    Sayangnya medsos dan politisi2 tertentu seperti si Donal Bebek dengan sengaja menyerang pers dan menyebarkan kebohongan2 kepada pengikutnya, yang dapat mereka capai dengan melalui twitter dan facebook, dua aplikasi yang sangat merusak kestabilan suatu negara.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe kamsia Cak Amrik.
      Dulu zamannya Presiden Donald Trump saya sangat rajin nonton rekaman wawancara dan konferensi pers Mr Trump. Seru dan ugal-ugalan. Istilah Jatim: saur manuk.

      Presiden Trump belum selesai omong langsung dipotong sama wartawan. Sebaliknya, Trump langsung counter attack nyamuk2 pers dengan ejekan fake news, fake media, etc etc. Suasananya seperti perang mulut di pasar2 aja.

      Kadang kita orang kangen juga dengen Mr Trump untuk hiburan dan tambah imunitas badan.

      Hapus
  2. Isun sakjane yo pingin dadi koeli-kluyuran koyo rika. Isun juga seorang koeli, tapi tidak bisa kluyuran, harus menggunakan alat2 dan menjalankan mesin. Duduk atau berdiri di satu tempat, tiap hari 8 jam, selama 38 tahun. Jika tangan2- dan jari2-ku tidak bergerak, maka duit tidak masuk kantong. Tidak punya Mbak-mbak Sri, Ning Sih, Umi, dll. Tapi punya Fräulein dan Frau, Monika, Gisela, Maria, Michaela, dll.
    Cuma Gisela yang semok, si pretty blue eyes, suka guyonan memel seperti Mbak Sri atau Ning Sih. Sayang seribu sayang, bau badannya agak kurang sedap, sebab dia terlalu sibuk untuk tiap hari mandi.
    Dirumah dia masih punya 27 ekor sapi perah dan ladang 30 hektar.
    Bung Karno tidak mau kita orang jadi koeli !
    Beliau keturunan Ningrat, pikirannya masih feodal, tipikal orang2 dari kasta yang tinggi.
    Bisakah Bung Hurek membayangkan "Dunia Tanpa Kuli" ?
    Apa jadinya, jika Dunia hanya ada orang2 terpelajar, Doktor, Professor Rektor, macam Gubernur Metropolitan, atau si Pirang Donald !
    Jika kita hidup di apartemen di lantai tingkat 30, lalu kakusnya buntu, atau lift-nya mogok, apa daya jika tidak ada Kuli yang mau menolong. Apakah seorang Gubernur atau Komisaris bisa membantu ?
    Sejak zaman Mpu Gandring di Jerman ada ungkapan :
    " Handwerk hat goldenen Boden " Pekerjaan-Tangan punya Dasar-Emas.
    Di Jerman Koeli disebut Handwerker. Umumnya kuli-kuli itu belajar ketrampilan yang sangat spezifik, mereka adalah ahli kelas wahid dibidangnya masing-masing. Sebab itu negaranya maju.
    Kuli yang tidak sekolah kejuruan disebut Hilfsarbeiter, Kuli-pembantu.
    Tapi karena sering bekerjasama dengan ahlinya, mereka juga jagoan.
    Salam untuk Mbak Ningsih, bilang ke dia, di Eropa banyak kuli yang jauh lebih kaya daripada dokter, guru atau professor. Seorang tentara dan polisi berpangkat jendral pun gaji nya kalah dari seorang kuli yang punya usaha sendiri.

    BalasHapus
  3. Dialog warung kopi yang interessan ;
    Mbak warung kopi: Lapo awakmu kok doyan moco koran kayak wong pinter ae.
    Arek Flores : Ben gak ketinggalan berita, Mbak. Tukang becak iku yo moco koran. Tukang rombeng iku yo doyan koran.
    Mbak warung kopi : Wis ta'llah, repot bin angel karo kowe. Tukang becak kuwi moco iklan, bekne ono ban becak sing kebetulan diobral. Tukang rombeng iku doyane koran lawas sing kedaluwarsa untuk didol kiloan.
    Apa yang bisa dipetik maknanya dari percakapan diatas ?
    Istri-ku juga orang jawa timur, cangkeme yo podo cerewet, pedes, judes kayak Mbak warung kopi kuwi. Sampai usia-ku mencapai 69 tahun, aku ora tahan dengan cangkem nya. Ber-kali2 aku punya pikiran ingin minggat saja lah ! Begitu bibirnya mulai bergerak, belum ada suara yang keluar dari mulutnya, aku sudah bisa menduga racun apa yang akan disemburkan.
    Aneh bin ajaib, semenjak usia-ku sudah berkepala 7, aku jadi berubah 180 derajad. Omelan istri ku, kedengaran bukan lagi sebagai celaan, melainkan bak syair merdu yang dilantunkan oleh Maya Rumantir.
    Sekarang aku baru mengerti, mengapa engkoh2-ku yang lebih tua, sedemikian penurut terhadap enso-ku. Kami sesaudara dulu galak sama istri, lantas berubah jadi kerbau tercocok hidung.
    Facit, kalau mau cari istri, kawinlah sama wedhok jawa timur. Cangkeme pedes-judes, namun atine apik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Minggu lalu dan tadi malam ada orang bunuh diri di Jembatan Suramadu. Tinggalkan surat wasiat isinya terpaksa bunuh diri karena gak tahan lagi sama omelan istri. Abot abot abooot memang... apalagi zaman wabah corona ini.

      Wedhok Jatim memang omongane pedes kayak sambel lombok rolas pitulas, pedes2 gak ono sensor. Lossss kayak rem blong. Ojo dimasukkan hati. Anggap aja suarane Maya Rumantir atawa Diana Nasution ae hehe.

      Hapus
    2. Dulu kala aku dan istri-ku menyanyi duett, "Benci Tapi Rindu", lagunya Diana Nasution.
      Sejak seminggu ini istriku kumat, nyanyi-nyanyi terus sambil menabuh piano, se-olah2 mau menyindir dengan lagu, "Katakan Sejujurnya" ala Christin Panjaitan.
      Terpaksa aku balas dengan lagunya Maya Rumantir,"Daun Daun Kering".
      Kalau sampai Menyanyi pun diharamkan seperti Klepon, maka terpaksa kami rujuk kembali dan berduett berdendang lagi, pilih lagu "Seandainya Aku Punya Sayap".

      Hapus
    3. Aha.. itu lagu2 en musik pop melankolis kesukaan rakyat Flobamora alias NTT.
      Seandainya aku punya sayap
      Terbang terbanglah aku
      Kucari dunia yang lain
      Untuk apa di sini...

      Merintih dan menangis
      Sedih dan derita...

      Hapus
    4. Sejak dua bulan lalu istri-ku sudah kumatan, dia nyanyi2 lagu cina, 忘记你不容易,wang ji ni bu rong yi.
      Saya punya teman sekolah yang sekarang hidup di Kanada. Saya wadhul ke dia, lek bojoku kumat nyanyi lagu cino.
      Dia kasih nasehat, saya disuruh balas nyanyi 情人的眼泪,qing ren de yan lei.
      Teman itu saya maki; endas mu, aku mbuk kongkon nyanyi yang sendu-sendu. Bojoku kuwi Susah Melupakan Daku, bukan karena saking cinta-nya, melainkan saking benci-nya dia kepada ku !
      Pasutri gendheng, cekcok pakai lagu.

      Hapus
    5. Maya Rumantir bilang: begini salah, begitu salah, aku jadi tak mengerti.

      Sakitnya hati ini.. namun aku rindu, kata Diana Nasution.

      Hapus